Berita Semarang
Mengintip Dharma Boutique Roastery Tempat Pengolahan Kopi Tertua di Kota Semarang yang Masih Eksis
Tajamnya aroma kopi tercium dari kejauhan saat melintas di Jalan Wotgandul Barat, Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah.
Penulis: budi susanto | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, SAMARANG - Tajamnya aroma kopi tercium dari kejauhan saat melintas di Jalan Wotgandul Barat, Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah.
Aroma kopi itu berasal dari sebuah rumah milik Widayat Basuki Dharmowiyono (76), yang ada di sisi kiri Jalan Wotgandul Barat.
Rumah tersebut merupakan tempat untuk mengolah biji kopi, yang sering disebut pecinta kopi di berbagai daerah dengan nama Dharma Boutique Roastery.
Berbagai jenis biji kopi dari pelosok nusantara diolah dan disajikan untuk pelanggan di tempat tersebut.
Pelanggan yang datang ke tempat pengolahan biji kopi milik Dharmowiyono juga dari berbagai daerah.
Bukan hanya kelengkapan varian kopi yang ada di Dharma Boutique Roastery yang menjadi daya tarik pelanggan.
Namun historis dari tempat pengolahan kopi yang dulunya bernama Margo Redjo itu juga menjadi magnet bagi para pelanggan.
Pasalnya, tempat yang tak jauh dari kawqsan pecinan Kota Semarang itu, bisa dikatakan tempat pengolahan kopi tertua di Kota Semarang. Karena sudah mengolah kopi sejak tahun 1883, atau 138 tahun silam saat era kolonial.
Kala itu, tempat pengolahan kopi tersebut dikelola oleh kakek Dharmowiyono yang bernama Tan Tion Le.
Era tahun tersebut menjadi masa keemasan kopi nusantara, karena saat itu Kota Semarang juga melakukan ekspor kopi dari sejumlah perkebunan, untuk dikirim ke beberapa negara seperti Malaya, yang sekarang Malaysia dan Pu Lo Chung atau sekarang Singapura.
Masa kejayaan kopi nusantara khusunya Jawa juga tercacat dalam sejarah, di mana pada periode tahun 1868 hingga 1878 produksi kopi mencapai 52 ribu ton pertahun, dan terus bertambah hingga 1900 an.
Masa keemasan tersebut juga dirasakan oleh kakek Dharmowiyono, dan berlanjut ke ayahnya yaitu Tan Liang Tjay, yang saat itu meneruskan usaha pengolahan kopi dari 1907 hingga 1981.
Hingga kini, usaha pengolahan kopi tersebut diteruskan oleh Dharmowiyono. Dikatakan Dharmowiyono, ia masih ingat betul semasa bisnis tersebut dijalankan oleh sang ayahnya saat ia berusia sekitar 7 tahun.
“Dulu juga sudah ada, saat itu saya masih sering menemani ayah saya mengawasi pekerja di pabrik di belakang rumah,” ucapnya, saat ditemui Tribunjateng.com di kediamannya, Senin (23/8/2021).
Pria 76 tahun itu juga sempat menunjukan bekas pabrik yang dahulu digunakan untuk memproduksi kopi oleh kakek dan ayahnya.