Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ganjar Pranowo

Peran Ganda Kartini Masa Kini bagi Atikoh Ganjar Pranowo

Atikoh menilai perempuan yang mengambil pilihan peran ganda lebih kepada keinginan untuk aktualisasi diri dan mengabdikan ilmunya.

IST
Ketua TP PKK Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo. 

Penulis: Mamdukh Adi Priyanto

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Para perempuan Indonesia atau para Kartini masa kini memiliki peran ganda atau multiple role dalam kehidupan sehari-hari pada modern ini.

Peran ganda itu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja di tempat kerja.

Mereka harus mampu mengedukasi anak, merawat suami dan keluarga serta bekerja untuk memuaskan bos atau pimpinan.

Hal itu diungkapkan Siti Atikoh Supriyanti yang merupakan istri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Di sisi lain, ia juga merupakan Ketua Tim Penggerak PKK dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Tengah.

Peran ganda perempuan masa kini tidak lepas dari seorang teladan para perempuan yakni Raden Ajeng Kartini.

Ia merupakan perempuan yang melampaui zamannya dimana budaya patriarki masih melekat di masyarakat.

"Beliau merupakan sosok emansipasi wanita dan memiliki pengetahuan luas. Berkat pengetahuannya itu, dia bisa memberdayakan perempuan. Lalu memiliki motivasi bisa berbuat, berkarya, mengabdikan diri untuk masyarakat dan tentu keluarganya," kata Siti Atikoh, Selasa (20/4/2021).

Merupakan satu pilihan seorang perempuan apakah ia ingin berperan ganda atau tidak.

Atikoh menilai perempuan yang mengambil pilihan peran ganda lebih kepada keinginan untuk aktualisasi diri dan mengabdikan ilmunya, bukan karena ekonomi keluarga semata.

Namun, di sisi lain memang ada perempuan yang memiliki pendapatan lebih banyak ketimbang suaminya.

"Perempuan muda ketika awal meniti karir, dan apabila suaminya berposisi menjadi satu sumber penghasilan untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga, dia akan memilih tugas mulia yakni berperan ganda. Ada tantangan sendiri dan juga peran ganda perempuan harus ditopang supporting system," jelasnya.

Perempuan kelahiran Purbalingga ini menceritakan kisahnya dimana dirinya berasal dari keluarga yang berkecukupan, tidak berlebih. Saat duduk di bangku kuliah, dirinya sudah yatim piatu. Namun di sisi lain, ia harus mengenyam pendidikan tinggi.

Sehingga, secara ekonomi, kata dia, banyak orang yang dikorbankan lantaran harus menggantikan peran orangtuanya. Agar tidak mengecewakan orang-orang tersebut, ia pun bekerja setelah lulus kuliah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved