Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

smart women

Perjuangan Qurrotul Uyun Menjadi Doktor di Usia Muda, Kaji Kepastian Hukum bagi Diaspora Indonesia 

 21 April identik dengan peringatan Hari Kartini. Namun, bagi Qurrotul Uyun lebih dari sekedar itu. Uyu

Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUN JATENG
Qurrotul Uyun kini bisa menikmati ketekunannya menempuh pendidikan tinggi 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- 21 April identik dengan peringatan Hari Kartini. Namun, bagi Qurrotul Uyun lebih dari sekedar itu. Uyun, panggilannya bilang jika tanggal 21 April, tepatnya Rabu, 21 April 2021 lalu menjadi momen yang teramat istimewa baginya.

Bertepatan di Hari Kartini itu, ia berhasil meraih gelar doktor di bidang Hukum Tata Negara (HTN), setelah menyelesaikan ujian akhir Program Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Diponegoro (Undip), Semarang.

Uyun senang bukan main. Bagaimana tidak, gelar doktor yang ia perjuangkan selama 3 tahun itu bisa diraihnya bertepatan di hari kelahiran Kartini, hari yang spesial bagi kaum perempuan di Indonesia. Belum sampai di situ, Uyun pun berhasil menyandang status cumlaude atau sempurna dari ujiannya tersebut. Padahal, saat presentasi kala itu, ia sedang dalam kondisi hamil tua.

"Mungkin seminggu lagi ini melahirkan. Aku memang niatnya ujian sebelum melahirkan karena kalau setelah melahirkan pasti bakal ribet.

Awalnya diputuskan jadwal ujian tanggal 19 April. Tapi berhubung salah satu dosen penguji tidak bisa, akhirnya mundur jadi tanggal 21 April. Dan ga disangka-sangka, ternyata bertepatan pada Hari Kartini. Suatu kehormatan dan motivasi tersendiri bagi saya," cerita Uyun.

Atas raihan gelar tersebut, Uyun bisa dibilang menjadi doktor termuda di lingkungan IAIN Jember yang memperoleh gelar doktor pada usia 27 tahun. Ya, selama menempuh program doktoral atau sejak 2017, Uyun sudah menjadi dosen HTN di IAIN Jember. Jember, Jawa Timur sendiri merupakan tanah kelahiran anak pertama dari dua bersaudara ini.

Mulai dari Program Sarjana hingga Doktoral, semua ia gapai dengan predikat cumlaude. Dimulai saat awal kuliah di Fakultas Hukum (FH) Universitas Jember (Unej) 2011 silam, ia meraih predikat lulusan cumlaude dan tercepat. Begitu pula predikat yang sama ia torehkan saat mengambil program Magister Ilmu Hukum di Undip. Ketekunanlah yang mengantarkan Uyun hingga sampai sekarang

"Kenapa saya begini? karena dulu saya lulusan pesantren di Madura, cabang Gontor. Materi ilmu umumnya sedikit. Setelah itu saya masuk FH, di mana ilmu agamanya blas ga ada. Jadi ilmu umum terus.

Sedangkan teman-teman lainnya sudah pintar presentasi dan sebagainya. Atas dasar itu, saya harus mengimbangi semuanya dengan tekun belajar. Berusaha meraih IP (indeks prestasi) maksimal seperti teman-teman saya," tutur Uyun dengan nada serak sehabis sidang kala itu.

Dia yang juga merupakan alumni Pondok Pesantren TMI Al-Amin Prenduan Sumenep, Madura ini mengisahkan, selama masa kuliah banyak hal berkesan. Namun yang paling berkesan justru saat dirinya kuliah program doktor. Dia mengikuti kuliah pada saat sebelum pandemi. Dia menyusun rancangan awal disertasi hingga proses penelitian di Australia, juga sebelum pandemi

"Saya mengerjakan penulisan disertasi ketika sedang menjalani masa kehamilan. Saat sebelum sidang seminar hasil penelitian, saya memasuki hamil bulan pertama. Saya ujian promosi doktor pada saat usia kehamilan 9 bulan. Dokter memberikan prediksi kehamilan akhir bulan April. Mudah-mudahan lancar," ungkap Uyun.

Hal itu tidak membuat Uyun patah semangat. Dirinya memiliki komitmen tinggi untuk segera lulus dari program doktoral karena ingin mengikuti jejak suaminya, Dr. Wildan Hefni, yang dua bulan sebelumnya telah berhasil meraih gelar doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada usia 29 tahun.

Disertasi Uyun mengkaji tentang konseptualisasi kebijakan hak hukum bagi diaspora Indonesia dalam konteks negara kesejahteraan. Ide dalam penggarapan disertasi tersebut berawal dari keingintahuannya terhadap fenomena diaspora yang menjadi fenomena global dengan tren positif seiring meningkatnya imigran sukses di abad ke 21.

"Diaspora lahir menjadi komunitas besar yang memiliki experience tinggi dalam perjalanan hidup dengan global networking yang sangat kuat dan bisa menjadi devisa besar bagi suatu negara. Karena itu, dalam menentukan strategi pembangunan ke depan, pemerintah perlu mempunyai strategi mengenai kebijakan diaspora secara jelas agar dapat memanfaatkan aset, jaringan dan brain power yang dimiliki diaspora Indonesia," ungkap Uyun

Dalam penelitiannya, dia menilai, masyarakat Indonesia luar negeri kurang merasakan, bahkan kesulitan dalam mengakses penggunaan fasilitas. Padahal, Fasilitas itu sebagaimana telah diamanatkan dalam regulasi masyarakat Indonesia luar negeri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved