Dongeng Perdana Menteri Sidapaksa Asal Mula Nama Banyuwangi Cerita Rakyat Jawa Timur
Inilah dongeng Perdana Menteri Sidapaksa tentang asal mula nama Banyuwangi, cerita rakyat yang berasal dari Jawa Timur.
Penulis: non | Editor: abduh imanulhaq
Dongeng Perdana Menteri Sidapaksa Asal Mula Nama Banyuwangi Cerita Rakyat Jawa Timur
TRIBUNJATENG.COM - Inilah dongeng Perdana Menteri Sidapaksa tentang asal mula nama Banyuwangi, cerita rakyat yang berasal dari Jawa Timur.
Pulau Jawa dahulu kala diperintah oleh seorang raja.
Raja memiliki Perdana Menteri yang Setia bernama Sidapaksa.
Ini adalah cerita tentang perdana menteri Sidapaksa.
Istri Sidapaksa sangat cantik dan dia sangat mencintainya.
Namun sayangnya ibu Sidapaksa tidak menyukai istrinya.
Suatu hari, ibu Sidapaksa meminta Raja untuk mengirim putranya ke tempat yang jauh.
Dengan kondisi ketika putranya pergi, dia memiliki kesempatan untuk menyingkirkan istri putranya.
Tentu saja, dia tidak memberi tahu Raja tentang hal itu.
Raja yang tidak tahu rencana jahat Ibu Sidapaksa menyetujui permintaan tersebut.
Jadi dia memberi tugas Sidapaksa.
“Pergilah ke Gunung Ijen. Di sana tumbuh bunga yang bisa membuat wanita cantik. Dapatkan bunga itu untuk Ratu,” kata Raja.
Sidapaksa pulang dengan sedih.
Dia memberi tahu istrinya tentang tugas dari sang Raja.
“Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian. Apalagi disaat kamu akan melahirkan anak kita,” jawab Sidapaksa.
“Jangan khawatirkan aku. Aku bisa menjaga diriku sendiri.” ucap Istrinya
Keesokan harinya, sidapaksa berangkat ke Gunung Ijen.
Itu merupakan perjalanan yang panjang dan sulit.
Beberapa hari setelah Sidapaksa pergi, istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki tampan.
Dia sangat bangga dengan bayinya.
Suatu hari, istri Sidapaksa pergi ke mata air.
Ibu Sidapaksa membawa bayinya pergi.
Dia melempar bayinya ke sungai.
Istri Sidapaksa kaget saat tidak bisa menemukan bayinya.
“Di mana bayiku?” dia menangis.
Dia mencari putranya namun dia tidak bisa menemukannya. Akhirnya dia jatuh sakit karena tidak makan atau minum.
Dia menjadi kurus dan lemah dari hari ke hari.
Setelah dua tahun, Sidapaksa pulang. D
ia tidak sabar untuk melihat istri dan anaknya.
Ibunya melihatnya di pintu gerbang. Dia berkata kepadanya,
“Anakku, istrimu adalah wanita yang jahat. Dia membunuh bayinya sendiri. Dia membunuh putramu. Dia melemparkanmu putramu ke sungai.”
Sidapaksa sangat marah mendengarnya.
Dia tidak percaya pada apa pun yang dikatakan istrinya.
Dia sangat marah karena dia akan membunuh istrinya.
Sayangnya istrinya berkata, “Aku sangat sedih karena kamu tidak percaya padaku. Kamu tidak harus membunuhku. Karena aku akan segera mati.”
Kemudian dia lari ke sungai di dekatnya. Sebelum arus sungai membawanya pergi, dia berkata,
“Suamiku tercinta, jika bau harum keluar dari sungai ini, maka aku tidak bersalah.”
Sebuah keajaiban terjadi. Dari sungai keluar bau harum.
Di tengah sungai keluar dua bunga yang indah.
Bunga yang besar dan yang kecil.
Bunga kecil itu berkata, “Ayah, aku anakmu. Ibuku tidak bersalah. Nenek yang melemparkanku ke sungai.”
Sidapaksa berteriak keras.
Dia menyesali perbuatannya terhadap istrinya.
Tapi sudah terlambat. Istri dan anaknya berubah menjadi dua bunga. (*)