Longsor Banjarnegara
Longsor Desa Pringamba Timbun Pemandian Umum, 2 Keluarga Mengungsi
Dua keluarga di Desa Pringamba Kecamatan Sigaluh harus mengungsi lantaran pergerakan tanah masih mengancam
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Peristiwa longsor di Rt 3 Rw 2 Desa Pringamba Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara, (7/3/2021) lalu masih menyisakan duka bagi warga sekitar.
Dua keluarga di Desa Pringamba Kecamatan Sigaluh harus mengungsi lantaran pergerakan tanah masih mengancam.
Kepala Desa Pringamba Karno mengatakan, longsor terjadi usai wilayahnya diguyur hujan berintensitas tinggi.
Tebing setinggi sekitar 50 meter longsor dengan lebar sekira 30 meter.
Nahas, di bawah tebing itu terdapat pemukiman. Sebuah bangunan rumah milik Marjono rusak atau jebol karena tertimpa longsor.
Beruntung, rumah itu kosong tak berpenghuni. Tidak ada korban dalam musibah ini.
"Dampaknya kebun salak rusak, dan sebuah rumah kosong, " katanya, Rabu (10/3/2021)
Longsor juga menyebabkan tempat pemandian umum di bawah tebing itu tertimbun. Padahal, di situ tempat mata air yang biasa dimanfaatkan warga.
Bukan hanya untuk keperluan mandi, mata air itu juga dimanfaatkan untuk mencuci serta memasak atau konsumsi rumah tangga.
Tetapi longsor telah merusak bangunan fasilitas umum itu hingga nyaris seluruhnya tertimbun.
Alhasil, warga di dua RT yang biasa menggunakan fasilitas itu tidak bisa lagi memanfaatkanya.
Namun Karno menjamin warga tidak sampai kekurangan untuk mencukupi kebutuhan air rumah tangga.
Mereka masih bisa menumpang atau meminta air tetangga yang memanfaatkan sumber mata air lainnya.
"Tertimbun semua, mata airnya juga, " katanya
Pergerakan tanah ternyata masih mengancam. Tanah tebing masih labil. Jika hujan kembali turun dengan intensitas tinggi, tebing itu dikhawatirkan akan longsor kembali.
Ia mengatakan, ada empat rumah warga yang terancam di bawah tebing. Dua rumah di antaranya telah dikosongkan dan penghuninya mengungsi. Sementara rumah Marjono yang sempat tertimpa material longsor telah dibongkar.
"Masih berpotensi susulan, tapi semoga tidak terjadi, " katanya. (*)