Pernikahan Dini
Dua Sejoli Pelajar SMP Menikah di KUA Tanpa Tragedi Hamil Duluan, Ibu: Lega Tapi Khawatir
Dua sejoli yang masih duduk di bangku SMP menjadi perbincangan karena menikah resmi di KUA
Editor: Rival Almanaf
TRIBUNJATENG.COM, BUTON - Dua sejoli yang masih duduk di bangku SMP menjadi perbincangan karena menikah resmi di KUA.
Mereka menikah bukan karena 'kecelakaan' atau hamil duluan.
Keluarga mengungkap pernikahan mereka dilakukan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca juga: Setelah Menikah Selama 4 Tahun dan Miliki Dua Anak, Seorang Istri Baru Tahu Suaminya Jaksa Gadungan
Baca juga: Alasan Enzy Storia Tak Miliki Target Umur Menikah: Gue Nyari Soulmate
Baca juga: Kisah Melissa dari Prancis Menikahi Pria Asal Lombok, Pertama Kali Masuk Dapur Kaget: Banyak Spider
Baca juga: Cerita Indra Sasak Menikahi Melissa Bule Cantik Prancis: Sempat Tidak Tertarik Lalu Dibuat Baper
Pasangan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, berinisial MG (14), dan FN (16), resmi menjadi pasangan suami istri.
Keduanya menjadi pasangan suami istri setelah MG yang dituntun Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Batauga, Samsul Ridi dengan lancar dan tegas mengucapkan ijab kabul.
Proses ijab kabul sendiri dilangsungkan di rumah mempelai wanita di Kelurahan Laompo, pada Sabtu (6/3/2021) sekitar pukul 09.00 WIB.
Namun, di balik kebahagian itu, ibu mempelai wanita Meliana mengaku khawatir dengan pernikahan itu.
Sebab, pernikahan ini dilakukan di usia dini.
“Antara lega dan khawatir ke depannya bagaimana, karena ini (pernikahan) usia dini."
"Untuk sekolahnya, Insya Allah pasti ada jalan dan (memberikan) yang terbaik untuk (kedua) anak ini,” kata Meliana.
Namun, keluarga kedua mempelai akan membimbing pasangan tersebut hingga mereka dewasa dan menjadi keluarga yang harmonis.
Kata Meliana, pernikahan tersebut digelar karena keduanya saling mencintai.
Selain itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
“Ini sudah jalan terbaik, daripada terjadi hal yang tidak diinginkan ke depannya, orangtua berdosa, anak-anak berdosa, dan lingkungan juga berdosa, karena ghibah."