Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Dirjen Kemendikbud Hilmar Akui Ada Kesalahan di Dokumen Kamus yang Hapus KH Hasyim Asyari

Kemdikbud tersebut menuai polemik  karena tidak adanya sosok pahlawan nasional, sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama, KH Mohammad Hasyim Asy'ari, dalam

Editor: m nur huda
Kompas.com/Istimewa
Foto KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan pendiri Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.(KOMPAS.COM/Tebuireng Online) 

TRIBUNJATENG.COM, JOMBANG - Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) menjadi sorotan.

Buku yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tersebut menuai polemik  karena tidak adanya sosok pahlawan nasional, sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama, KH Mohammad Hasyim Asy'ari, dalam buku tersebut.

Hasyim Asy'ari, tokoh ulama pemikir dan pejuang yang dianugerahi gelar pahlawan nasional, lahir pada 4 Robiulawwal 1292 H /10 April 1875, di Jombang, Jawa Timur.

Baca juga: Gelar Workshop Jurnalistik dan TI, PW GP Ansor Jawa Tengah Komitmen Gelorakan Moderasi Beragama

Baca juga: Jemput Saudara dari Arab Saudi, Mobil Rombongan Keluarga Tabrakan dengan Truk Fuso

Baca juga: Kemendikbud Minta Maaf Nama KH Hasyim Asyari Hilang dalam Kamus Sejarah Indonesia

Baca juga: Jadwal Imsak & Buka Puasa Besok di Kabupaten Tegal, Ramadan Hari ke-10, Kamis 22 April 2021

Pendiri Pesantren Tebuireng itu merupakan kakek dari Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), serta ayah dari mantan Menteri Agama, KH Wahid Hasyim.

Dalam buku KH Hasyim Asy'ari, "Pengabdian Seorang Kyai untuk Negeri" yang diterbitkan Museum Kebangkitan Nasional, terungkap peran besar Hasyim Asy'ari dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Hasyim Asy'ari yang mendapatkan gelar Hadhratusy Syeikh dari kalangan ulama, memiliki kontribusi yang tidak kecil sejak sebelum Indonesia merdeka hingga saat mempertahankan kemerdekaan.

Dosen UIN Jakarta Achmad Zubaidi, salah satu penulis dalam buku tersebut menyoroti khusus tentang kiprah dan peran penting tokoh ini.

Dalam tulisannya berjudul "Kontribusi Hadhratusy Syeikh Dalam Menegakkan NKRI", Achmad Zubaidi menggambarkan peran Kiai Hasyim dalam bidang keagamaan, pendidikan, perjuangan melawan penjajah hingga mempertahankan kemerdekaan.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, Kiai Hasyim menjadi tokoh yang ditakuti pihak penjajah.

Keberadaannya ditakuti Belanda dan Jepang karena memiliki pengaruh yang besar.

Belanda, tulis Zubaidi, dalam upayanya merangkul KH Hasyim Asy'ari, menganugerahkan bintang jasa. Namun, anugerah dari Belanda itu ditolak Kiai Hasyim.

"Justru Kyai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci)," demikian tulis Zubaidi.

Fatwa itu membuat Belanda kerepotan karena memantik perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Selain fatwa jihad melawan penjajah Belanda, ulama pendiri NU tersebut juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda.

Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas.

"Karuan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya," ungkap Zubaidi.

Dalam tulisan lanjutannya, Zubaidi juga menyoroti kontribusi besar KH Hasyim Asy'ari dalam menyatukan dua kubu yang berseteru untuk menentukan dasar Negara Indonesia yang baru lahir.

Kemudian dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, KH Hasyim Asy'ari mencetuskan resolusi jihad, 22 Oktober 1945.

Fatwa resolusi jihad itu dikeluarkan sebagai respons atas rencana kedatangan tentara Belanda yang bermaksud merebut kemerdekaan Indonesia.

Setelah keluarnya fatwa resolusi jihad, perlawanan terhadap Belanda muncul dari berbagai daerah.

Salah satunya, perlawanan heroik dari arek-arek Suroboyo pada 10 November 1945.

KH Hasyim Asy'ari wafat pada 25 Juli 1947. Jenazahnya dikebumikan di Pesantren Tebuireng Jombang.

Atas jasanya semasa hidup terhadap negara, Kiai Hasyim ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 17 November 1964.

Reaksi Pesantren Tebuireng

Peredaran buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building), yang tidak mencantumkan sosok KH Hasyim Asy'ari, menuai reaksi dari Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Humas Pesantren Tebuireng Nur Hidayat menyatakan, buku yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tersebut tidak bisa dijadikan pedoman sejarah di Indonesia.

Menurut dia, Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building), tidak layak dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia.

Buku tersebut dinilai memiliki framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan KH. Hasyim Asy'ari dalam sejarah perjalanan Bangsa Indonesia.

Pesantren Tebuireng, kata Nur Hidayat, berpandangan bahwa narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sejarah.

"Pesantren Tebuireng Jombang menuntut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menarik kembali naskah tersebut dan meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas kecerobohan dan kelalaian dalam penulisan kamus sejarah tersebut," ujar Nur Hidayat, melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Selasa (20/4/2021).

Penjelasan Kemendikbud

Menanggapi protes dari masyarakat terkait Kamus Sejarah Indonesia, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid menyatakan, dokumen buku Kamus Sejarah Indonesia yang beredar di masyarakat merupakan salinan lunak naskah yang masih perlu disempurnakan.

Kemendikbud mengakui adanya kesalahan dari pihaknya karena salinan Kamus Sejarah Indonesia terbit dengan tidak mencantumkan sosok KH Hasyim Asy'ari.

Hilmar menegaskan Kamus Sejarah Indonesia yang menjadi kontroversi tersebut sudah ditarik dari website.

“Bahwa sudah ditarik dari website-nya Rumah Belajar itu, jadi sudah diturunkan,” kata Hilmar. (Rahel Narda Chaterine|Editor : Diamanty Meiliana)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Perjuangan KH Hasyim Asy'ari, Pahlawan Nasional yang Hilang Dalam Kamus Sejarah Indonesia

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved