Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Respons Panglima TNI Soal Isu Komunisme Susupi TNI:  Saya Tidak Mau Berpolemik Berdasar Patung

Tidak bisa suatu pernyataan didasarkan hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat dan sebenarnya masalah ini sudah diklarifikasi oleh institusi te

Editor: m nur huda
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.(FIKRI YUSUF)
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (tengah) memberikan keterangan terkait perkembangan operasi pencarian KRI Nanggala 402 saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021). KRI Nanggala 402 dipastikan tenggelam dan 53 awak kapalnya gugur di perairan utara Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.(FIKRI YUSUF) 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjawab isu paham komunisme menyusup di tubuh TNI seperti yang dilontarkan Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo.

Hal itu menyusul pembongkaran sejumlah patung para tokoh militer di Museum Dharma Bhakti Kostrad.

Menurut Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, pernyataan Gatot Nurmantyo hanya bagian nasihat senior bagi prajurit aktif TNI untuk senantiasa waspada agar sejarah kelam tidak kembali terjadi.

Baca juga: Jawaban KSAL Yudo Margono saat Ditanya Kesiapannya Jadi Panglima TNI: Kalau Tidak Siap, Nyebur Laut

Baca juga: Kenangan Panglima TNI pada Helm 335 Saat Masih Taruna Akmil hingga Kali Baben Magelang

Baca juga: Siapa Bakal Jadi Panglima TNI Selanjutnya? Peluang Jenderal Andika Perkasa Disebut Menipis

Baca juga: Andika Perkasa Disebut Punya Pendukung Sekaligus Penghalang yang Kuat untuk Jadi Panglima TNI

"TNI selalu mempedomani bahwa faktor mental dan ideologi merupakan sesuatu yang vital.

Untuk itu pengawasan intensif baik terhadap radikal kiri, radikal kanan, maupun radikal lainnya secara eksternal dan internal selalu menjadi agenda utama," kata Hadi ketika dikonfirmasi wartawan pada Senin (27/9/2021).

Hadi juga menyatakan tidak mau berpolemik terkait hal tersebut karena isu tersebut tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.

"Saya tidak mau berpolemik terkait hal yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.

Tidak bisa suatu pernyataan didasarkan hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat dan sebenarnya masalah ini sudah diklarifikasi oleh institusi terkait," kata Hadi.

Diberitakan sebelumnya Kostrad mengklarifikasi adanya pemberitaan dalam diskusi bertajuk “TNI Vs PKI” yang digelar pada Minggu(26/9) malam.

Dalam keterangan tertulis Kapen Kostrad Kolonel Inf Haryantana disebutkan dalam diskusi yang digelar secara daring tersebut diputar sebuah klip video pendek yang memperlihatkan Museum Dharma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.

Museum itu disebut berada di bekas ruang kerja Panglima Kostrad (Pangkostrad) Mayjen Soeharto ketika peristiwa G30S/PKI terjadi.

Di dalam museum itu juga disebut tadinya terdapat diorama yang menggambarkan suasana di pagi hari, 1 Oktober 1965, beberapa jam setelah enam Jenderal dan seorang perwira muda TNI AD diculik PKI yang ada di tubuh pasukan kawal pribadi presiden, Cakrabirawa.

Adegan yang digambarkan itu disebut merupakan saat Mayjen Soeharto menerima laporan dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.

Sementara Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat Jenderal AH Nasution yang selamat dari upaya penculikan PKI beberapa jam sebelumnya juga disebut duduk tidak jauh dari Soeharto dan Sarwo Edhie.

Dalam ruang kerja Pak Harto juga disebutkan ada patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang menggambarkan saat kritis (setelah penculikan enam Jenderal TNI AD) dan rencana menyelamatkan negara dari pengkhianatan PKI, sekaligus peran utama Panglima Angkatan Darat, Pangkostrad, dan Resimen Parako yang kini menjadi Kopassus.

Oleh karena itu Haryantana menyatakan bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad.

Pada Hari Senin tanggal 30 Agustus 2021, kata Haryantana, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad bersilaturahmi kepada Pangkostrad yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut.

"Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 sampai dengan 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut," kata Haryantana dalam keterangan tertulisnya.

Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, kata dia, meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilahkan.

Ia menegaskan bahwa tidak benar Kostrad menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI).

Pembongkaran patung-patung tersebut, kata dia murni keinginan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide.

"Disimpulkan bahwa Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad, tapi pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin," kata dia.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Isu Paham Komunisme Menyusup di TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto : Saya Tak Mau Berpolemik

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved