Berita Pati
Hasilkan Inovasi “Serba Singkong”, SMK Cordova Borong Penghargaan Pati Innovation Award 2021
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Cordova Margoyoso memborong tiga penghargaan sekaligus dalam ajang Pati Innovation Award 2021.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Cordova Margoyoso memborong tiga penghargaan sekaligus dalam ajang Pati Innovation Award 2021.
Dalam kompetisi yang digelar Pemerintah Kabupaten Pati tersebut, SMK Cordova meraih juara 1 dan harapan 1 kategori pelajar/mahasiswa serta juara harapan 1 kategori umum.
Ketiga nomor juara tersebut, seluruhnya didapatkan berkat hasil penelitian dan inovasi yang berkaitan dengan singkong dan industri tapioka di daerah di mana SMK Cordova Berada, yakni Kecamatan Margoyoso.
Memang, Margoyoso masyhur sebagai sentra industri tapioka di Kabupaten Pati.
Juara 1 kategori pelajar diraih oleh siswa Kelas XI jurusan Teknik Kimia Industri, yakni Nia Kartika Putri dan Wahyu Ilham Maula. Mereka diganjar penghargaan pertama setelah menciptakan aplikasi Descas (Determination of Starch in Cassava Tubers) Ver 1.0.
Aplikasi berbasis Android ini ditonjolkan sebagai solusi prediksi rendemen pati dalam singkong. Penggunaan aplikasi ini berguna dalam industri tepung tapioka.
Dijumpai di laboratorium Kimia Industri SMK Cordova, Sabtu (31/7/2021), Wahyu menjelaskan bahwa ia dan Nia menciptakan aplikasi ini dengan maksud membantu pengusaha tepung, petani, maupun pembeli ketela. Sebelumnya, mereka hanya menggunakan cara tradisional seperti mematahkan singkong dan menggigit singkong untuk mengukur kadar rendemen.
“Aplikasi ini bisa menghitung rendemen pati dalam singkong secara lebih efektif dan akurat. Aplikasi Descas sudah diuji lab, hasilnya 99,9 persen akurat. Hal itu dapat membantu para petani dalam permasalahannya yaitu permainan dagang tengkulak yang masih ada di kalangan mereka,” kata dia.
Wahyu menjelaskan, rendemen sendiri merupakan kandungan dalam ketela atau singkong yang digunakan dalam industri tapioka. Dalam satu buah ketela, terdapat unsur rendemen, serat, kadar air, kulit luar, serta kulit dalam. Adapun kadar rendemen dalam satu buah ketela berkisar antara 20 sampai 40 persen.
Sementara, Juara harapan 1 kategori pelajar diraih oleh tiga siswa kelas XII Teknik Kimia Industri, yakni Dwi Ayu Puspita Sari, Ahmad Syauqillah, dan Naili Ni’mal Muna. Mereka menciptakan rancang bangun prototipe pengolahan limbah cair tapioka.
Inovasi ini dilatarbelakangi rasa prihatin mereka terhadap tingginya tingkat pencemaran limbah produksi tapioka di Pati. Pencemaran ini mengakibatkan air menjadi bau. Selain itu juga mengakibatkan kulit gatal.
Sistem pengolahan limbah cair tersebut mereka namai E-Co Waste Water Treatment (E-Co WWT).
“Kami merasakan diri, dari sekian banyak industri tapioka, sebelum membuang limbah, belum ada yang diproses. Sebenarnya 2017 ada pengolahan limbah, tapi sampai sekarang belum beroperasi, berhenti di tempat. Kami rasakan sendiri air yang tercemar bau. Air sumur juga buat mandi jadi gatal-gatal,” kata Ahmad Syauqillah.
Dia menyebut, prototipe sistem pengolahan limbah mereka sudah dipraktikkan di dua lokasi industri tapioka, yakni di Desa Kajen dan Ngemplak Kidul. Selain itu, hasil pengolahan juga sudah diuji di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
“Hasilnya sudah keluar dan terbukti efektif menjadikan air limbah sesuai parameter yang aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Dari prototipe ini, kami harap kapasitasnya bisa diperbesar sehingga menjadi solusi bagi masyarakat di Margoyoso,” tandas Ahmad.
Adapun Juara Harapan 1 Kategori Umum diraih oleh Sriatun, guru fisika SMK Cordova. Dia menciptakan pakan ternak ekonomis berbahan limbah bonggol singkong dari sentra industri tapioka.
Dia memang tinggal di salah satu desa sentra tapioka, yakni Desa Sidomukti Kecamatan Margoyoso.
“Para pemilik usaha tapioka menggunakan singkong dengan kapasitas minimal 1 ton tiap hari. Itu bisa menghasilkan limbah bonggol singkong sampai lima gerobak,” kata dia.
Dia kemudian meneliti bahwa bonggol singkong memiliki komposisi selulosa 70-80 persen, lignin 15-20 persen, dan ADF 15-20 persen.
Tingginya kandungan selulosa membuat pakan dari bahan ini berpotensi menjadi alternatif pendamping rumput di peternakan kambing.
“Selain itu kandungan protein hampir 80 persen. Jadi kalau diberikan pada kambing atau sapi ternak, pada saat penyembelihan banyak kandungan dagingnya dibanding lemak,” tutur dia.
Pakan ternak berbahan bonggol singkong ini mulai diproduksi Sriatun sejak 2019 lalu. Dia menggunakan mesin giling berkekuatan 26 PK untuk membuat pakan ini.
Pakan ini sudah dia komersilkan dengan label “Pakan Ternak Jaya Sentosa”. Tiap hari, dia bisa menghasilkan sekira 20 karung. Harga per karung dengan berat sekira 50 kilogram ialah Rp 30 ribu untuk pakan jenis basah. Adapun untuk jenis kering antara Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu.
Pakan ternak hasil inovasi Sriatun ini sudah digunakan di Safin Farm, peternakan milik Wakil Bupati Pati Saiful Arifin. Selain itu juga sudah digunakan di Rembang dan Blora.
Kepala SMK Cordova Pati Nur Widarto bersyukur atas prestasi yang diraih siswa dan guru di sekolah yang ia pimpin.
“Kami harap, prestasi ini memotivasi tumbuh-kembangnya kreativitas dan inovasi dari para siswa lainnya, di semua jurusan yang ada,” kata dia.
Nur Widarto mengatakan, pihaknya memang selalu mendukung penelitian yang berbasis kearifan lokal, seperti halnya penelitian seputar singkong dan industri tapioka ini. Dengan demikian, hasil penelitian dari guru dan siswa bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. (mzk)
Baca juga: Pati Raih Penghargaan Pratama Kabupaten Layak Anak
Baca juga: Ratusan Napi Lapas Pati Divaksin, 30 Orang Gagal: Punya Riwayat Penyakit Jantung dan Stroke
Baca juga: Banyak Bangunan Liar di Lokalisasi Lorong Indah, Satpol PP Pati Layangkan Surat Teguran
Baca juga: Klub Liga 2 AHHA PS Pati FC Beli Bus Baru, Bukti Keseriusan