Ratusan Anak Jadi Korban Bom dan Baku Tembak Pasukan Taliban dan Afganistan
PBB mencatat ratusan warga sipil tewas dan lebih dari 1.000 terluka di tengah pertempuran Taliban melawan pasukan pemerintah dalam sebulan terakhir
WASHINGTON DC, TRIBUN - Afghanistan makin memanas di tengah ancaman yang terus dikobarkan Taliban. Hanya dalam waktu 5 hari, kelompok pemberontak sudah menguasai sembilan ibu kota provinsi dan ratusan distrik.
Masifnya serangan pemberontak terjadi setelah AS dan sekutunya mengumumkan penarikan pasukan, mengakhiri konflik yang terjadi selama 20 tahun terakhir.
PBB mencatat ratusan warga sipil tewas dan ada lebih dari 1.000 terluka di tengah pertempuran Taliban melawan pasukan pemerintah dalam sebulan terakhir ini. Taliban sejauh ini menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata.
UNICEF juga memperingatkan bahwa kekerasan kepada anak-anak turut meningkat setiap harinya.Menurut laporan BBC pada Selasa (10/8), UNICEF mengatakan ada 27 anak-anak yang menjadi korban kekerasan itu.
Mereka tercatat dari tiga provinsi yakni Kandahar, Khost, dan Paktia. Total sekitar 136 anak juga terluka di daerah ini selama 3 hari terakhir. Anak-anak itu tewas dan terluka karena bom pinggir jalan dan dalam baku tembak.
Adapun, PBB mendesak Taliban mengakhiri serangannya di kota-kota Afghanistan. Pernyataan tersebut disampaikan kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet pada Selasa (10/8).
“Taliban harus menghentikan operasi militer mereka di kota-kota,” katanya, sebagaimana dilansir AFP.
Ia mendesak semua pihak yang bertikai untuk kembali ke meja perundingan untuk menyelesaikan konflik secara damai. Pasalnya, banyak warga sipil yang menjadi korban.
Bachelet menuturkan, pengambilalihan sejumlah kota dan distrik oleh Taliban menimbulkan ketakutan bagi penduduk.
Selain itu, ia juga memperingatkan bahwa pengerahan milisi pro-pemerintah untuk melawan Taliban juga dapat membahayakan warga sipil.
“Kita tahu bahwa perang kota mengakibatkan banyak warga sipil terbunuh. Kami telah melihatnya sebelumnya, terlalu sering," paparnya.
Di Afghanistan, menurut dia, sejak 9 Juli di empat kota, yakni Lashkar Gah, Kandahar, Herat dan Kunduz, setidaknya 183 warga sipil tewas dan 1.181 terluka, termasuk anak-anak. Bachelet menyebut, jumlah korban tersebut sebenarnya jauh lebih tinggi.
"Mengarahkan serangan terhadap warga sipil adalah pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional dan merupakan kejahatan perang. Pelaku pelanggaran berat hak asasi manusia internasional dan hukum humaniter harus bertanggung jawab," tandasnya.
PBB juga menerima laporan mengenai pembunuhan yang dilakukan Taliban terhadap anggota pasukan keamanan Afghanistan yang tidak bertugas, bahkan setelah mereka menyerah.
Mantan Presiden Chile tersebut mendesak semua negara menggunakan pengaruh mereka untuk mengakhiri pertempuran.
“Negara-negara memiliki kewajiban menggunakan pengaruh apa pun yang mereka miliki untuk menurunkan eskalasi situasi dan menghidupkan kembali proses perdamaian (di Afghanistan-Red),” tukasnya. (Kompas.com/Tribunnews)