Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Cara Pemkot Semarang Tangani Covid, Sulap Balai Kelurahan, Sanggar PKK, dan PAUD Jadi Tempat Isolasi

Kebutuhan makan pasien yang isolasi dipenuhi dari program Jogo Tonggo dari masing-masing RT dan RW serta lumbung kelurahan

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Setiap kelurahan di Kecamatan Tembalang bakal menyediakan tempat isolasi bagi pasien Covid-19.

Demikian disampaikan Camat Tembalang, Kusrin, Senin (29/6).

Saat ini, kelurahan yang sudah memiliki tempat isolasi yaitu Kelurahan Meteseh.

Kelurahan lain di Kecamatan Tembalang baru proses menyiapkan tempat isolasi di balai RW maupun balai kelurahan.

Nantinya, setiap tempat isolasi dikelola masing-masing kelurahan dan dipantau Puskesmas Kedungmundu serta Puskesmas Rowosari.

"Perintah Pak Wali (Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, red) setiap kelurahan harus ada tempat isolasi. Boleh di balai RW, kelurahan, atau di mana. Kalau isolasi di rumah warga bisa main-main keluar," ujarnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang hingga Senin (28/6), Kecamatan Tembalang menduduki posisi pertama terbanyak kasus Covid-19.

Kusrin menyebutkan, hingga Selasa (29/6), ada 287 warga Kecamatan Tembalang yang terpapar Covid-19. Sebanyak 129 warga melakukan isolasi mandiri dan 119 warga dirawat di rumah sakit.

Lainnya menjalani isolasi di tempat karantina terpusat yang dikelola Pemerintah Kota Semarang antara lain rumah dinas, asrama haji, balai diklat, dan miracle healing centre (MHC).

Sementara Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, pengalihfungsian balai kelurahan jadi rumah isoalsi adalah langkah antisipatif atas melonjaknya kasus Covid-19.

Menurutnya, warga sekitar bergerak bersama pemerintah membantu menanggulangi Covid-19.

Hendi, sapaannya, mengapresiasi kontribusi warga sekitar, dalam hal ini Meteseh yang terlibat memfungsikan balai kelurahan sebagai rumah isolasi.

Menurut Hendi, rumah isolasi di Kelurahan Meteseh bisa dibuka karena adanya dukungan swadaya warga.

Sedianya, rumah isolasi itu diperuntukkan bagi pasien Covid-19 yang bergejala ringan, maupun non-gejala agar memudahkan dalam pemantauan.

Setelah disulap menjadi rumah isolasi, balai kelurahan tersebut memiliki 15 bilik, di mana setiap bilik dapat terisi dua pasien.

Dengan demikian, totalnya bisa menampung 30 pasien Covid-19 dari warga Meteseh.

Dengan adanya rumah isolasi tersebut, nantinya warga yang tidak memiliki tempat untuk isolasi mandiri dapat menjalani perawatan di balai kelurahan.

Hal itu dianggap lebih efektif untuk memudahkan tenaga kesehatan khususnya dari Puskesmas Rowosari untuk melakukan perawatan di satu titik lokasi.

“Selama ini tenaga kesehatan kami jumlahnya terbatas dan bekerja secara door to door untuk memantau dan membagikan obat serta vitamin bagi pasien Covid yang melaksanakan isolasi mandiri,” ujar Hendi.

Oleh karena itu, bila di suatu kawasan seperti tingkat kelurahan dapat terkonsentrasi di satu titik, hal itu akan mempercepat dan memudahkan kinerja para tenaga medis.

Dalam dua pekan terakhir Hendi mendorong jajarannya bekerja sama dengan sejumlah pihak swasta agar membuka rumah-rumah isolasi untuk mengurangi angka bed occupancy rate (BOR) rumah sakit di Kota Semarang.

Tercatat 490 tempat tidur untuk pasien gejala ringan dibuka di sejumlah titik, seperti di Balai Diklat Kota Semarang, asrama mahasiswa UIN Walisongo, Miracle Healing Center di Marina dan Gedung Laboratorium Kesehatan Masyarakat milik UNIMUS di Wonolopo, Mijen.

Hendi juga telah meresmikan Rumah Sakit Darurat Covid di Kedungmundu dengan kapasitas 106 tempat tidur dan 12 ICU untuk pasien yang bergejala berat.

Terpisah, sanggar PKK dan PAUD di Kelurahan Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan, juga disulap menjadi rumah isolasi bagi pasien Covid-19.

Pihak kelurahan, LPMK, RT, dan RW bergotong royong untuk menyiapkan rumah isolasi tersebut. Rencananya, rumah isolasi sudah dapat digunakan mulai Rabu (30/6) hari ini.

Lurah Lamper Kidul, Marjuki mengatakan, persiapan sudah mencapai 90 persen. Pihaknya bekerja sama dengan Puskesmas Lamper Tengah.

Nantinya, puskesmas yang memberikan rekomendasi apakah pasien yang bersangkutan dirawat di tempat karantina terpusat atau di rumah isolasi kelurahan.

Pihaknya berupaya membuat masyarakat nyaman saat menjalani isolasi di kelurahan.

Berbagai fasilitas disediakan antara lain tempat tidur, kamar mandi, TV, hingga mobil ambulans.

Hanya saja, peralatan pribadi harus membawa sendiri semisal bantal, selimut, seprei, dan alat makan.

"Tempat tidur akan kami isi 10. Namun, sementara baru ada lima. Nanti sore (kemarin, red) bisa terpenuhi.

Warga dan seluruh elemen saling bahu membahu," ujar Marjuki, Selasa (29/6).

Sementara kebutuhan makan pasien yang isolasi dipenuhi dari program Jogo Tonggo dari masing-masing RT dan RW.

Lumbung pangan kelurahan juga akan turut menyediakan makanan. Marjuki menyebutkan, lumbung pangan kelurahan masih memiliki dana Rp 4 juta.

Dana tersebut bisa digunakan untuk membeli sembako.

"Kami juga menyiapkan tim pengawasan yang terdiri dari LPMK dan Karang Taruna. Alat pelindung diri juga telah disiapkan," imbuhnya.

Menurutnya, rumah isolasi sangat diperlukan untuk berjaga-jaga apabila ada warga yang membutuhkan tempat isolasi serta meringankan beban pemerintah dalam penyediaan tempat karantina.

Apalagi, kasus Covid-19 di Lamper Kidul saat ini sebanyak 52 kasus dengan kasus terbanyak berada di RW 1.

Sementara Ketua LPMK Kelurahan Lamper Kidul, Ani Kusrini menambahkan rumah isolasi di Sanggar PKK dan PAUD tersebut rencananya diperuntukkan bagi pasien perempuan. Sedangkan untuk pasien laki-laki, dia sedang mempersiapkan tempat isolasi di rumah dinas lurah.

"Nanti ada yang berjaga 24 jam.

Di sini khusus perempuan.

Kami baru akan persiapkan yang laki-laki di rumah dinas. Ini baru akan bersih-bersih," paparnya. (eyf)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved