Suntikan Pertama Vaksin Astrazeneca untuk Kiai
“Saya divaksin AstraZeneca. Ayo seluruh umat Islam jangan ragu-ragu. Vaksinasi hukumnya wajib,” kata KH Hasan.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca mulai digunakan dalam program vaksinasi nasional. Suntikan perdana dilakukan salah satunya kepada Ketua MUI Jawa Timur Hasan Mutawakkil, di Pendopo Delta Wibawa Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (22/3).
“Saya divaksin AstraZeneca. Ayo seluruh umat Islam jangan ragu-ragu. Vaksinasi hukumnya wajib,” kata KH Hasan.
Kiai Hasan mengatakan presiden Jokowi telah bertemu dengan kiai sepuh dan mendengarkan langsung pendapat dan respon dari para romo kiai, dan para pengasuh pondok pesantren terkait vaksinasi. “Memang seharusnya (vaksin AstraZeneca) dimanfaatkan program vaksinasi pemerintah karena tujuannya tidak lain untuk menjaga jiwa dan keselamatan rakyat. Tidak ada pemerintah yang akan mencelakakan rakyatnya sendiri,” ucapnya.
Adapun beberapa lokasi vaksinasi yang dipersiapkan di Kabupaten Sidoarjo, antara lain Pendopo Kabupaten Sidoarjo, RSUD Sidoarjo, 18 puskesmas dan 10 rumah sakit swasta rujukan COVID-19. Pelaksanaan vaksinasi di Kabupaten Jombang selain bertempat di Pendopo Kabupaten Jombang juga akan serentak dilaksanakan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Jombang.
Jumlah peserta di Pendopo Kabupaten Jombang sebanyak 150 orang terdiri dari Kiai dari Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas, PP Mambaul Ma’arif Denanyar, PP Salafiyah Safiiyah Tebuireng, dan PP Darul Ulum Rejoso.
Presiden RI Joko Widodo didamping Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin juga meninjau langsung penyuntikan perdana itu. Presiden Jokowi ingin memastikan antusias masyarakat dalam mengikuti vaksinasi.
Jokowi mengatakan, dirinya sudah bertemu dengan MUI Jawa Timur, dan para kiai di Provinsi Jawa Timur mengenai vaksin Astrazeneca. “Jawa Timur siap diberi vaksin AstraZeneca dan segera akan digunakan di pondok pesantren – pondok pesantren yang ada di Jawa Timur. Itu patut kita apresiasi,” katanya.
Presiden Jokowi juga menegaskan soal kehalalan dari vaksin AstraZeneca. Hal itu tentu berdasarkan pembahasan bersama para tokoh agama di Jawa Timur.
Kepala Negara pun mendorong agar vaksinasi bisa cepat didistribusikan di wilayah Jawa Timur. "Tadi pagi juga saya bertemu para kiai sepuh dari MUI Jatim yang menyampaikan bahwa vaksin AstraZeneca bisa digunakan, halal dan toyyib dan ini akan kami dorong besok agar lebih banyak lagi vaksin yang bisa didistribusikan di Provinsi Jatim," jelasnya.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono bicara soal Vaksin AstraZeneca yang disebut memasuki masa kedaluwarsa pada 31 Mei 2021. Dia memahami itu. Karena itulah, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan akan menggenjot percepatan vaksinasi, termasuk menggunakan AstraZeneca
"Mulai hari ini sudah didistribusikan dan nanti akan kita gunakan di beberapa daerah," kata Dante.
Wamenkes Pastikan Aman
JAKARTA - Vaksin AstraZeneca telah direkomendasikan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk digunakan dalam program vaksinasi. Vaksin asal perusahaan farmasi Inggris ini pun telah mulai distribusikan sejak Minggu(21/3).
Juru Bicara Bio Farma untuk Vaksinasi Bambang Heryanto mengatakan, dalam proses distribusi vaksin AstraZeneca ini tidak ada hal yang berbeda dengan vaksin Sinovac. "Sama seperti vaksin sebelumnya (Sinovac). Vaksin AstraZeneca mudah disimpan pada suhu lemari es dengan kisaran 2 hingga 8 derajat celcius," ujar Bambang saat dihubungi Tribun Senin (22/3).
