Berita Kabupaten Tegal
Bantu Warga Binaan Lapas llB Slawi Produksi Sarung Tenun Goyor, BI Tegal Beri Alat Tenun Tradisional
Kantor perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tegal memfasilitasi warga binaan Lapas llB Slawi bersama Fahaltex untuk memproduksi sarung goyor.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Kantor perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tegal memfasilitasi program capacity building warga binaan Lapas llB Slawi bersama Fahaltex untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi sarung tenun goyor, Senin (27/9/2021).
Tidak hanya memfasilitasi pelatihan yang berlangsung selama dua hari, BI Tegal juga memberikan bantuan 10 unit alat tenun bukan mesin (ATBM) kepada warga binaan lapas kelas llB Slawi.
Adapun bantuan tersebut nantinya bisa digunakan untuk mengembangkan UMKM melalui program sosial Bank Indonesia (PSBI).
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tegal Dodi Nugraha menuturkan, Fahaltex merupakan salah satu UMKM binaan KPwBI Tegal yang berperan sebagai produsen sarung tenun gayor khas Tegal.
Sehingga dengan adanya program pengembangan diharapkan dapat mendorong UMKM go digital dan go ekspor, mengingat Fahaltex juga turut melibatkan warga binaan lapas Slawi dalam proses produksi sarung goyor.
"Fahaltex merupakan salah satu contoh UMKM sukses di masa pandemi Covid-19 yang tidak melakukan pengurangan karyawan, namun justru menambah karyawan bahkan dari warga binaan pemasyarakatan Lapas Kelas II B Slawi. Fahaltex berkolaborasi dengan Lapas Slawi dalam kerja sama peningkatan produksi kain goyor yang telah diekspor sampai ke Afrika dan Timur Tengah," jelas Dodi Nugraha, pada Tribunjateng.com, Senin (27/9/2021).
Program sinergi antara Bank Indonesia, UMKM Fahaltex, dan Lembaga Pemasyarakatan, lanjut Dodi, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan warga binaan Lapas Slawi dalam memproduksi produk tenun unggulan berkualitas ekspor.
Pemberdayaan warga lapas yang merupakan kelompok subsisten terbukti telah menambah devisa negara, sejalan dengan visi Bank Indonesia untuk mendorong ekspor dan mengatasi defisit transaksi berjalan.
Narapidana pun bisa menjadi pahlawan devisa.
"Bantuan 10 ATBM ini kami serahkan kepada koperasi yang ada di lapas Slawi. Nilainya masing-masing alat sekitar Rp 4 juta sehingga jika ditotal Rp 40 juta," tuturnya.
Pemilik Fahaltex Fahmi Lukman Alkatiri menjelaskan, seiring berjalannya waktu kualitas sarung goyor yang diproduksi oleh para napi semakin bagus bahkan sudah memenuhi kualitas produk ekspor.
Memilih para napi untuk membantu dalam proses produksi, diakui oleh Fahmi sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan mereka.
"Harapan saya setelah keluar dari lapas, mereka para napi sudah memiliki keahlian, arah, tujuan, dan modal selanjutnya seperti apa. Paling tidak mereka bisa bangkit dan berkarya memanfaatkan keahlian yang ada," ungkapnya.
Masih di lokasi yang sama, Kalapas Kelas IIB Slawi Mardi Santoso, mengaku awalnya tidak menyangka jika dari BI Tegal akan memberikan bantuan kepada lapas yang menurutnya sangat bermanfaat.
Tak lupa, Mardi juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada KPwBI Tegal dan Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Tengah yang sudah memberikan dukungannya.