Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Fokus

Fokus : Ganjar Berang, Gesang Menangis

Tahun 1940 seorang pemuda berusia 23 tahun duduk di tepi sungai Bengawan Solo. Ia memang mengagumi sungai tersebut

Penulis: sujarwo | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
Sujarwo atau Pak Jarwo wartawan Tribun Jateng 

Oleh Sujarwo

Wartawan Tribun Jateng

Tahun 1940 seorang pemuda berusia 23 tahun duduk di tepi sungai Bengawan Solo. Ia memang mengagumi sungai tersebut.

Bisa dibayangkan betapa indahnya saat itu, hingga dia terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu. Terciptalah lagu Bengawan Solo.

Pemuda itu tak lain bernama Gesang Martohartono (1 Oktober 1917-20 Mei 2010). Maestro keroncong Indonesia itu terkenal lewat lagu tersebut, terutama di Indonesia dan Jepang.

Lagu Bengawan Solo telah diterjemahkan ke dalam, setidaknya, 13 bahasa, termasuk bahasa Inggris, Rusia,Tionghoa, dan bahasa Jepang.

Bengawan Solo/Riwayatmu ini/Sedari dulu jadi...Perhatian insani. Begitu awal lirik lagu tersebut. Tentu maksud Gesang jadi perhatian karena keindahannya, menginspirasi. Tapi, mengutip lirik bait terakhir...Itu... Riwayatnya dulu.. Bengawan Solo, sungai terpajang di Pulau Jawa, 548,53 km, itu kini jadi perhatian tapi karena pencemarannya.

Sekadar tahu saja, Bengawan Solo memiliki hulu di Lereng Gunung Lawu dan mengalir melintasi berbagai kota besar seperti Wonogiri, Solo, Ngawi, dan Bojonegoro sebelum akhirnya bermuara di Laut Jawa.

Namun ternyata dulunya Bengawan Solo punya aliran yang berbeda. Bila di zaman sekarang Bengawan Solo mengalir ke utara, diperkirakan empat juta tahun silam sungai itu mengalir ke selatan dan bermuara di Samudra Hindia. Ini terjadi akibat pergerakan lempeng Indo-Australia.

Dalam sejarahnya Bengawan Solo mengalami perubahan aliran, fakta lain sekarang, mengalami perubahan airnya.

Tercatat, sekitar 15,2 juta jiwa berdomisili di satuan wilayah Bengawan Solo dan juga banyak terdapat industri. Kondisi ini kemudian berpengaruh langsung terhadap kehidupan organisme air.

Pencemaran di Bengawan Solo pun jadi masalah tiap tahun, yang hingga kini belum tuntas penyelesaianya.

Terbaru, Rabu (8/9/2021), ribuan ikan di aliran Bengawan Solo kawasan Blora, mabuk karena keracunan. Airnya, di daerah Cepu, berwarna  hitam keruh.

Fenomena ikan mabuk atau teler oleh warga sekitar disebut pladu. "Saya dapat info jika ada pladu di bengawan. Saya langsung ke sini untuk menangkap ikan," kata seorang warga Desa Ngloram, Cepu, pada Rabu itu.

Jika warga Cepu panen ikan teler, di Solo PDAM setop operasi. Akibat air Bengawan Solo menghitam pekat, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Semanggi, Solo, menyetop produksi. Dirut PDAM Solo Agustan menerangkan pencemaran terjadi dari hulu yakni tempuran kali Samin.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved