Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Masih Ditemukan Produk Pangan Takjil Mengandung Bahan Berbahaya Berikut Daftarnya

Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 H, peredaran makanan dan minuman di tengah masyarakat Indonesia melonjak drastis. Termasuk kebutuhan menu berbuka

Penulis: faisal affan | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Faizal M Affan
Beberapa petugas BBPOM di Semarang sedang melakukan pengujian makanan olahan takjil menggunakan test kit di depan Bank BNI Cabang Undip Pleburan, Kota Semarang, Kamis (7/5/2021) petang. 

Penulis: Faizal M Affan

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 H, peredaran makanan dan minuman di tengah masyarakat Indonesia melonjak drastis. Termasuk kebutuhan menu berbuka puasa

Mengantisipasi terjadinya peredaran makanan minuman mengandung bahan berbahaya dan kedaluwarsa, pihak Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Semarang gencar melakukan pengawasan.

Tak terkecuali untuk makanan dan minuman olahan yang digunakan sebagai takjil berbuka puasa.

Baca juga: Jadwal Samsat Keliling Semarang Hari Ini Sabtu 8 Mei 2021 Buka di Empat Lokasi

Baca juga: Pemudik Banyumas Berhasil Tembus Penyekatan Sampai Rumah Justru Dilaporkan Istri Agar Dikarantina

Baca juga: Presiden Jokowi dan Makruf Amin Tahun Ini Dapat THR, Berapa Nominalnya?

Baca juga: Kota Semarang Akan Punya Anjungan Dukcapil Mandiri, Urus Administrasi Catatan Sipil Semudah ke ATM

Tepat sepekan sebelum lebaran, BBPOM di Semarang melakukan uji cepat menggunakan tes kit terhadap makanan takjil di wilayah Pleburan, Kota Semarang, Kamis (6/5/2021) petang.

Upaya tersebut dilakukan untuk melindungi masyarakat dari beredarnya produk pangan olahan yang Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK).

Kepala BBPOM Semarang, Dra. Sandra M.P. Linthin, Apt, M.Kes, mengatakan intensifikasi pengawasan pangan dilakukan dalam enam tahap.

Tahap pertama dimulai pada 9 April 2021 berakhir hingga 21 Mei 2021.

Prioritas intensifikasi atau pengawasan dilakukan bersama dengan berbagai jajaran dinas terkait.

Mulai dari hulu rantai distribusi pangan olahan seperti importir, distributor, hypermarket, supermarket, toko, serta penjual parsel di Jawa Tengah.

Sebanyak 45 sarana yang terdiri dari 7 distributor, 32 swalayan, dan 6 toko telah dilakukan intensifikasi pengawasan pangan, dengan fokus pengawasan pada produk pangan Tanpa Izin Edar (TIE), kedaluwarsa, kemasan rusak, mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin B, dan methanyl yellow. 

45 sarana tersebut tersebar di beberapa kabupaten/kota, di antaranya Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Klaten, Boyolali, Purworejo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Blora, Kebumen, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal.

"Hasilnya 26 sarana memenuhi ketentuan (MK), dan 19 sarana (42%) tidak memenuhi ketentuan (TMK). Dari 19 sarana TMK diketahui ada 12 sarana (63%) menjual produk rusak. 7 sarana (37%) menjual produk kedaluwarsa dan 5 sarana (26%) menjual produk TIE. Sedangkan pengawasan produk dalam parsel sudah sesuai dengan ketentuan," terangnya.

Baca juga: Kota Semarang Akan Punya Anjungan Dukcapil Mandiri, Urus Administrasi Catatan Sipil Semudah ke ATM

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 Halaman 97 98 99 101 102 103 Subtema 3 Pembelajaran 1

Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta RCTI Sabtu 8 Mei Pukul 19.30 WIB Riki Mengetahui Tindakan Mama Sarah

Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta RCTI Sabtu 8 Mei Pukul 19.30 WIB Riki Mengetahui Tindakan Mama Sarah

Ia melanjutkan, adapun temuan untuk pangan olahan sebanyak 70 item terdiri dari 573 kemasan, dengan rincian 30 item kemasan rusak (78 kemasan), 31 item kedaluwarsa (291 kemasan), dan 9 item TIE (191 kemasan).

Sebanyak 201 sampel makanan takjil diuji oleh BBPOM di Semarang, diperoleh hasil 178 memenuhi syarat, sedangkan 23 lainnya (11,4%) tidak memenuhi syarat. 23 sampel yang tidak memenuhi syarat terdiri atas 13 sampel (57%) mengandung formalin, dan 10 sampel (43%) mengandung rhodamin B."Tapi boraks dan methanyl yellow tidak ditemukan pada 23 sampel tersebut”. 

"Selain itu, hasil uji takjil juga menunjukkan adanya peningkatan sampel yang mengandung bahan berbahaya dari tahun lalu. Dimana pada tahun 2020 tidak ditemukan bahan berbahaya, sedangkan pada tahun ini setidaknya ada 11,4 persen. Saya menduga tahun lalu masyarakat enggan keluar rumah karena masih dalam masa awal pandemi Covid-19," pungkasnya.(afn)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved