Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pekalongan

100 Hari Program Prioritas Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan

Program Tribun Topik bersama tokoh di Jawa Tengah kali ini, Tribun Jateng akan membahas mengenai 100 hari program prioritas Wali Kota Pekalongan

Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG/INDRA DWI PURNOMO
GM bisnis Tribunjateng Heru Budi Kuncara (kiri) saat menyerahkan plakat kepada Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid 

Jadi, harus ada program yang jelas dan berkesinambungan. Dari APBD Kota Pekalongan ini sangat kecil, tidak mungkin bisa menyelesaikan masalah banjir di kota Pekalongan. Oleh karenanya, kita juga harus komunikasi dengan provinsi keterkaitan kewenangan sungai, mungkin normalisasi dan pengerukan sungai. Kami juga harus komunikasi ke pemerintah pusat mengenai pembangunan tanggul, bendungan atau penambahan bendungan. Sinkronisasi ini antara kewenangan, kota, kabupaten, provinsi dan pusat ini juga harus berjalan seirama karena APBD Kota Pekalongan tidak akan bisa mengatasi masalah banjir.

- Selanjutnya strategi apa untuk mewujudkan pemukiman yang nyaman di Kota Pekalongan?

Kami tidak bisa pungkiri, di Kota Pekalongan masih banyak pemukiman kumuh, pemukiman padat penduduk ini termasuk salah satu visi misi kita juga untuk pembenahan pemukiman kumuh.

Ini juga tidak bisa, bim sala bim apa-apa bisa dalam jangka waktu pendek. Tapi, kita lakukan dalam jangka waktu panjang yang tentunya dengan kita komunikasi dengan beberapa pihak maupun Kementerian. Hal ini harus terus kita lakukan untuk mengurangi dampak pemukiman kumuh yang ada di kota Pekalongan.

- Bagaimana langkah bapak untuk mewujudkan sarana dan prasarana perkotaan berdasarkan prinsip pembangunan kota yang berkelanjutan?

Kita juga harus melakukan program yang berkesinambungan, dalam arti program itu walaupun pada anggaran tahun 2021, 2022, dan 2023 ini harus nyambung, tidak bisa setengah-setengah. Harapan kepada masyarakat intinya harus bersabar, ini masalah yang tidak bisa dalam jangka waktu pendek, masalah ini juga harus sinkron dan kesadaran masyarakat.

Kami juga sudah ada program wadul Aladin, di situ rata-rata setiap hari ada WhatsApp sekitar 300 pesan yang masuk. Pesan tersebut bermacam-macam, kita juga mengalami kesulitan untuk membalas atau fast respon. Karena, tidak semua permasalahan itu bisa kita jawab sendiri, jadi kita harus konsultasi dengan dinas, harus konsultasi dengan pihak terkait terutama supaya tidak terjadi apa-apa asal jawab dan asal janji. Jadi masyarakat juga harus bersabar, soalnya banyak sekali pertanyaan pertanyaan maupun komentar-komentar kok lama jawabnya. karena kita tidak mau asal jawab jadi harus sinkron kalau memang bisa, kita jawab bisa. Apabila belum ada anggaran atau belum diprogramkan kita jawab belum dianggarkan.

- Pekalongan identik dengan batiknya yang mendunia, apa langkah bapak untuk membangun UMKM kreatif berbasis potensi lokal tersebut?

Kota Pekalongan sudah dinobatkan sebagai The World city Batik, bahkan hari batik nasional pun sudah kita lakukan. Permasalahan pertama yaitu pemasaran bagaimana kita harus menyesuaikan dengan era digitalisasi, digital marketing ini juga melalui Dinas koperasi dan UMKM kita sudah melakukan pelatihan-pelatihan tentang digital marketing.

Alhamdulillah juga lokasi pasar grosir batik Setono pas dengan exit Tol. Ini dampaknya, tamu dari luar kota keluar exit tol langsung ketemu dengan pasar grosir batik. Batiknya bisa berjalan, kulinernya bisa berjalan.

Permasalah kedua yaitu tenaga pembatik, kita masih melihat tenaga pembatik ini berusia tua. Jadi kalau ke pengrajin batik, rata-rata tenaga pembatik sudah bekerja 35 tahun, jadi jarang sekali para pembatik ini bekerja 1 tahun atau 5 tahun kita temukan.

Bagaimana, regenerasi pembatik ini juga harus kita perhatikan terutama kesejahteraan mereka, kesenjangan antara juragan dan pekerja harus dibenahi. Minimal harus ada jaminan BPJS kalau kita perhatikan. Kalau pembatik tidak ada generasi tentunya para juragan batik akan mengalami kesulitan.

Ketiga bagaimana limbah batik agar tidak mencemari lingkungan, ini kita konsen tentang pembangunan ipal. Apabila pengrajin tidak mempunyai ipal, bisa dibuatkan ipal terpadu digalakkan.

Lebih parah itu limbah jeans dan limbah sablon, sebetulnya limbah sablon parah, tapi bagaimana komunikasi kita juga terhadap Kabupaten Pekalongan. Di  Kabupaten Pekalongan pengrajin batik juga banyak. Sungai kita hulunya ada di Kabupaten Pekalongan dan hilirnya di Kota Pekalongan. Jadi kalau kita melakukan aturan apapun di Kota Pekalongan tetapi Kabupaten Pekalongan tidak melakukan hal yang sama, sama saja limbah mereka akan mengalir ke Kota Pekalongan.

- Pemerintahan sangat identik dengan pelayanan publik yang baik seperti yang diharapkan masyarakat. Bagaimana cara bapak untuk meningkatkan pelayanan?

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved