Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mental Marcus Gideon Cs Down, Dubes: Tunda Sementara Turnamen All England

“Kita saja sebagai penonton kecewa dan marah, apalagi para pejuang yang sudah mempersiapkan ini sejak lama,” kata Dubes Desra

Editor: rustam aji
BADMINTON INDONESIA
Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, setelah pertandingan babak pertama All England 2021 di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Rabu (17/3/2021). Terbaru, seluruh tim badminton Indonesia dipaksa mundur dari All England 2021. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Duta Besar Indonesia (Dubes RI) untuk Inggris, Desra Percaya menyebut kondisi mental atlet bulutangkis Indonesia yang tidak diizinkan melanjutkan pertandingan di turnamen All England down. Kendati kondisi fisiknya dinyatakan sehat, tak dipungkiri para atlet Indonesia kecewa dengan keputusan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) yang tidak mengizinkan tim bertanding setelah adanya pemberitaan kewajiban karantina bagi tim Indonesia di Yonex All England 2021 di Birmingham.

“Kita saja sebagai penonton kecewa dan marah, apalagi para pejuang yang sudah mempersiapkan ini sejak lama, dengan membawa nama baik Indonesia,” kata Dubes Desra pada konferensi pers virtual Kamis (18/3).

Dubes Desra menyatakan sejak Rabu malam, pihaknya di KBRI London telah melakukan koordinasi intens dengan Ketua Timnas All England, Ricky Subagja dan Kemenpora secara virtual. Dubes RI juga telah melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi.

Dipastikan bahwa seluruh tim telah melakukan PCR dan melakukan kewajiban protokol dan telah melakukan vaksinasi di Indonesia, bahkan sampai Inggris kembali melakukan tes PCR dengan hasil negatif. Namun secara mengejutkan tim bulutangkis RI mendapat pesan lewat email dari otoritas kesehatan Inggris (NHS) yang menyatakan bahwa tim harus melakukan isolasi mandiri selama 10 hari karena kontak dengan suspek yang positif covid-19.

NHS menyebut bahwa tim Indonesia kontak dengan suspek positif covid-19 saat di penerbangan, namun tidak ada kejelasan dari NHS mengapa hanya tim Indonesia yang diberikan pesan karantina. Padahal ada pemain dari negara lain yang satu pesawat dengan tim Indonesia, namun tetap diperbolehkan bertanding.

“Kami meminta klarifikasi NHS alasan kenapa notifikasi hanya diberikan kepada beberapa atlet. Kejelasan dari tim negara lain yang tidak ikut karantina juga bagaimana. Kalaupun di pesawat, duduk dimana yang ditentukan harus isolasi dan mana yang tidak,” ujarnya.

Desra mengatakan bahwa NHS telah merespon, namun butuh waktu untuk menjawab. Dubes RI menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kontak langsung kepada Dubes Inggris di Jakarta, Owen Jenkins untuk melakukan intervensi ke otoritas kesehatan Inggris (NHS).

Di antaranya, untuk memastikan alasan dan narasi kewajiban isolasi mandiri 10 hari, termasuk tidak adanya diskriminasi dan unfair treatment terhadap atlet Indonesia. Opsi lain yang diupayakan adalah kemungkinan dilakukan tindakan yang memungkinkan atlet Indonesia melanjutkan kompetisi di All England.

“Bu Menlu menyampaikan salam pada teman-teman (atlet). Stay Positive. We will keep fighting till the end,” ujarnya menyambung ucapan Menlu.

Desra Percaya juga turut menyayangkan ditarik mundurnya Tim Indonesia di ajang All England 2021.Desra mengatakan bahwa dirinya terus mengupayakan agar Tim Indonesia tidak diperlukan berbeda, tidak diskriminasi dan meminta National Health Service (NHS) atau BWF untuk transparansi. Untuk mengawal kejadian tersebut, Desra pun mengatakan dirinya telah berkomunikasi dengan Sarah Cooke, Direktur Asia Tenggara Kemenlu Inggris dengan menyampaikan tiga pesan tersebut. “Sebagai respon dan permintaan intervensi dubes Inggris pagi tadi jam 9.30 saya sudah berkomunikasi dengan duta besar Sarah Cooke dia adalah Direktur Asia Tenggara Kemenlu Inggris, saya sampaikan pesan-pesannya tidak ada diskriminasi, tidak adanya perbedaan, dan pentingnya transparansi,” kata Desra.

“Beliau menjanjikan untuk segera tindak lanjut, beliau juga minta kepada saya data detail pesawat, tanggal tiba, tanggal tes PCR, dan juga nama atau identitas pemain lain yang ditengarai dalam satu pesawat. Bu Sarah juga memahami kalau ada persepsi different treatment kepada atlet kita,” jelasnya.

Selain itu dalam komunikasi dengan Sarah Cooke, Desra juga menyampaikan opsi-opsi lain yang intinya dari Indonesia adalah tidak ada diskriminasi, tidak ada unfair treatment dan harus ada transparansi. Opsi yang paling pertama yaitu berikan kesempatan PCR kepada atlet Indonesia dan tim pendukung, pada hari ini secepatnya dengan hasil yang segera.

