Berita Wonogiri
Deretan Rumah Megah Bak Vila di Bubakan Wonogiri, Para Pemiliknya Penjual Bakso, Ini Kisah Mereka
Cerita punya cerita, rumah-rumah itu merupakan rumah para penjual bakso khas Wonogiri
Sampai suatu hari, Kadiyem bertemu dengan seorang kakek mengenakan baju putih dan topi caping.
"Kakek itu minta minum, katanya haus, tapi gak punya uang. Saya kasih jamu dan masih saya bungkusin jamu," ujarnya.
"Kakek itu bilang, dua sampai tiga minggu lagi saya jualannya suruh di tempat saja, gak usah keliling. Kakek itu pergi dan tiba-tiba menghilang," tambahnya.
Sejak itu suami Kadiyem mengontrak sebuah rumah yang dijadikan warung bakso. Benar saja, setiap hari warung bakso ramai dipenuhi pelanggan.
"Saya kalau ingat kakek itu, selalu menangis," imbuhnya.
Saat ini Kadiyem hanya berjualan bakso. Dari penjualan baksonya itu, dia dapat membangun rumah yang megah di Desa Bubakan.
Meski bisa membeli dan membangun rumah di Bubakan, dia enggan membeli rumah ditempat rantaunya.
"Disana saya masih mengontrak. Memang saya gak mau beli rumah disana, karena saya ingin tetap tinggal dan pulang kesini (Bubakan)," tambahnya.
Selain melayani pelanggan yang di warung, Kadiyem juga melayani catring diberbagai acara termasuk acara kedinasan.
Baca juga: Ratusan Perantau Luar Kota Masuk Solo, Pemkot Belum Berlakukan Karantina, Ini Alasannya
Biasanya, Kadiyem dan keluarganya lebih sering di perantauan. Anak-anaknya ia sekolahkan di Lubuklinggau.
"Ini saya di rumah karena sedang renovasi rumah," ujarnya.
Saat ditanya berapa pendapatan rata-rata Kadiyem berjualan bakso, dia enggan menjawab. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Kisah Perantau Asal Bubakan Wonogiri Sukses Jual Bakso & Bangun Rumah Megah, Awalnya Ikut Mbah Joyo