Berita Kabupaten Tegal
Dinkes Kabupaten Tegal Launching Kafe Bayi dan Balita Kafeta, Ini Lho yang Disediakan
Dikatakan, Kafeta ini nantinya menyediakan makanan-makanan yang disesuaikan dengan usia bayi dan balita
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Dalam rangka mengurangi angka Stunting (gangguan pertumbuhan pada anak) di Kabupaten Tegal yang sudah mencapai 10.510 kasus, membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal berinovasi dengan melaunching Kafe Bayi dan Balita (Kafeta), Selasa (25/5/2021).
Kabid Fasilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Tegal Meliansyori menjelaskan, jumlah stunting di Kabupaten Tegal sampai hari ini sebanyak 10.510 kasus atau jika diprosentase sebesar 13,78 persen.
Namun jumlah tersebut masih terus bergerak dengan kata lain bisa saja hari ini jumlahnya 10 ribuan kasus besok bertambah menjadi 14 ribu kasus atau bisa juga berkurang. Intinya data terus ter update setiap harinya.
Sehingga tercetuslah ide membuat Kafeta (Kafe Bayi dan Balita) dan lokasi pertama yang dipilih adalah Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.
Kenapa Desa Kalisapu dipilih menjadi yang pertama adanya Kafeta? Menurut Meli, karena jumlah kasus stunting di Desa tersebut termasuk paling tinggi di Kecamatan Slawi yaitu sebanyak 105 kasus.
Sedangkan Desa lainnya berada dibawah angka tersebut dan paling rendah di Desa Pakembaran sebanyak 51 kasus.
"Untuk awal kami menempatkan Kafeta di Desa Kalisapu, harapannya kedepan program Kafeta ini bisa dikembangkan di Kecamatan dan Desa lainnya di Kabupaten Tegal," ujar Meli, pada Tribunjateng.com.
Dikatakan, Kafeta ini nantinya menyediakan makanan-makanan yang disesuaikan dengan usia bayi dan balita.
Seperti bubur bayi yang komposisinya sudah disesuaikan dengan standar gizi.
Adapun Kafeta juga akan dijaga oleh ibu-ibu kader yang sudah terlatih. Sampai saat ini ada sekitar 40 kader yang sudah dilatih.
Para kader inilah yang setiap harinya akan membuka Kafeta mulai pukul 06.00 WIB sampai 09.00 WIB. Per hari ada empat kader yang berjaga di Kafeta.
"Setelah kami berkoordinasi dengan pak Kades dan melakukan verifikasi dari 105 kasus stunting di Desa Kalisapu ternyata ada 50 balita yang belum ada perbaikan. Sehingga pada pembukaan Kafeta Rabu besok, 50 balita ini biayanya akan dicover oleh dana Desa Kalisapu. Dengan kata lain makanannya diberikan secara gratis karena sudah ditanggung Desa," terangnya.
Meli menegaskan, Kafeta ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum, jadi siapapun yang berminat bisa membeli selagi stok masih tersedia.
Tidak hanya menjual produk makanan bayi yang sudah disesuaikan gizinya, dengan Kafeta ini sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menyesuaikan asupan makanan untuk anak.
"Uang hasil penjualan nantinya kami putar untuk membeli bahan-bahan masakan yang akan dijual pada hari besok dan seterusnya. Melalui Kafeta ini kami juga ingin mengoptimalkan peran kader mengupayakan produk UMKM. Jadi tidak hanya kesehatan tapi ekonomi juga berjalan," ungkapnya.
Pada kesempatan ini, selain melaunching Kafeta juga diadakan kegiatan Kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Sadar Pangan Aman (Germas Sapa) Kabupaten Tegal tahun 2021 berlokasi di Grand Dian Hotel Slawi, Selasa (25/5/2021).
Hadir untuk meresmikan, Bupati Tegal Umi Azizah menyampaikan, masalah stunting bukan karena faktor kekurangan ekonomi, bahkan terkadang dialami oleh keluarga yang tergolong mampu. Tapi kurang memperhatikan kesehatan dan keamanan makanannya.
Hadirnya Kafeta, diharapkan mampu bersinergi dengan Germas Sapa dalam mewujudkan keamanan pangan dan pencegahan stunting di Kabupaten Tegal.
Sehingga kebiasaan mengonsumsi makanan bergizi seimbang juga perlu dilakukan sejak anak berusia dini. Hal ini dapat mencegah masalah gizi.
Lebih jauh, kebiasaan tersebut diharapkan terbawa hingga anak dewasa untuk mencetak generasi sehat.
"Jujur saya kaget sesuai data yang disampaikan ternyata justru di pusat kota Kabupaten Tegal kasus stunting nya tinggi. Sehingga saya berpesan kepada Kepala Dinkes harus dianalisa per Desa per Kecamatan tidak hanya melihat data tapi dicari apa faktornya. Apakah karena orangtuanya sibuk sehingga memberi makanan instan, atau menitipkan ke rewang atau faktor lainnya," pesan Umi. (dta)