Berita Pekalongan
Sekelompok Anak Muda Pekalongan Kembangkan Pertanian Hidroponik, Hasilnya Dipasok ke Hotel - Resto
Hidroponik jadi alternatif bagi orang yang ingin bercocok tanam, namun mempunyai lahan yang terbatas. Petani bisa beralih ke sistem pertanian modern.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda, di manfaatkan sejumlah anak muda di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dengan mengeluti pertanian modern yaitu sistem pertanian hidroponik.
Salah satu yang menggeluti dunia pertanian dengan sistem tanam hidroponik ialah anak muda di Desa Pantiamom, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan.
Syaroful Azka CEO Pasar Sayoor mengatakan, hidroponik menjadi alternatif bagi orang yang ingin bercocok tanam, namun mempunyai lahan yang terbatas.
Terlebih sekarang pola tanam sayuran hidroponik ini menjadi ladang bisnis yang menggiurkan di bidang pertanian.
Baca juga: Frustasi Cerai dengan Istri, Kuli Bangunan Ini Curi Celana Dalam Wanita untuk Puaskan Diri
Baca juga: Jumat Besok Ada Pengundian Lapak Pedagang Pasar Johar Semarang, Hendi Pastikan Sistem Pembagian Adil
Baca juga: Paguyuban Pedagang Sepakat Direlokasi, Tapi Masih Ada Demonstrasi Tolak Proyek Malioboro Kota Tegal
"Kenapa Pasar Sayoor pakai sistem modern, karena kami percaya bahwa semuanya akan bertranformasi, termasuk pertanian juga akan bertranformasi dan akan bergeser ke yang lebih modern, salah satunya bentuk hidroponik ini. Sesuatu yang lebih ramah lingkungan, bersih, dan menyenangkan," kata Syaroful Azka, CEO Pasar Sayoor, Kamis (23/9/2021).
Pertanian modern ini bertujuan, untuk menjadi contoh bagi petani lain agar bisa beralih ke model pertanian yang lebih maju.
Menurutnya, sejak 6 bulan bertanam kini bisa menuai hasil.
Sebab, dalam sebulan bisa memproduksi sayuran hingga 300 kilogram dengan omzet hingga Rp 7,5 juta.
Kemudian, untuk pembelinya saat ini masih di sekitar Pekalongan saja.
"Harga perkilogramnya selada Rp 25 ribu. Untuk pembeli kami bermitra dengan banyak tempat seperti rumah sakit, pedagang pasar, restoran, hotel, dan UMKM yang berjualan di pinggir jalan," ujarnya.
Azka menjelaskan lahan yang dipakainya adalah lahan milik desa yang sudah lama tidak terpakai.
Maka dengan hal ini pihak desa mendapatkan kas dari hasil pemanfaatan lahan tersebut.
"Adanya hidroponik ini juga menjadi contoh pembelajaran warga maupun petani lain, agar bisa beralih ke sistem pertanian modern karena dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional."
"Kami berharap di Desa Pantiamom menjadi desa wisata hidroponik," jelasnya.
Saat disinggung, di masa pandemi Covid-19 apakah hidroponik berpengaruh Azka menambahkan, sejak masa pandemi Covid-19 hasil penjualannya semakin meningkat, karena masyarakat membutuhkan sayuran untuk pemenuhan gizi.