Ia mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah dikirimkan ke provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Kepulauan Riau. "Untuk hari ini vaksin didistribusikan ke provinsi Jatim, Bali, Sulut," ujar dia.
Nantinya vaksin ini akan dialokasikan untuk vaksinasi tahap kedua yakni kelompok lansia dan petugas pelayanan publik. Sebanyak 1.113.600 vaksin jadi dengan total berat 4,1 ton yang terdiri dari 11.136 karton vaksin Covid-19 tahap keenam dari AstraZeneca telah tiba di Indonesia pada 8 Maret yang lalu. Kedatangan vaksin ini adalah tahap pertama dari jatah vaksin gratis 11.704.800 dosis yang dialokasikan untuk Indonesia melalui skema multilateral COVAX facility.
Pemerintah sebelumnya memutuskan untuk menunda pendistribusian vaksin COVID-19 AstraZeneca sebagai bentuk kehati-hatian pemerintah terhadap vaksin, setelah isu penggumpulan darah usia vaksinasi AstraZeneca terjadi di beberapa negara di Eropa. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengakui bahwa ada laporan soal Vaksin AstraZeneca yang sehubungan dengan adanya kekentalan darah yang meningkat. "Itu kejadian 30 dari 5 juta suntikan, tapi biarpun dari 5 juta suntikan itu, kalau diukur dari angka kekebalan darah yang meningkat, itu masih lebih kecil dengan tanpa vaksinasi," kata Dante.
Dalam sidang di WHO dan EMA, Dante menyebut tak ada hubungan antara peningkatan kekentalan darah dengan kegiatan vaksinasi. "Vaksin AstraZeneca masih aman digunakan atas keputusan WHO," pungkasnya.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menanggapi terkait polemik vaksin AstraZeneca yang prosesnya disebut melibatkan enzim yang berasal dari babi. Dalam konteks ilmu pengetahuan, kata Wiku, pengembangan vaksin sudah lama terjadi.
Wiku mengatakan proses pengembangan vaksin pasti memerlukan tahapan yang sangt rinci di antaranya menggunakan enzim sebagai katalisator. Kebetulan, kata Wiku, enzim yang kerap dipakai menjadi katalisator adalah tripsin.
Namun, lanjut Wiku, sumber dari enzim tripsin ada yang berasal dari babi dan ada juga yang bukan berasal dari babi. "Jadi memang pengembangan vaksin itu sementara ini di dunia yang efektif adalah seperti itu. Dan kita harus tahu bahwa di dalam penggunaan vaksin, aspek manfaat harus dinilai. Dan itu sudah direview oleh MUI dan MUI sudah mengeluarkan pernyataan," kata Wiku.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin ikut angkat bicara juga soal polemik vaksin AstraZeneca yang menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dilabeli haram tetapi diperbolehkan penggunaannya karena alasan darurat. Menurut Ma'ruf, halal maupun tidak halal bukan persoalan sekarang.
"Saya kira yang sekarang dipersoalkan itu seharusnya boleh atau tidak boleh, bukan pada halal atau tidak halal," kata Ma'ruf.
Ma'ruf mengatakan meskipun AstraZeneca tidak halal, MUI tetap memperbolehkan. "Apalagi kalau itu memang halal, tentu menjadi lebih boleh, itu bukan problem menurut saya, karena memang walaupun tidak halal tapi sudah boleh," tambahnya.
Terlebih, dikatakan Wapres soal ada penjelasan bahwa isunya terdapat kandungan tripsin babi, Ma'ruf mengatakan ternyata tidak benar. "Kalau ada penjelasan memang itu misalnya tidak mengandung unsur babi artinya bolehnya menjadi lebih boleh, sehingga tidak menjadi persoalan tentang kebolehan," pungkasnya.(Tribun Network/den/rin/wly)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/pcnu-pati-vaksinasi.jpg)