Berita Sragen
Meski Pandemi Covid-19, Antusias Warga Desa Pengkok, Sragen Berkurban Tinggi
Meski tengah berada di Pandemi Covid-19, kesadaran masyarakat di Desa Pengkok, Sragen untuk berkorban tinggi.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Meski tengah berada di Pandemi Covid-19, kesadaran masyarakat di Desa Pengkok, Sragen untuk berkorban tinggi.
Jumlah hewan yang dikurbankan setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Setidaknya ada 166 ekor sapi dan 91 ekor kambing yang disembelih di hari perayaan Hari Raya IdulAdha di Desa Pengkok.
Sapi dan kambing tersebut dipotong di kurang lebih 50 titik di Desa Pengkok.
Baca juga: Prediksi Meksiko Vs Perancis Olimpiade 2021, Susunan Pemain dan Link Live Streaming TVRI
Baca juga: AC Milan Akan Datangkan Pemain Top Jebolan Inter Milan, Balas Dendam Pembajakan Calhanoglu
"Alhamdulilah total hewan korban di Desa Pengkok untuk sapi 166 ekor dan kambing sebanyak 91 ekor," kata Kepala Desa Pengkok, Sugimin kepada Tribunjateng.com, Selasa (20/7/2021).
Sapi-sapi yang disembelih ini berasal dari berbagai tempat mulai dari sapi Bali, sapi Jawa hingga warga Desa Pengkok yang beternak sendiri.
Daging kurban ini tidak hanya dinikmati warga Desa Pengkok, melainkan dibagikan ke warga diluar desa yang membutuhkan.
Meskipun ada imbauan untuk memotong hewan kurban di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), dirinya mengaku karena kapasitas RPH yang tidak memungkinkan.
Selain itu, Sugimin mengaku angka persebaran Covid-19 di desanya paling rendah dibandingkan desa-desa lain di Kecamatan Kedawung.
Mulai dari angka aktif Covid-19, warga yang isolasi mandiri dirumah maupun Technopark hingga warga yang meninggal dunia.
"Jadi secara prokes warga desa kami patuh, pelaksanaan salat IdulAdha sendiri tetap dilakukan di seluruh masjid di Desa Pengkok dengan tetap menerapkan protokol kesehatan," katanya.
Mengindari kerumunan, dirinya meminta agar pemotongan dilakukan di setiap RT, Desa Pengkok sendiri terdapat 45 RT.
Seluruh panitia kurban melakukan pemotongan dengan menjalankan protokol kesehatan.
"Dari desa sudah menganjurkan masker terutama disiapkan, cuci tangan air mengalir, thermogun di setiap penyembelihan ada semua," katanya.
Warga Perantau
Sugimin mengaku antusiasme warganya untuk berkurban memang selalu tinggi.
Setiap tahunnya selalu ada peningkatan jumlah hewan yang dikurbankan.
Baca juga: Respons Melonjaknya Kasus Covid-19 di Semarang, Brimob Simongan Beri Daging Kurban bagi Warga Isoman
Baca juga: Maksimalkan Pembelajaran Daring, Mahasiswa Diperkenalkan Fitur Augmented Reality
Antusiasme masyarakat yang melakukan korban tinggi karena kebanyakan warga merantau diluar daerah bahkan pulau.
"Adanya Pandemi tidak mengurangi antusias warga untuk berkorban, tahun kemarin saja 152. Warga kami pekerja keras, dari mulai buruh tani, pekerja pabrik, ditopang lagi kebanyakan perantauan penjual perabotan," terangnya.
Perantau sendiri dikatakannya merata hampir di seluruh pulau dari Sabang sampai Merauke. (*)