Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Apa Itu Ghosting? Ini 3 Alasan Utama Terjadinya Ghosting Menurut Psikolog

Apa arti dari istilah ghosting? Berikut 3 alasan utama seseorang melakukan ghosting menurut psikolog.

Penulis: non | Editor: abduh imanulhaq
PINTEREST
Apa arti dari istilah ghosting? Berikut 3 alasan utama seseorang melakukan ghosting menurut psikolog. 

TRIBUNJATENG.COM - Apa arti dari istilah ghosting? Berikut 3 alasan utama seseorang melakukan ghosting menurut psikolog.

Istilah ghosting dalam konteks sebuah hubungan percintaan semakin populer akhir-akhir ini

Sebenarnya istilah ini telah dikenal selama beberapa waktu, bahkan pada 2020 ghosting masuk dalam kata-kata paling dicari menurut Google.

Apa itu Ghosting?

Ghosting adalah istilah dari Bahasa Inggris yang secara harfiah adalah berbayang.

Baca juga: Apa Itu Hamas? Kelompok Militan Palestina Miliki Brigade Izz Al-Din Al-Qassam

Baca juga: Profil dan Biodata Mayang Yudittia Pemeran Michelle Ikatan Cinta, Blasteran Indonesia Jerman

Baca juga: Terungkap Hubungan Rossa dan Yoyo Mantan Suami Membaik Setelah Cerai: Waktu Bareng Gak Bagus

Baca juga: Viral Pengalaman Lucu Netizen Bertemu Olga Syahputra di Warung Makan

Namun istilah ghosting kini sering digunakan di media sosial sebagai perilaku menjauh atau tiba-tiba menghilang.

Hal ini dalam konteks hubungan percintaan, yakni seseorang dari kehidupan pasangannya tanpa mengirimkan kabar.

Bagi orang yang melakukan ghosting, hal ini merupakan cara yang cepat dan mudah untuk keluar dari sebuah hubungan.

Namun, perilaku tersebut akan merugikan korban ghosting atau kerap disebut ghostee.

Pasalnya ghostee akan bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, alasan di balik sikap pasangannya tersebut.

Serta tak memiliki kejelasan tentang apa yang salah dalam hubungan tersebut.

Dilansir oleh Tribunjateng.com, menurut Dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang dan Konselor Pernikahan Dr Christin Wibhowo, S.Psi, M.Si, menjelaskan ada 2 alasan utama seseorang melakukan ghosting.

1. Pertama adalah ketidak pekaan seseorang akan sinyal atau tanda-tanda dari pasangannya untuk putus (mengakhiri hubungan).

Misalnya ghoster sudah memberikan sinyal dengan tidak membalas chat, tidak mengangkat telepon, atau membatalkan janji pertemuan.

Namun pasangannya masih tidak sadar dengan cara-cara halus di atas.

Ataupun si ghoster tidak tega menyampaikan secara langsung untuk mengakhiri hubungan mereka.

Sehingga akhirnya, si ghoster melakukan ghosting kepada pasangannya.

2. Alasan kedua karena mungkin ghoster tidak mau berdebat.

Ghoster bisanya memang berencana untuk mengakhiri hubungan.

Atau bahkan sudah dengan mengatakan bahwa dirinya ingin putus secara langsung berbicara ke pasangannya atau ghostee.

Namun, ghostee masih memaksa dan mengejar terus.

Untuk menghindari perdebatan tersebut,  akhirnya ghoster memilih melarikan diri.

3. Ketiga adalah si ghoster sedikit memiliki gangguan kepribadian yaitu gangguan kecemasan untuk terikat pada hubungan. 

Menurut Christin Wibhowo, kemungkinan besar Ghoster punya kepribadian menghindar.

Jadi, ketika sudah mulai lekat, si ghoster ini mulai merasa takut.

Hal itu bisa saja disebabkan karena pengalaman masa lalu atau memang memiliki gangguan tersebut.

Kondisi ini bisa saja terjadi apabila si ghoster dikejar-kejar orangtua ghostee.

Contohnya tekanan dari orangtuan untuk segera menikah, padahal si ghoster belum siap.

Berikut beberapa aladan mengapa seseorang bisa jadi korban ghosting.

1. Karena ghostee tidak siap dan peka terhadap tanda-tanda tadi oleh pasangannya.

2. Korban ghosting tidak memilik prestasi khusus (kegiatan, hobi, atau capaian).

Sehingga dalam berhubungan, ghostee cenderung mengikuti terus pasangannya.

Hal ini tentu membuat bosen si ghoster, sehingga akhirnya si ghoster jadi jengkel dan melarikan diri.

Untuk menghindari jadi korban ghosting anak-anak muda disarankan memiliki kemandirian dan prestasi masing-masing.

Jangan jadi serba ketergantungan dengan pasangan dan melakukan segala sesuatunya sama-sama.

Sikap dependen atau ketergantungan itu sendiri juga bisa jadi merupakan sebuah gangguan.

Christin melanjutkan terjadinya ghosting bukan hanya salah dari pelaku atau ghoster, tetapi korban/ghostee juga punya potensi untuk di-ghosting. (tribunjateng/non)

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved