Berita Semarang
Investasi di Kota Semarang Melonjak dalam Sembilan Tahun Terakhir
Jumlah investasi di Kota Semarang terus mengalami lonjakan dalam sembilan tahun terakhir.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jumlah investasi di Kota Semarang terus mengalami lonjakan dalam sembilan tahun terakhir.
Melalui akun instagramnya, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menampilkan grafik peningkatan investasi di Kota Semarang.
Pada 2011 silam, investasi yang masuk ke Kota Semarang tidak menyentuh angka triliun. Saat itu, investasi hanya Rp 997 miliar.
Pada 2012, investasi mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi Rp 3,6 triliun.
Puncak peningkatan terjadi pada 2019 dimana investasi menyentuh Rp 36,5 triliun.
Namun, pandemi Covid-19 yang melumpuhkan sektor ekonomi membuat investasi di Kota Semarang turun menjadi Rp 21,8 triliun.
"Puncak investasi besar-besaran masuk ke Kota Semarang terjadi pada 2019 dengan total investasi Rp 36,5 triliun dalam satu tahun," tulis Hendi, sapaannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang, Ulfi Imran Basuki menyampaikan, penurunan investasi di tengah pandemi Covid-19 tidak hanya terjadi di Kota Semarang melainkan hampir di seluruh Indonesia.
Meski pada 2020 investasi di Kota Lunpia menurun, jumlahnya masih melampaui target.
"Pada 2020, target kami Rp Rp 20 triliun. Investasi yang masuk Rp 21,8 triliun," sebutnya, Minggu (3/11/2021).
Lebih lanjut, Ulfi menyampaikan, investasi hingga Agustus 2021 sudah mencapai Rp 16 triliun. Dia berharap, bisa mencapai target yang telah ditetapkan yakni Rp 21 triliun.
Sektor investasi yang masuk ke Kota Semarang mayoritas bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa, industri, serta UMKM. Menurutnya, sektor UMKM saat ini cukup tinggi.
Guna menggenjot investasi masuk ke ibu kota Jawa Tengah, DPMPTSP berupaya memberikan perizinan yang mudah dan cepat.
Pihaknya menggunakan sistem online single submission (OSS). Sistem ini merupakan sistem dari Pemerintah Pusat yang terintegrasi secara menyeluruh.
"Kami kolaborasi dengan pusat menggunakan OSS berbasis risiko. Ada risiko berat, menengah, rendah.