Berita Kajen
Cerita Pemudik dari Desa Jagung Kesesi yang Mudik Lebih Awal, Buri: Saya Rindu Kampung Halaman
Cerita Buri Buchaeri warga Desa Jagung, Pekalongan yang memilih mudik sebelum operasi penyekatan.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Cerita Buri Buchaeri warga RT 1 RW 3, Dusun Jagung Lor, Desa Jagung, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang memilih melakukan perjalanan mudik sebelum operasi penyekatan berlaku.
Ia memilih mudik bersama 9 orang keluarganya menggunakan dua mobil pribadi dengan bernomor polisi B, dikarenakan sudah rindu kampung halaman yang sudah satu tahun ini tak pulang.
Buri tiba di kampung halamannya pada Jumat (30/4/2021). Ia menceritakan selama perjalanan tidak ada halangan ataupun razia.
Ia mengambil rute Tol Pondok Pinang, Tol Cikarang Utama, Tol Cipali, kemudian keluar exit tol Pemalang dan lewat jalan pantura.
"Alhamdulillah, semua dalam perjalanan saya lancar sekali mas, tidak ada halangan ataupun razia," kata Buri saat ditemui Tribunjateng.com, Rabu (5/5/2021) sore.
Ia sengaja pulang kampung dikarenakan memang sudah kangen dengan kampung halaman.
"Tahun lalu, saya mematuhi anjuran pemerintah mengalah tidak mudik. Tahun ini saya sudah tak kuat lagi menahan rindu sehingga harus pulang," imbuhnya.
Buri yang berwirausaha produksi tempe di Lebakbulus, Jakarta mengatakan bukan tak tahu soal informasi mengenai larangan mudik.
Dia pun paham akan ada operasi penyekatan pada tanggal 6-17 Mei 2021. Karenanya, ia sengaja melakukan perjalanan mudik sebelum penyekatan digelar.
"Sebelum ada penyekatan, jadi saya mudik dahulu," imbuhnya.
Sesampainya di desa, ia memilih isolasi mandiri dikarenakan habis perjalanan jauh.
"Kemarin dapat surat dari kepala desa untuk melakukan rapid antigen, karena habis perjalanan jauh. Saat dites alhamdulilah hasilnya negatif," ujarnya.
Walaupun sudah di rapid antigen dan hasilnya negatif, ia disuruh kades untuk isolasi mandiri selama 14 hari.
Saat disinggung mengenai kapan rencana berangkat ke Jakarta.
"Rencana lebaran H+3 berangkat ke Jakarta," ucapnya.
Hal yang sama diungkapkan Ahmad Rifai. Ia mudik jauh-jauh hari sebelum operasi penyekatan.
"Saya tiba di Desa Jagung pada Kamis (29/4/2021) menggunakan bus," ungkapnya.
Berbeda dengan Buri, alasan Rifai mudik dikarenakan dagangannya sepi.
"Saya jualan tempe kecil-kecilan. Pandemi sepi penjualannya. Jadi saya pilih untuk pulang ke kampung halaman," imbuhnya.
Rifai menceritakan, selama perjalanan pulang kampung menggunakan bus tidak ada penyekatan di jalan.
"Kemarin saya pulang bersama kakak. Di jalan alhamdulilah tidak ada hambatan apapun baik penyekatan ataupun razia," ucapnya.
Tiba di kampung halamannya, Rifai telah mematuhi peraturan Pemerintah Desa Jagung yaitu dengan melapor ke posko Jogo Tonggo.
"Kemarin saya di rapid antigen difasilitasi sama desa. Alhamdulillah negatif. Terus, saya disarankan oleh kepala desa untuk isoman. Bahkan, tiap dua hari ini saya selalu di pantai oleh pak kades," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Jagung Ade Ade Fernando Binar Luhur Budi mengatakan, bahwa ia mendatangi pemudik karena ingin memastikan kesehatan warganya.
"Sejak para pemudik pada tiba di desa, tiap hari saya datangi ke rumahnya untuk melihat kondisi kesehatannya."
"Alhamdulillah mereka patuh. Tiba di desa langsung lapor ke pos Jogo Tonggo jadi saya keliling untuk cek kesehatannya," katanya.
Dalam mencegah penyebaran Covid-19, pihaknya melakukan sampling rapid antigen ke sejumlah warganya yang baru mudik.
"Ada 10 warga yang saya sampling, alhamdulillah negatif semua. Saat saya mendatangi ke rumah, berpesan agar isolasi mandiri selama 14 hari," imbuhnya
Hingga saat ini, tercatat sudah ada 92 orang pemudik masuk Desa Jagung.
Pihaknya sejak lama sudah menyiapkan dua posko. Satu di kantor Balai Desa. Satu di tengah desa.
"Tahun kemarin sekitar 300 warganya pulang ke kampung halaman. Di prediksi hari ini puncak warganya pulang ke desa," tambahnya. (*)