Kedua apa pun hasilnya Indonesia harus menghormati karena itu fakta. Kemudian juga melihat pemain Indonesia dan tim pendukung yang sudah banyak berinteraksi dengan wakil negara lainnya di lapangan tentunya perlu dipertimbangkan juga agar dihentikan sementara atau suspend.

“Artinya dihentikan sementara semua pertandingan untuk memberikan kesempatan isolasi mandiri, jadi semua diberikan treatment yang sama dan setelah 10 hari dimulai lagi pertandingan itu, ini seperti yang dilakukan di Australian Tennis Open,” kata Desra.

“Opsi ketiga dan dicatat oleh Ibu Sarah Cooke, ya sudah kalau memang angka positif dialami atlet cukup besar, cukup masif ya sudah hentikan saja all England 2021, toh tidak ada urgensi-nya juga mengingat untuk menjaga kesehatan dan keselamatan seluruh atlet termasuk atlet Indonesia,” pungkasnya.

Ketua Umum PP PBSI, Agung Firman Sampurna melihat adanya kejanggalan yang terjadi terkait dipaksa mundurnya Timnas Indonesia dari All England 2021. Ia pun menjabarkan setidaknya ada tiga kejanggalan yang tercatat.

Pertama yakni sampai saat ini belum diumumkan siapa orang yang positif covid-19 dalam pesawat yang sama dengan tim Indonesia saat berangkat ke Inggris. Seperti diketahui, Tim Indonesia mendapatkan pesan dari pemerintah Inggris melalui National Health Service (NHS) untuk melakukan karantina selama 10 hari karena adanya penumpang terinfeksi covid-19, namun hingga saat ini belum diumumkan siapa orang tersebut.

Kemudian juga di pesawat yang sama ada pemain dan pelatih dari Turki, informasi yang diterima mereka tetap boleh bertanding dan tidak menjalankan karantina seperti pemain Indonesia. “Fakta berikutnya, persiapan di Indonesia sangat maksimal terkait prokes seluruh pemain, pelatih dan ofisial yang berangkat ke Inggris bukan hanya di tes PCR  tapi juga sudah vaksinasi dua kali. Jadi persiapan Indonesia sudah sangat baik,” kata Agung.

“Fakta ketiga bahwa para pemain kita semuanya menang khususnya Hendra/Ahsan. Terus juga pas Hendra/Ahsan main hakim garisnya juga dari Inggris tapi kita  tetap menang. Dan pemain-pemain yang kita unggulkan bisa menang,” jelasnya.

Dengan begitu menurut dugaan Agung, salah satu cara untuk menumbangkan Indonesia di All England yakni dengan menyingkirkan Indonesia untuk tak lagi berlanjut di All England 2021. Meski demikian, PBSI kini masih terus mengupayakan agar Indonesia agar bisa bertanding salah satunya dengan terus berkomunikasi baik dengan Menlu, Dubes Indonesia di Inggris dan pemerintah inggris itu sendiri khususnya NHS.

“Kalau kita bertanding adalah pemain yang berbahaya, dan kita adalah kandidat juara salah satu yang paling kuat yang sudah mengalahkan inggris,” kata Agung.

“Anda bisa bayangkan kita yang sudah divaksin tiba-tiba bukan tidak boleh ikut bertanding, kita juga diminta untuk diisolasi 20 hari, saya kurang paham. Ini diskriminatif atau tidak, kalau tidak boleh bertanding ya sudah pulang saja,” lanjut Ketua BPK RI itu.

“Nah kita sampaikan kekecewaan yang besar, tetapi kita juga paham ini karena antara lain potensi dan kemampuan tim bulutangkis indonesia yang dalam kondisi terbaik pada saat ini. kita tetap akan berjuang siapa tahu ada ruang untuk terus bertanding, tapi kalau tidak kita jangan berkecil hati kita adalah juara yang tertunda,” ujarnya.

Agung Firman Sampurna menjelaskan permasalahan dipaksa mundurnya Timnas Indonesia dari All England 2021 bukan lah kesalahan federasi bulutangkis dunia, BWF. Menurutnya, keputusan tim Indonesia tak bisa bermain adalah murni dari aturan National Health Service (NHS) Pemerintah Inggris yang melihat tim Indonesia satu pesawat dengan penumpang lainnya yang positif covid-19.

NHS pun memberikan pesan ke seluruh para pemain dan ofisial Tim Indonesia untuk menjalani karantina selama 10 hari dari hari. Padahal seluruh pemain Indonesia sendiri telah melakukan serangkaian tes dan hasilnya negatif.

Bahkan, wakil-wakil Indonesia seperti Hendra/Ahsan, Jonatan Christie dan Kevin/Marcus keluar sebagai pemenang di babak pertama All England 2021. “Dalam hal ini BWF tak ada masalah. Ini aturan negara setempat, yang kami ingin transparansi. Kalau BWF tak ada masalah. Mereka objektif dan profesional. Mereka sudah melakukan yang diperlukan bagaimana supaya (turnamen) dilaksanakan,” kata Agung. (Tribun Network/ras/wly)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved