Berita Jepara
BERITA LENGKAP : Jeritan UMKM Furniture di Jepara Terancam Mati Suri Selama Pandemi
Ketersediaan kontainer untuk ekspor yang semakin langka dalam beberapa waktu terakhir menambah kesulitan pengusaha di tengah melemahnya permintaan
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Ketersediaan kontainer untuk ekspor yang semakin langka dalam beberapa waktu terakhir menambah kesulitan pengusaha di tengah melemahnya permintaan dan aktivitas bisnis akibat dampak pandemi covid-19 secara global.
Hal itu seperti dialami UMKM furniture di Kabupaten Jepara. satu pelaku UMKM di Pecangaan, Jepara, Eddy Suwono mengatakan, kelangkaan kontainer yang terjadi selama beberapa bulan terakhir membuat usahanya semakin terpuruk, hingga ia kini terpaksa menutup sementara aktivitas produksi.
"Sejak Oktober tahun lalu, kontainer untuk ekspor mulai langka. Pada Maret lalu mulai susah sekali, dan sekarang betul-betul klimaksnya. Sudah dua minggu ini saya liburkan (produksi-Red)," katanya, saat dihubungi Tribun Jateng, Rabu (14/7).
Eddy menuturkan, Dari ribuan pelaku UMKM di Jepara, pelaku usaha terdampak hal serupa diperkirakan hampir mencapai 500 usaha furniture, termasuk usahanya yang kini semakin tak berkutik, sebab tarif sewa kontainer yang melambung.
Padahal, sebelumnya ia sudah mendapat empat buyer, dengan masing-masing order satu bulan satu kontainer, sehingga totalnya empat kontainer/bulan.
Setelah setahun berjalan, dengan permintaan yang semakin bagus, Eddy memperbanyak karyawan, memperluas pabrik, bahkan memperbanyak supplier.
Tetapi, kendalanya sekarang bukan modal, produksi, atau kapasitas, melainkan pengiriman, karena langkanya kontainer.
"Kalau kontainer ada, itu jadi rebutan. Jadi yang berani bayar mahal itu yang dapat, dan setiap bulan terus naik (harga-Red), akhirnya sampai titik akhir pada Mei, bahkan sampai sekarang harga sampai tujuan mencapai hampir 150 persen di atas harga barang yang saya jual," ungkapnya.
Ia menyebut, biaya sewa kontainer sebelumnya sebesar 4.000 dollar AS-5.000 dollar AS untuk setiap kontainer.
Namun saat ini, harga mengalami kenaikan hingga 400 persen mencapai 16.000 dollar AS hingga 20.000 dollar AS.
Eddy menyatakan, tingginya harga sewa kontainer tersebut sudah tidak sebanding dengan produk yang dijual, sehingga membuatnya tak mampu lagi untuk menyiasati.
"Rata-rata buyer besar yang masih jalan karena berani bayar tinggi. Tapi kalau buyer kecil, UMKM seperti saya ini, sudah susah. Kontainer yang premium saja sampai 19.000 dollar AS, padahal barang yang kami jual paling banter, paling tinggi seharga 14.000 dollar AS," jelasnya.
Akibat terhambatnya aktivitas ekspor karena kelangkaan dan tingginya tarif sewa kontainer tersebut, Eddy terpaksa merumahkan lebih dari 50 persen karyawan. Ia pun meminta pemerintah segera turun tangan memberikan solusi, agar pelaku UMKM di Kabupaten Jepara tetap bertahan di tengah pandemi covid-19 saat ini.
"Saya sudah pernah melapor ke pihak-pihak terkait, tapi tidak ada solusi, karena masalah global. Terus kami nasibnya bagaimana ditambah dampak PPKM Darurat?
Kami sebagai pengusaha untuk biaya hidup masih bisa tercover, tapi karyawan kami yang kasihan. Karyawan kami sebelumnya sampai 150 orang, sekarang tinggal sekira 60 orang," paparnya.
"Saya harap pemerintah bisa memberi solusi kepada masyarakat Jepara yang saat ini sedang kesulitan, agar usaha tidak mati suri. Jangan hanya berkata karena pandemi, karena kita juga tidak tahu kapan pandemi ini berakhir," tukasnya.
Adapun, keluhan serupa diungkapkan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman. Ia menyebut, saat ini industri banyak mengalami kendala di logistik, terutama kontainer untuk ekspor
Menurut dia, diperlukan berbagai macam upaya efisiensi inovasi agar masalah terkait dengan kelangkaan kontainer untuk logistik ekspor bisa ditangani dengan cepat.
"Ini tantangan kita bersama sebagai pelaku industri kecil menengah, termasuk juga industri menengah besar,” ucapnya, dalam FGD Peluang pasar dalam negeri, Senin (12/7), dikutip Liputan6.com.
Penyebab kelangkaan
Menanggapi hal itu, dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih mengungkapkan, terdapat tiga hal yang menjadi penyebab kelangkaan kontainer yang menyulitkan pelaku usaha dalam melakukan kegiatan ekspor, khususnya bagi IKM.
“(Pertama), memang masa pandemi ini banyak negara-negara yang melakukan lockdown sehingga kontainer ini agak susah masuk (membawa) barang-barang, kecuali barang-barang yang erat dengan kebutuhan kesehatan dan pangan,” tuturnya.
Kemudian penyebab kedua, dia menambahkan, bangkitnya China dari pandemi covid-19, di mana mereka lebih mengutamakan mendistribusikan produk-produknya ke luar negeri.
“Mereka mendistribusikan produk-produknya ke luar, sehingga mereka lebih mengutamakan logistik dan distribusi produk mereka. Kalau kontainer tidak balik, misalnya dari China ke Indonesia balik lagi ke China, tapi disuruh belok ke Australia dikit mereka tidak mau,” terangnya.
Gati mengakui, peredaran kontainer di masa pandemi covid-19 ini sangat terbatas. Menurut dia, masalah kontainer tidak mudah diselesaikan, karena permintaan yang tinggi, tetapi supply-nya rendah.
“Ketiga, pemain kontainer ini adalah pemain internasional, sehingga kita tidak mudah untuk mengatur mereka, kita tergantung pada mereka, itu yang jadi masalah,” ungkapnya. (idy)
Baca juga: Hotline Semarang : Apakah Benar Jalur Masuk Kota Semarag Ditutup?
Baca juga: Nycta Gina Terpaksa Temanin Anak Isilasi Mandiri
Baca juga: Polisi Amankan 2 Unit Bus PO Setia Negara dan Dewi Sri karena Penumpang tak Bawa Surat Keterangan
Baca juga: Jadwal Samsat Keliling Kabupaten Tegal Hari Ini, Kamis 15 Juli 2021 Ada di Tiga Lokasi