Berita Semarang
Ketua GP Ansor Jateng: Alarm Keras, Doktrinasi Radikalisme di Internet Sudah Mengkhawatirkan
Ketua GP Ansor Jawa Tengah H Sholahuddinn Aly prihatin dengan adanya aksi serangan ke Mabes Polri yang dilakukan oleh seseorang yang terbilang masih m
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejumlah aksi terorisme yang terjadi akhir-akhir ini mengundang keprihatinan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah.
Setelah orang atau kelompok tertentu yang dengan sengaja mencederai suasana umat Kristiani, kali ini serangan dilancarkan ke pusat keamanan negara ini yakni Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) sore
Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Tengah H Sholahuddin Aly prihatin dengan adanya aksi serangan ke Mabes Polri yang dilakukan oleh seseorang yang terbilang masih muda.
Menurutnya, aksi terorisme yang dilakukan oleh usia milenial membuktikan bahwa doktrin radikalisme tengah menjalar di usia anak muda.
"Aksi teror di Mabes Polri oleh pelaku yang usia milenial ini sudah mencapai level mengkhawatirkan," kata Gus Sholah, panggilan akrabnya, Kamis (1/4/2021) sebagaimana keterangan tertulisnya.

Gus Sholah meminta pihak terkait lebih memperkuat koordinasi dan kolaborasi untuk mencegah paham radikalisme.
Selain itu, beredarnya tulisan wasiat yang disebut tulisan tangan pelaku penyerangan teror Mabes Polri, juga menyinggung mengenai permintaan ke keluarganya agar menonton tayangan kajian dakwah.
"Ini alarm keras bahwa doktrinasi paham radikalisme di internet memang sudah mengkhawatirkan," ujar Gus Sholah.

Ia menyebut, memang terdapat sejumlah akun media sosial di semua platform yang menyebarkan konten mengarah pada paham doktrin radikalisme.
"Ini persoalann serius yang harus segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait," tegasnya.
Menurutnya, aparat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus 88 Mabes Polri, hingga personel TNI merupakan aktor penting dalam upaya pencegahan terorisme.
Akan tetapi, persoalan penanggulangan terorisme di Indonesia tidak mungkin hanya bisa dilakukan oleh aparat semata. Perlunya menggandeng semua komponen masyarakat untuk memiliki tanggungjawab terhadap masa depan bangsa.

"Elemen masyarakat di semua tingkatan merupakan garda terdepan untuk mencegah bibit tumbuhnya terorisme," ujarnya.
Ditegaskannya, aksi teror di Gereja Katedral Makasar hingga serangan ke Mabes Polri merupakan muara dari proses indoktrinisasi para pentolan teroris yang tersambung dengan para eksekutor di lapangan.
"Di sinilah pentingnya masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap penyebaran nilai atau paham yang mengarah pada radikalisme dan terorisme,” katanya.