Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Gila! Rombongan Gelandangan Pengemis Sehari Bisa Raup Rp 10 Juta

Jangan heran rombongan pengemis gelandangan bisa meraup Rp 10 juta dalam sehari. Ternyata begini cara kerjanya.

Editor: iswidodo
tribunjateng/faizal m affan
ROMBONGAN GEPENG - Sejumlah orang yang diduga rombongan gelandangan pengemis dari luar kota masuk Kota Semarang 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Beberapa hari terakhir ini tampak makin banyak gelandangan pengemis atau gepeng mangkal di perempatan jalan atau depan rumah ibadah. Baik tua muda atau remaja, mereka meminta-minta kepada siapapun yang ditemuinya. Apalagi jika sedang lampu merah, ada beberapa pengemis menghampiri pengendara.

Sebagian dari mereka ada yang "pemain" lama tapi belakangan ini makin marak wajah-wajah baru, bahkan ada yang gendong balita. Pertanyaannya, mereka itu siapa, datang dari mana dan apakah memang layak untuk meminta-minta?

Ada beberapa pengemis juga minta-minta ke pengendara di perempatan lampu merah, di Pedurungan, Peterongan, Gayamsari, Simpang Lamper, dan lain-lain. Entah mereka dikoordinir atau "main" sendiri-sendiri. Kadang saat tengah malam pun ada pengemis.

Tim Tribun Jateng menelusuri adanya rombongan pengemis yang didrop dari luar Kota Semarang menggunakan mobil. Tapi entah dari daerah mana mereka didatangkan ke kota. Setelah dua hari melakukan penelusuran, wartawan Tribunjateng.com menemukan sekelompok gelandangan pengemis (gepeng) berjalan kaki menuju ke Jalan Gendingan Semarang, Jumat (11/4)..

Berdasar informasi yang Tribun terima, ada tiga lokasi kelompok gepeng didrop dari luar kota yaitu diturunkan di dekat Masjid Kauman, Masjid Pekojan, dan Masjid Az Zahra Ranggawarsia. Sebelum masuk waktu Jumatan, mereka keliling dari rumah ke rumah di perkampungan untuk meminta-minta. Waktu itu, di Jalan Petek juga ada beberapa orang luar meminta atau mengemis di rumah rumah warga.

Beranjak dari sana, tim kemudian menuju ke Jalan Gendingan. Tak jauh dari pertigaan Jalan Imam Bonjol, rombongan gepeng tersebut berhenti sejenak di pinggir jalan. Ada yang sedang bercengkrama, ada pula yang seperti menunggu sesuatu. Selang beberapa saat, datang seorang pemotor, berjaket hitam, menghampiri mereka. Kemudian memberikan nasi bungkus. Lalu bergegas pergi lagi.

Tidak Bagikan Makanan
Usai melakukan pengamatan di Jalan Gendingan, kemudian Tribun ke Masjid Kauman Semarang. Wahid seorang takmir atau pengurus Masjid Agung Kauman Semarang saat ditemui Tribunjateng.com, mengatakan, sejak dua tahun lalu, takmir masjid tidak lagi membagikan sembako atau makanan di masjid.

"Selain untuk menghindari kerumunan, kami rasa pembagian di masjid juga kurang tepat sasaran. Sering kali yang menerima justru mereka yang berpakaian rapi. Tapi bisa juga para gelandangan dan pengemis pendatang dari luar kota. Padahal harapan kami, sedekah yang masjid berikan bisa tepat sasaran. Terutama untuk dhuafa yang tinggal di sekitar masjid," terangnya.

Menurut Wahid, keberadaan gelandangan dan pengemis yang ada di sekitar masjid tak jadi masalah. Yang penting mereka tidak mengganggu orang beribadah. "Security juga sudah kami minta untuk mengusir gelandangan atau pengemis yang minta-minta di dalam masjid. Batasnya hanya sampai akses pintu masuk saja," tegas Wahid.

Pihaknya menyayangkan apabila ada orang yang mengkoordinir para pengemis. Apabila sudah dikoordinir, artinya mereka sudah dijadikan sebuah peluang bisnis, dipekerjakan. "Bisa saja mereka diminta setoran kepada orang tertentu. Tapi kami belum menyelidikinya. Bila benar mereka dikoordinir, sangat disayangkan," tuturnya.

Buang Sampah Sembarangan
Menjelang salat Jumat, gerombolan gepeng tersebut mulai berbondong-bondong mendatangi Masjid Kauman Semarang. Ada yang datang sendirian, namun ada pula yang bergerombol. Namun anehnya, gerombolan gepeng yang ditemui di Jalan Gendingan tak semuanya berada di Masjid Kauman.

Subekti, satu di antara tukang parkir yang ada di sekitar Masjid Kauman Semarang, terkadang merasa jengkel dengan sikap mereka. Sampah dari sisa makanan dan minuman yang dimakan, hanya dibuang saja di pinggir jalan.

"Saya sering dimarahi pemilik toko. Dikira saya tidak membantu membersihkan sampah. Sudah pernah saya kasih tahu, tapi besoknya gitu lagi. Jadi mereka itu cenderung seenaknya sendiri kalau di sini," paparnya.

Pihaknya berharap gelandangan dan pengemis yang ada di sekitar Kauman bisa segera ditertibkan. Sebab, tidak semua gelandangan dan pengemis bisa diajak kompromi. "Kalau yang berbuat kriminal tidak ada. Tapi ya itu, suka buang sampah sembarangan aja," tutupnya.

Mobilisasi gelandangan pengemis tampak jelas bila hari Jumat. Seorang pedagang peci di Masjid Kauman Semarang, Jumadi mengatakan, kerap melihat gepeng berbondong-bondong menjelang salat Jumat.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved