Berita Kendal
Kala Pakan Ayam Seperti BPKB, Ini Kata Peternak Ayam di Kendal
Peternak ayam di Kendal mengeluhkan rendahnya harga telur dan tingginya pakan ayam. Menurut Ketua Paguyuban Peternak Ayam Kabupaten Kendal Suwardi, ak
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL -- Peternak ayam di Kendal mengeluhkan rendahnya harga telur dan tingginya pakan ayam. Menurut Ketua Paguyuban Peternak Ayam Kabupaten Kendal Suwardi, akibat hal itu, banyak peternak bangkrut.
Selain itu, tidak sedikit pekerja harus mengurangi jumlah ayam, utang ke bank, dan menjual aset berharga.
“Ibaratnya, ayam sekarang makan sesama ayam, BPKB, sertifikat, tanah, bahkan sapi, dan kayu. Sebab belinya lewat uang gadai,” kata Suwardi, Kamis (16/9).
Suwardi, menjelaskan, harga telur ayam terjun menjadi Rp 15 ribu hingga Rp 16 ribu per kilogram. Sedang harga ransum pabrik 6.300-6.800 dan jagung Rp 5.850-6.000 per kilogram.
“Peternak bisa bertahan bila harga telur ayam on farm Rp 19 ribu-Rp 21 ribu per kilogram, harga pakan ransum Rp 5.200-5.600 per kilogram, dan harga jagung Rp 4.500 per kilogram,” ujar Suwardi.
Suwardi berharap pemerintah bisa menyediakan pakan ternak dengan harga wajar, terutama produksi pabrikan serta memerhatikan ketercukupan jagung.
“Kami juga berharap, pemerintah bisa meningkatkan pergerakan pemuliaan ekonomi, agar serapan telur bisa meningkat, yaitu dengan kelonggaran PPKM,” tambah Suwardi.
Sama dengan Suwardi, peternak ayam dari Desa Krikil kecamatan Pageruyung Kendal, Darwati (60), mengaku resah akibat naiknya harga pakan ayam, terutama konsentrat yang mencapai Rp 8.500 per kilogram dan harga jagung Rp 5.800 per kilogram.
Darwati yang menjadi peternak ayam petelur sekitar 20 tahun mengaku baru di 2021 ini resah akibat naiknya harga pakan ayam.
“Sedangkan harga telur di kandang Rp 15.800 per kilogram, sehingga pendapatan dan pengeluaran tidak seimbang. Kami tiap hari mengalami kerugian Rp 200 ribu per 1.000 ayam,” ujar Darwati.
Darwati memohon pada pemerintah supaya menentukan harga dasar telur Rp 20 ribu per kilogram. Sebab, apabila situasi tidak berubah hingga akhir September, peternak ayam akan membuat aksi.
“Bila sampai akhir bulan ini keadaanya belum berubah, kelompok peternak ayam akan bersama-sama menghadap Bupati Kendal dengan membawa telur yang akan dibagikan kepada pengguna jalan di depan Alun-alun Kendal sebagai ungkapan kesedihan dan keprihatinan,” tambah Darwati.
Sementara Sekretaris Dinas Peternakan dan Pangan Kendal Pandu Rapriat Rogojati mengatakan, harga telur setiap tahunnya fluktuatif. Pada bulan-bulan tertentu mengalami penurunan, sesuai hukum ekonomi.
Saat stok banyak, permintaan menurun, harga cenderung turun. “Pada saat harga telur mengalami penurunan sampai di bawah harga BEP, dikarenakan pada Muharam atau bulan Sura jarang orang punya kerja sehingga permintaan turun drastis, diperparah ada kebijakan PPKM,” ujar dia.
Namun demikian, lanjutnya, sudah ada kenaikan harga telur. Harga di kandang dari harga awal Rp 15.600 per kilogram, saat ini sudah mencapai Rp 16.800 mendekati harga BEP Rp 17.000 .