Pemulung Banjarnegara Merasa Kebal Corona, Tak Takut Sampah Medis: Kalau Pusing Olesi Balsem Sembuh
Ketika masyarakat berusaha menjaga kebersihan, pemulung justru tiap hari bergelut dengan sampah yang kotor.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Daniel Ari Purnomo
Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Pandemi Covid 19 melahirkan kebiasaan baru di masyarakat.
Kampanye perilaku hidup bersih selalu didengungkan hingga masyarakat perlahan mengubah kebiasaannya.
Ketika masyarakat berusaha menjaga kebersihan, pemulung justru tiap hari bergelut dengan sampah yang kotor.
Karenanya, wajar jika mereka dianggap termasuk kelompok rentan terpapar virus, tak kecuali Covid 19.
Tetapi, seakan tanpa rasa takut, di masa pandemi Covid 19, para pemulung masih beraktivitas seperti biasa.
Tidak terkecuali Murtinah, warga Desa Winong Kecamatan Bawang, Banjarnegara.
Ia dan puluhan pemulung lain masih menjalani aktivitas biasa di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Desa Winong.
Tiap hari, ia mengais sampah yang telah diturunkan dari bak kendaraan.
Selain komunitas mereka yang berbaju kumal, tak ada warga lain yang sudi mendekat.
Kecuali kawanan lalat yang kegirangan melihat sampah.
Mereka tak peduli darimana sampah itu berasal. Virus apa yang menempel pada sampah itu pun masa bodoh.
Mereka hanya fokus memungut sampah yang bisa ditukar dengan rupiah.
"Orang nyebutnya jorok. Pekerjaan seperti ini tiap hari megangi sampah. Tapi karena sudah biasa, tidak kaget," katanya, Jumat (11/6/2021)
Murtinah sadar sampah yang dia pegang tiap hari bisa jadi membawa penyakit.
Terlebih sampah kotor itu buangan dari berbagai tempat, termasuk dari rumah sakit di Kabupaten Banjarnegara.
Sedangkan rumah sakit adalah tempat merawat orang-orang berpenyakit atau terpapar virus.
Tetapi ia tak punya pilihan lain. Hanya pekerjaan itu yang bisa dia andalkan untuk menutup kebutuhan keluarga.
Meski penghasilan dari mengais sampah tak seberapa.
Ini pula yang dialami teman-temannya sesama pemulung.
Karenanya, meski Covid 19 terus meneror, Murtinah dan teman-temannya masih bekerja seperti biasa.
"Sampah dari rumah sakit masuknya juga ke sini. Corona itu apa juga saya tidak mengerti, jadi tidak takut, " katanya
Anehnya, meski tiap hari bergelut dengan sampah dan jauh dari aspek kebersihan, Murtinah mengaku baik-baik saja.
Saat orang-orang di luar sama ketakutan terhadap ancaman corona, Murtinah biasa saja menyikapinya.
Padahal Murtinah tergolong lansia yang masuk kelompok rentan.
Kesehariannya juga jauh dari standar hidup bersih dan sehat yang biasa digaungkan.
Sebaliknya, ia selalu bergelut dengan sampah tempat berkembangbiaknya kuman.
Tetapi siapa sangka, sejak pandemi melanda setahun lebih, ia mengaku tak pernah mengalami gejala serius hingga harus pergi ke fasilitas kesehatan.
Begitupun puluhan pemulung lain seprofesi.
Tak Pakai Masker
Berhadapan dengan sampah kotor dan berbau busuk, mereka bahkan tak mengenakan masker.
Murtinah mengakui hanya pernah sesekali mengeluhkan sakit, namun itu hanya penyakit ringan.
Ia misalnya, selepas bekerja kehujanan hingga tubuhnya kuyup, ia sempat pernah merasakan pusing.
Tetapi itu tidak bertahan lama.
Ia pun tak sampai berobat ke rumah sakit atau dokter untuk kesembuhannya.
"Paling-paling bengel (pusing), tapi digosok pakai balsem juga sembuh. Alhamdulillah yang bekerja di TPA semua sehat, "katanya.
Bisa jadi, tubuhnya memang sudah terlalu kebal terhadap penyakit karena biasa bergulat dengan sampah.
Murtinah tentu bersyukur, di usianya yang tak muda lagi, di tengah kehidupannya yang kotor, ia selalu diberi kesehatan.
Ia merasa kesehatan yang dirasakannya selama ini tidak lain adalah karunia Tuhan.
Ia yang hidupnya sudah susah merasa dikasihi Tuhan sehingga terhindar dari penyakit berat.
"Mestinya dikasihani Tuhan,"katanya.
(*)