Berita Viral
Sindiran Keras, Gatot Nurmantyo Bandingkan Moeldoko dengan Wiranto dan Prabowo
Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyindir Moeldoko soa etika berpolitik. Gatot Nurmantyo tak segan-segan membandingkan Meoldoko dengan Wiranto
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM- Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyindir Moeldoko soa etika berpolitik.
Bahkan Gatot Nurmantyo tak segan-segan membandingkan Meoldoko dengan Wiranto dan Prabowo Subianto.
Mulanya Gatot Nurmantyo mengatakan ia sempat diajak untuk bergabung di KLB Demokrat di Sibolangit.
Gatot Nurmantyo menolak untuk menyebutkan oknum yang mengajaknya.
“Mohon maaf mbak Nana, sekali lagi, saya harus merahasiakan nama ini, karena diminta oleh yang bersangkutan juga pada saat menyampaikan kepada saya, jadi itu janji saya mbak Nana,” ujar Gatot.
Gatot Nurmantyo lantas membeberkan jika oknum yang mengajaknya adalah orang yang ikut membangun partai Demokrat.
“Orang ini adalah orang yang pernah ikut membangun Partai Demokrat, dan pada saat akhir masa jabatan Pak SBY beliau lapor kepada Pak SBY bahwa saya sudah cukup pengabdian saya dan saya mengabdi dari luar,” ungkapnya.
Gatot Nurmantyo mengaku ia kerap didatangi oknum tersebut dan dibujuk untuk mau menjadi ketua umum Demokrat gantikan Agus Harimurthi Yudhoyono (AHY).
Bahkan oknum tersebut menurut Gatot sudah sampai memohon agar dirinya hadir.
“Dan ketika ada informasi tentang KLB datang kepada saya, kemudian saya sampaikan, coba dalami lagi ketika AHY menyampaikan akan ada kudeta, besoknya datang lagi kepada saya, menyampaikan kepada saya bahwa ini sudah pasti terjadi dan tolong bapak Gatot ikut KLB,” katanya.
Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa oknum tersebut menjanjikan Gatot Nurmantyo akan benar-benar menjadi ketua umum Demokrat.
“Lalu saya tanya bagaimana prosesnya, yang pertama adalah mosi tidak percaya, menurunkan AHY, kemudian diadakan pemilihan saya jamin Pak Gatot pasti menang, saya sampaikan bahwa saya harus menurunkan AHY,” ungkapnya.
Setelah mendengar penjelasan oknum trsebut, Gatot Nurmantyo terang-terangan menolak.
Alasan Gatot Nurmantyo menolak karena ketika Susilo Bambang Yudhoyono (BSY) menjabat sebagai presiden, karirnya di dunia militer menanjak karena bantuan SBY.
Gatot Nrumantyo mengatakan bahwa iming-iming oknum tersebut tidak sesuai nilai yang ia anut.
“Ini sesuatu moralitas etika yang saya tidak bisa, karena saya dari Brigjen, Mayjen zamannya Pak SBY, kemudian bintang 3 sampai dengan jabatan Pangkostrad itu zamannya Pak SBY, kemudian saya Kasad sama juga begitu, jadi moral dan etika saya tidak mungkin," ujar Gatot.
Kemudian, Gatot Nurmantyo menegaskan ia juga sudah mengetahui jika Moeldoko ikut terlibat dalam suksesi KLB Demokrat.
Gatot Nurmantyo menjelaskan oknum tersebut juga menemui Moeldoko.
“Sudah mendengar, sudah mendengar, orang tersebut bahkan sudah bertemu Pak Moeldoko orang tersebut,” ungkap Gatot.
Gatot Nurmantyo lantas mengaku sudah mengetahui sejak awal Moeldoko yang akan menjadi ketum Demokrat versi KLB.
“Sama sekali saya tidak terkejut, karena saya sudah diskusi sama beliau (orang yang mengajak Gatot bergabung) tersebut dan semua apa yang disampaikan itu persis terjadi, " ujarnya.
Gatot Nurmantyo lantas memberikan pesan agar tetap menggunakan etika politik, terlebih sosok prajurit yang harus berjiwa ksatria.
“Dalam menanggapi masalah KLB Partai Demokrat, yang kita tahu bersama, melibatkan sama-sama Mantan Panglima TNI, saya lebih ingin berbicara ke depan kepada siapapun mantan prajurit TNI yang ingin melanjutkan pengabdian melalui bidang politik, mari bersama-sama kita landasinya dengan etika dan kehormatan prajurit, etika yang berkepribadian, seperti dicontohkan oleh para senior-senior kami,” tegas Gatot.
Gatot juga memberikan contoh para pendiri partai yang mempunyai latar belakang prajurit TNI.
“Di masa lalu, contohnya di Golkar ada Pak Wiranto ada Pak Prabowo, ketika perselisihan tidak menggunakan kata-kata yang kasar, tapi mereka mendirikan partai, Pak Wiranto mendirikan partai Hanura, Prabowo Gerindra, bahkan anak ABRI bang Surya Paloh, anaknya seorang polisi, mendirikan Nasional Demokrat (Nasdem),” imbuh Gatot.
Gatot Nurmantyo berpesan kepada semua masyarakat Indonesia jika berkompetisi kita harus mengedepankan sikap kesatria, beretika dan bermoral.
Sebelumnya, Agus Harimurthi Yudhoyono (AHY) menegaskan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat tidak sah.
AHY mengatakan KLB itu tidak memenuhi syarat yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Partai Demokrat.
AHY menegaskan mewakili ketua DPD, DPC serta seluruh kader Demokrat menyebut bahwa peserta yang hadir di KLB bukan pemilik suara yang sah.
"Dari seluruh kader yang memiliki hak suara yang sah yang telah digunakan dalam kongres ke-V Partai Demokrat pada 15 Maret 2020 lalu," ujar AHY.
"KLB ini jelas tidak sah, ada yang mengatakan bodong, ada yang mengatakan abal-abal," tegasnya.
Selain itu, AHY menilai KLB tersebut tidak sesuai dengan konsititusi Partai Demokrat yang telah disahkan oleh pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM (Menkumham).
AHY mengatakan dalam kongres luar biasa itu tidak ada satupun ketua DPD dan DPC yang hadir sehingga tidak sah.
Ia menambahkan para pemilik suara masih setia mendukung kepemimpinan yang sah, hasil kongres V pada Maret 2020 lalu.
"Faktanya seluruh ketua DPD dan DPC Partai Demokrat tidak mengikuti KLB. Mereka setia dan solid pada kepemimpinan yang sah," terangnya.
Diketahui, Politikus Partai Demokrat, HM Darmizal MS mengatakan hasil KOngres Luar Biasa (KLB) akan memilih Moeldoko sebagai ketua umum partai.
KLB Partai Demokrat menurut Darmizal akan diselenggarakan Jumat (5/3/2021).
Darmizal mengklaim Moeldoko bakal menjadi Ketua Umum baru, menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Suara yang diberikan, ungkapnya, kemungkinan akan menjadi suara mayoritas kader.
"Insyaallah di bawah pimpinan Ketum baru, PD akan menjadi pemenang Pemilu 2024, dengan target perolehan suara di atas 25 persen," kata Darmizal.
Satu di antara alasannya, menurut Darmizal, karena seluruh kebutuhan alat peraga bakal dipersiapkan dan ditanggung oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
"DPD dan DPC Indonesia tinggal bekerja keras meyakinkan suara masyarakat Indonesia," pungkasnya.