Fokus
Fokus : PTM Bukan Ajang Lomba
Temuan siswa terkonfirmasi positif Covid-19 di Purbalingga, Jepara, juga Kota Semarang, memang telah diprediksi saat rencana pembelajaran tatap muka (
Penulis: rika irawati | Editor: Catur waskito Edy
Oleh Rika Irawati
Wartawan Tribun Jateng
Temuan siswa terkonfirmasi positif Covid-19 di Purbalingga, Jepara, juga Kota Semarang, memang telah diprediksi saat rencana pembelajaran tatap muka (PTM) diwacanakan digelar, di tengah wabah corona yang belum teratasi.
Karena itu, upaya pencegahan pun dilakukan, satu di antaranya, lewat cara mengizinkan penggunaan vaksin Covid-19 kepada pelajar.
Pemerintah setempat bisa dikatakan kecolongan terkait munculnya klaster sekolah ini. Bagaimana tidak, di Kota Semarang, misalnya, virus SARS-CoV-2 menginfeksi pelajar SD. Padahal, vaksinasi yang berlangsung saat ini, belum menyasar anak-anak usia sekolah dasar yang rata-rata, berumur 7-12 tahun.
Saat ini, pemerintah memang telah menerapkan vaksinasi Covid-19 kepada anak usia minimal 12 tahun. Namun, jumlah sasaran ini belumlah banyak. Padahal, jumlah SD yang diizinkan menggelar PTM sudah hampir merata di semua wilayah.
Bahkan, ada pula Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK) yang ikut membuka pembelajaran tatap muka padahal vaksinasi Covid-19 belum menyentuh mereka.
Begitu pula di Purbalingga dan Jepara. Covid-19 telah menginfeksi pelajar SMP dan MTs. Di dua wilayah tersebut, capaian vaksin bagi pelajar jenjang menengah pertama, belum memadai.
Yang mengejutkan, di Purbalingga, 151 siswa dari dua SMP, terkonfirmasi positif Covid-19 tes antigen sebelum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) setempat resmi menggelar PTM. Dua sekolah tersebut adalah SMP Negeri 4 dan SMP Negeri 3 Mrebet.
Para siswa menjalani tes antigen sebagai persiapan PTM.
Saat tes antigen itulah Dinas Kesehatan (Dinkes) Purbalingga mendapat informasi, kedua sekolah tersebut telah mencuri start. Keduanya telah menggelar PTM satu atau dua pekan sebelum tes antigen dilakukan.
Dindikbud Purbalingga kemudian berjanji mengklarifikasi informasi ini kepada dua kepala sekolah yang bersangkutan. Hnaya, hasilnya belum diungkap kepada publik.
Pelaksanaan PTM di saat wabah Covid-19 belum teratasi memang menjadi keresahan banyak kalangan. Pro dan kontrapun muncul terkait jaminan kesehatan anak-anak di tengah rasa frustasi orangtua mendampingi buah hati menjalani sekolah daring. Segudang persoalan yang berlangsung 1,5 tahun terakhir, selama sekolah daring berlangsung, tak juga ada solusi. Mulai dari keterbatasan gawai, internet, dan kesulitan anak-anak memahami materi pelajaran.
Namun, PTM bukanlah ajang lomba. Siapa cepat, bakal naik podium juara. Pelaksanaan PTM juga bukan kompetisi. Sekolah mana yang lebih dulu menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka, bisa unjuk dada bahkan jemawa.
Justru, PTM menjadi medan perang bagi sekolah, baik pengelola, siswa sebagai peserta, maupun orangtua sebagai pendukung. Medan perang bagi mereka untuk mencapai tujuan bersama, yakni berhasil dalam sisi pendidikan sekaligus menjamin kesehatan anak didik.
Strategi perang harus dibuat secara matang karena musuh yang dihadapi tak kasatmata. Setelah membekali setiap orang yang terlibat dalam PTM dengan baju zirah masker, kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir, juga vaksin, harus pula dibangun benteng pertahanan yang rapat dan tinggi.
Pastikan juga, setiap orang yang terlibat PTM memiliki komitmen tinggi menjaga dari untuk melindungi diri dan lingkungan. Bukan menjadi musuh dalam selimut. Jadi, sudah benar-benar siap menggelar PTM? (*)
Baca juga: Peruntungan Shio Hari Ini Senin 27 September 2021
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 5 SD Halaman 53 54 55 Subtema 2 Pembelajaran 2 Gangguan Organ Pencernaan
Baca juga: Babak Pertama: AS Roma Tertinggal 1-2 dari Lazio
Baca juga: Liga 2 2021 Telah Bergulir, Menteri BUMN Erick Thohir Optimistis Sepak Bola Indonesia Bangkit