Penanganan Corona
Efektifitas Vaksin AstraZeneca, Sinovac, dan Pfizer Melawan Varian Delta, Mana yang Lebih Ampuh?
Virus corona varian delta menjadi perhatian serius, karena hasil tes laboratorium menunjukkan, varian delta lebih menular dibanding varian Covid-19.
2. Vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca menggunakan vektor virus simpanse yang kekurangan replikasi, berdasarkan versi virus flu biasa (adenovirus) yang dilemahkan, yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik protein lonjakan virus SARS-CoV-2.
Setelah vaksinasi, protein lonjakan permukaan diproduksi, sehingga memicu sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika kemudian menginfeksi tubuh.
Data terbaru dari Public Health England (PHE) yang diterbitkan sebagai pra-cetak, menyebut vaksin AstraZeneca menawarkan perlindungan tingkat tinggi dari varian delta, efikasinya mencapai hingga 92 persen.
Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca dapat mencegah risiko rawat inap karena varian Delta hingga 92 persen. Dan bahkan, tidak ada kematian di antara mereka yang divaksinasi.
Sementara efektivitas vaksin terhadap infeksi Covid-19 varian delta yang bergejala adalah 64 persen.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, hal itu berdasarkan analisis yang mencakup 14.019 kasus varian Delta, di mana 166 di antaranya dirawat di rumah sakit antara 12 April hingga 4 Juni di Inggris.
Bukti nyata terhadap varian Delta ini didasarkan pada tindak lanjut terbatas, setelah dosis kedua yang dapat memengaruhi perkiraan efektivitas.
Mene Pangalos, Executive Vice President, BioPharmaceuticals R&D mengatakan, bukti nyata ini menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap varian Delta, yang saat ini menjadi varian yang menjadi perhatian karena penularannya yang cepat.
3. Vaksin Sinovac
Vaksin Covid-19 Sinovac buatan perusahaan bioteknologi asal China, dikembangkan dengan teknologi inactivated virus atau virus utuh dari SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, yang sudah dimatikan.
Tujuannya untuk memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius.
Metode inactivated virus adalah teknologi yang biasa dipakai dalam pengembangan vaksin, termasuk dalam pengembangan vaksin polio dan flu.
Vaksin Sinovac ini juga telah mengantongi izin EUA dari WHO. Menurut WHO, hasil data yang ditinjau menunjukkan vaksin berbasis inactivated virus tersebut dapat mencegah penyakit bergejala pada 51 persen dari mereka yang telah menerima vaksinasi.
Selain itu, data juga menunjukkan vaksin ini melindungi infeksi parah dari Covid-19 yang menyebabkan rawat inap pada 100 persen populasi yang diteliti.