Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tradisi

Mengenal Festival Famadihana, Kumpul kumpul Bareng Keluarga yang Sudah Mati

Sebuah tradisi yang cukup menyeramkan ada di Madagaskar.Masyarakat lokal menyebutnya dengan festival Famadihana.

Editor: rival al manaf
(RIJASOLO)
Tradisi Famadihana di Pulau Madagaskar. 

TRIBUNJATENG.COM, MADAGASKAR - Sebuah tradisi yang cukup menyeramkan ada di Madagaskar.

Masyarakat lokal menyebutnya dengan festival Famadihana yang artinya "membalikkan tubuh leluhur."

Sesuai namanya, leluhur atau nenek moyang yang sudah meninggal, turut ikut serta dalam festival ini.

Inilah esensi dari tradisi Famadihana. Mengajak seluruh anggota keluarga berkumpul dan bergembira bersama. Seluruhnya, tanpa kecuali

Baca juga: Misteri Mayat Wanita Telanjang Perlahan Terkuak, Sosok yang Gelisah Ini Terekam CCTV

Baca juga: Penemuan Mayat Bertato Kalajengking di Bukit Gombel Lama Semarang, Ini Ciri-cirinya

Baca juga: Pembunuhan Mertua dan Ipar di Kendal, Ari Tumpuk 2 Mayat dalam WC, Sempat Ngopi dan Sebat

Suku Malagasi yang mendiami Pulau Madagaskar yang berlokasi di lepas pantai timur benua Afrika, percaya bahwa nenek moyang dan leluhur mereka tak boleh dilupakan.

Atas dasar itu, Famadihana digelar agar anggota keluarga baru, misal para menantu atau anak-anak, bisa menjumpai keluarganya secara langsung, meskipun nyawanya sudah tiada.

Kenangan dan ajaran leluhur, menurut kepercayaan Suku Malagasi, lebih mudah dibagikan dengan pertemuan langsung.

Mayat yang memang dikuburkan di kuburan sekunder, bisa dengan leluasa diajak berkumpul tanpa harus membongkarnya dengan sulit.

Teknis festival Famadihana ini terbilang cukup serius. Satu tahun sebelumnya, para keluarga sudah membahas tanggal, pengeluaran, sampai daftar tamu.

Selama festival, yang sebenarnya lebih mirip upacara ini, tetangga dan penduduk sekitar juga diundang dan diberi kudapan berupa nasi, babi, atau sapi, yang istilahnya disebut "varibemenaka".

Selanjutnya, para peramal lokal akan menentukan tanggal pasti untuk memulai Famadihana. Biasanya jatuh antara bulan Juli sampai September.

Setelah itu, kuburan keluarga akan dibuka selama dua sampai tiga hari, untuk kemudian memulai upacara sakral tapi meriah ini.

Famadihana biasanya dimulai dengan diskusi, musik, minuman dan persiapan makan untuk hari berikutnya.

Para tamu datang ke Famadihana, wajib memberi beras dan uang pada penyelenggara. Selanjutnya, tuan rumah segera mempersiapkan pesta, yang berarti mengunjungi makam nenek moyang.

Saat bagian ini dimulai, orang-orang biasanya memakai pakaian terbaiknya. Sekelompok musisi langsung memainkan terompet, genderang, dan seruling Malagasi yang disebut Sodina.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved