Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pertamina Cilacap

Mitra Binaan Kilang Pertamina Cilacap Batik Klumprit Ajak Kaum Wanita Bangkit

Di sebuah pekarangan samping rumah, terlihat dua perempuan tua yang dengan tekun dan terampil meneteskan cairan malam dalam canting.

Editor: abduh imanulhaq
IST
Salah satu Karyawan sedang dengan tekun dan terampil meneteskan cairan malam dalam canting batik Sekar Waru 

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP – Di sebuah pekarangan samping rumah, terlihat dua perempuan tua yang dengan tekun dan terampil meneteskan cairan malam dalam canting.

Tetesan cairan malam mengalir pelan dan dengan rapi mengikuti pola di selembar kain putih demi menghasilkan motif batik.

Proses berikutnya, satu persatu kain yang sudah terlukis pola batik itu dibawa ke tempat pewarnaan, tak jauh dari tempat membatik.

Pewarnaan dilakukan dengan proses pencelupan ke cairan khusus pewarna batik hingga mendapatkan warna yang sempurna sesuai karakter setiap motif.

Begitulah pemandangan sehari-hari yang terlihat di rumah Rosita Trisiyani (30), pemilik usaha batik di Desa Klumprit, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap.

Rumahnya yang berada di Dusun Banjar Waru RT 3 RW 4, sekaligus menjadi ide nama usahanya, batik Sekar Waru. “Orang-orang sini lebih mengenal batik Klumprit, atau batik Sewaru,” katanya.

Salah satu hasildari Batik Sekar Waru Cilacap
Salah satu hasildari Batik Sekar Waru Cilacap (IST)

Batik Sekar Waru berdiri sejak 2015 dengan misi mengumpulkan potensi warga setempat yang sudah memiliki keterampilan membatik.

“Kebetulan para wanita di dusun ini sebagian sudah bisa membatik. Mereka belajar keterampilan membatik secara turun-temurun. Potensi itulah yang saya kumpulkan,” ungkapnya.

Sebelumnya, kata Rosita batik hasil karya warga Dusun Banjarwaru ini hanya sampai pada tahap pembuatan motif. Sedangkan tahap pewarnaan harus dibawa ke Yogyakarta.

“Setelah itu baru dikirimkan kembali ke pembuatnya. Lalu dijual di pasar-pasar tradisional. Resikonya kalau tidak laku, ya dibawa pulang lagi,” ujarnya.

Lanjut Rosita, pada awalnya ia hanya memberdayakan dua orang tetangganya dalam usaha ini.

“Saya dibantu suami dan dua orang pembatik. Lalu hasilnya saya tawarkan ke kantor, dinas, maupun sekolah. Yang namanya baru memulai, tidak langsung laku. Apalagi ini batik tulis, yang harganya jelas lebih mahal dari batik cap,” jelasnya.

Namun, ibu dari satu orang ini adalah sosok yang pantang menyerah. Ia terus berjuang memasarkan batik khas Desa Klumprit, yang disebut menjadi batik tertua di Kabupaten Cilacap.

Batik yang ia tawarkan memiliki ciri khas dan corak asli Desa Klumprit secara turun-temurun, seperti Klabang Bures, Parang Angking, Truntun, Parang Kembang, Kawung, dan lain-lain.

“Saya juga kombinasikan dengan motif kekinian, namun tetap mempertahankan motif asli,” lanjutnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved