Tadarus
TADARUS KHA Imam Sya'roni: Iman dan Kebersihan Lingkungan
Kebersihan merupakan asas terwujudnya kesehatan; salah satu nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada manusia
Selanjutnya ada baiknya kita ketahui bersama bahwa wahyu pertama Al-Quran memperkenalkan Tuhan sekaligus memperkenalkan manusia sebagai makhluk yang hidup dengan kebergantungan: Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (sesuatu yang bergantung atau yang memiliki sifat kebergantungan) (QS 96:1-2).
Seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan oleh manusia dalam melanjutkan evolusinya, hingga mencapai tujuan penciptaan. Semua diciptakan Tuhan untuk suatu tujuan: Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dengan sia-sia ( tanpa tujuan ) (QS 38:27).
Kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling kait-berkait. Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula, Memang Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam keseimbangan dan keserasian. Karena itu, keseimbangan dan keserasian tersebut harus dipelihara, agar tidak mengakibatkan kerusakan.
Agama (Islam) menegaskan pula bahwa manusia ditugaskan Tuhan menjadi khalifah di bumi ini (QS 2:30). Kekhalifahan ini mempunyai tiga unsur yang saling kait-berkait, kemudian ditambah unsur keempat yang berada diluar, namun amat sangat menentukan arti kekhalifahan dalam pandangan Al-Quran. Ketiga unsur pertama adalah:
1) Manusia yang dalam hal ini dinamai khalifah.
2) Alam raya, yang ditunjuk oleh ayat ke-21 surah Al-Baqarah sebagai bumi.
3) Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia (istikhlaf atau tugas-tugas kekhalifahan).
Itulah tiga unsur yang saling kait-berkait, sedangkan unsur keempat yang berada diluar adalah yang memberi penugasan itu yakni Allah SWT. Dalam hal ini yang ditugasi harus memperhatikan kehendak yang menugasinya.
Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukan atau antara tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena, kemampuan manusia dalam mengelola bukanlah akibat dari kekuatan yang dimilikinya, tetapi akibat anugrah Allah SWT. Ini tergambar antara lain dalam surat Ibrahim ayat 32 dan Al-Zukhruf ayat 13.
Demikian itulah, sehingga kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam. Interaksi itu bersifat harmonis sesuai dengan petunjuk-petunjuk Ilahi yang tertera dalam wahyu-wahyu-Nya, dan yang harus ditemukan kandungannya oleh manusia sambil memperhatikan perkembangan dan situasi lingkungannya. Inilah prinsip pokok yang merupakan landasan interaksi antara sesama manusia dan keharmonisan hubungan itu pulalah yang menjadi tujuan dari segala etika agama.
Semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi manusia dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti akan semakin banyak yang dapat dimanfaatkan dari alam raya ini. Karena, Ketika itu mereka semua akan saling membantu dan bekerja sama dan Tuhan, akan merestui. Hal ini terungkap antara lain melalui surat Al-Jin ayat 16: Dan bahwasanya, jika mereka tetap berjalan lurus dijalan itu (petunjuk-petunjuk Ilahi), niscaya pasti kami akan memberi mereka air segar (rezeki yang melimpah).
Demikian itulah hukum kemasyarakatan yang dikemukakan Al-Quran sebagai petunjuk pelaksanaan fungsi kekhalifahan, yang sekaligus menjadi landasan interaksi manusia dengan sesamanya.
Walhasil agama mengundang kita untuk membangun tanpa merusak. Kita harus menyadari apa yang telah dikatakan oleh Dr. E.F. Schumacher, bahwa “kecil itu indah”.
Setelah mengemukakan serta menyadari pandangan agama tentang makna kekhalifahan yang menjadi tujuan kehadiran manusia di bumi ini, maka tidak heran bila puluhan – kalau enggan berkata ratusan-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi saw. Yang dijadikan landasan berpijak guna tercapainya kelestarian lingkungan:
· Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kecuali buah atau hasilnya dimakan burung atau manusia. Yang demikian itu adalah shodaqoh baginya.
· Barangsiapa yang memperbaiki (menyuburkan) tanah bukan milik seseorang, makai a berhak memanfaatkan tanah itu.
· Hindarilah dua macam kutukan, yaitu membuang kotoran di jalan dan di tempat orang berteduh.·
Janganlah ada di antara kamu yang membuang air kecil pada air yang tergenang, kemudian mandi pula di sana. (M.Quroisy Syihab,1995)