Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kendal

3 Tahun Perjuangan Warga Kendal Tarik Air Pinggiran Sungai Hingga Layak Minum

Warga Desa Kedungasri Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal kini sudah bisa menikmati air jernih hasil kerja keras 3 tahun lalu.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: Daniel Ari Purnomo
Tribun Jateng/ Saiful Masum
Warga Kedungasri Kecamatan Ringinarum Kendal mengecek pamsimas yang dikelola dengan metode IPAS, Rabu (4/8/2021). 

TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Warga Desa Kedungasri Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal kini sudah bisa menikmati air jernih hasil kerja keras 3 tahun lalu. Bermodalkan alat-alat sederhana seperti mesin pompa, paralon dan bak penampungan, masyarakat Kedungasri berhasil menyulap air Sungai Blukar menjadi air layak konsumsi.

Ketua Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Kedungasri, Abdul Wahhab mengatakan, pada awalnya masyarakat setempat mengalami permasalahan air layak konsumsi dari tahun ke tahun. Sumur rumahan yang digali tiap warga mengeluarkan air yang mengandung kapur dan zat besi.

Kondisi ini terus berlanjut hingga akhirnya ditemukan 7 warga yang menderita sakit dalam diduga karena mrminum air yang tidak layak konsumsi terus menetus.

Kata Abdul, keprihatinan itu akhirnya diantisipasi oleh KKM dengan merintis pamsimas Tirto Asri yang memanfaatkan air Sungai Blukar menjadi air layak konsumsi untuk kebutuhan masyarakat. 

"Pada awalnya memang air di sini tidak bagus, banyak mengandung kapur dan menyebabkan sakit dalam. Kita coba membuat sumur resapan di pinggir sungai, kita tarik airnya ke bak penampungan, kemudian diproses sampai air jernih untuk keberlangsungan kesehatan masyarakat ke depan," terangnya saat meninjau pamsimas, Rabu (4/8/2021).

Kepala Desa Kedungasri, Achmat Supriyanto menambahkan, pemanfaatan serapan air sungai ini terus dikembangkan sejak 2018 lalu. Dengan memanfaatkan dana hibah dari pemerintah dan dana desa (DD), pamsimas Tirto Asri disulap memiliki 11 tabung, 4 mesin penyedot dan pendorong, serta 2 sumur resapan.

Satu tabung untuk proses penjernihan air dengan tawas, 6 tabung untuk pengendapan air, dan 4 tabung sebagai proses penyaringan kapur sebelum disalurkan ke rumah-rumah warga.

Kata Supriyanto, melalui pamsimas ini bisa menyediakan air baku yang cukup untuk 390 keluarga atau 40 persen dari total penduduk Kedungasri. Ia berharap, program ini bisa dikembangkan agar mencakup semua masyarakat sekitar.

"Problem kami adalah kualitas air, akhirnya ditemukan solusi dengan instalasi pengolahan air sederhana (IPAS). Kita akan terus kembangkan ini agar bisa mencangkup 932 keluarga atau 3.256 penduduk satu desa merata," tuturnya.

Pada proses filterisasi, KKM juga memanfaatkan pasir silika untuk mengikat senyawa kapur dan zat besi agar air yang dihasilkan lebih jernih untuk kebutuhan masak dan minum. 

Warga sekitar, Mulyadi mengatakan, ia mengeluarkan biaya rata-rata Rp 30.000 untuk 15 kubik pemakaian setiap bulannya. Berbeda dengan warga lain yang bisa mengeluarkan biaya dua kali lipat bagi keluarga yang tidak memiliki sumur pembantu untuk kebutuhan mencuci.

Mulyadi pun mengaku bersyukur karena saat ini keluarganya sudah bisa mengkonsumsi air yang lebih layak. Keluarga Mulyadi kini sudah tidak lagi menggunakan air sumur untuk memasak dan kebutuhan minum. Sumber air sumur yang masih ada digunakan untuk kebutuhan tambahan seperti mandi, mencuci baju, dan kebutuhan sekunder lainnya. 

"Karena IPAS ini dikelola oleh masyarakat langsung, jatuhnya murah. Air mulai mengalir setiap pukul 04.00 - 22.00 WIB. Alhamdulillah kualitasnya sudah bagus, kami warga sudah tidak was-was lagi untuk meminumnya setelah dimasak," terangnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kendal, Sugiono menerangkan, pihaknya akan terus mengembangkan pemanfaatan air permukaan sebagai air baku konsumsi. 

Saat ini sudah ada dua desa di Kabupaten Kendal yang menjadi percontohan pengolahan air sungai dengan metode IPAS. Satu pamsimas di Desa Kedungasri, Kecamatan Ringinarum dan satu Pmasimas di Desa Kedungsuren Kecamatan Kaliwungu Selatan yang masih dalam tahap pembangunan.

"IPAS ini merupakan hal baru. Dengan metode ini, kita mengambil air bersih jangan sampai merusak alam, seperti mengebur tanah sedalam mungkin. Karena yang paling bagus, air baku diproduksi dengan air permukaan dan diolah dengan standar baku yang terukur," ujarnya.

Dengan adanya dua desa percontohan IPAS ini, Sugiono berharap ke depannya bisa dikembangkan di desa atau kelurahan yang memiliki sumber air permukaan. Termasuk mengembangkan suplai air baku melalui Bendung Karet Sungai Blorong untuk menyupali air baku wilayah kawasan industri Kendal (KIK).

"Ini suatu percontohan yang bagus. Kita butuh tempat-tempat yang daerahnya dialiri sungai tanpa mati sepanjang tahun. Ke depan kita akan mencari sumber-sumber air yang tidak merusak air bawah tanah, untuk menjaga tanah Kendal agar tidak semakin turun (ambles)," tuturnya. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved