Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Ingin Gampang Cari Pekerjaan dan Lolos CPNS? BAN PT: Perhatikan Akreditasi Perguruan Tinggi

Ketika memilih jurusan kuliah, tak sedikit calon mahasiswa memperhatikan akreditasi kampus.

mamdukh ap
tangkapan layar pemaparan Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Prof Akhmad Fauzy pada webinar terkait akreditasi perguruan tinggi 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG- Ketika memilih jurusan kuliah, tak sedikit calon mahasiswa memperhatikan akreditasi kampus.

Pilihan berkuliah malah sering didasarkan karena gengsi nama universitas, impian pribadi, bahkan sekedar karena mengikuti keinginan orang tua.

Hal tersebut diungkapkan Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Prof Akhmad Fauzy dalam webinar yang diadakan Komunitas Sevima, Selasa (5/10/2021).

"Fenomena tersebut kurang tepat dikarenakan setiap jurusan di setiap kampus memiliki kualitas yang berbeda. Kualitas ini, dalam dunia kampus, disebut sebagai akreditasi. Tanpa akreditasi yang baik, lulusan kampus tersebut akan lebih sulit mendapatkan pekerjaan maupun kesempatan lain," ucapnya.

Misalnya dalam penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS), yang mana pada seleksi administrasi mensyaratkan kampus dan jurusan sudah harus terakreditasi.

Selain itu, pada beberapa beasiswa menetapkan syarat akreditasi kampus harus dalam kualitas yang tertinggi, yaitu A, atau biasa disebut sebagai akreditasi unggul.

"Adanya kesempatan spesial untuk akreditasi yang unggul, dikarenakan akreditasi ini telah menjadi standar kualitas yang telah kita sepakati bersama di dunia pendidikan. Jadi, akreditasi ini memang layaknya wanita cantik, sangat diinginkan dunia pendidikan karena kualitasnya telah terbukti, dan memberikan rasa bangga bagi pemiliknya. Jadi, penting bagi perguruan tinggi dan mahasiswa untuk berlomba-lomba meraih akreditasi unggul," kata Fauzy.

Dalam webinar yang dihadiri 60 Rektor dan lebih dari 2.000 civitas akademika Komunitas Sevima, Prof Fauzy juga berbagi tips cara memilih kampus berakreditasi sebaik mungkin.

Tips tersebut juga bisa menjadi masukan bagi civitas akademika untuk berperan dalam meningkatkan kualitas akreditasinya masing-masing.

Pertama yakni perbanyak membaca kebijakan pendidikan tinggi. Saat ini, akreditasi diatur dalam Peraturan BAN-PT No 1 Tahun 2020, dengan skala peringkat antara lain, unggul, baik sekali, baik, dan tidak terakreditasi.

Setiap kampus dan jurusan dinilai berdasarkan instrumen-instrumen tertentu. Antara lain Instrumen Suplemen Konversi (ISK), Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (IAPT), Instrumen Akreditasi Program Studi (IAPS), dan Instrumen Pemantauan dan Evaluasi Peringkat Akreditasi (IPEPA).

Instrumen beserta penjelasan lengkap terkait akreditasi, telah dipaparkan secara terperinci dalam dokumen-dokumen pemerintah yang banyak tersedia di internet.

Civitas akademika bisa mulai mempelajari kebijakan tersebut untuk menyesuaikan kualitas kampus yang diinginkannya.

"Jadi dengan membaca, kita bisa mengetahui secara detil apa yang perlu kita lakukan agar kampus bisa memperoleh akreditasi unggul. Misalnya kampus dengan bidang tertentu, memerlukan fasilitas apa saja, memiliki dosen berapa, mahasiswa berapa, dan lain-lain. Terlihat kompleks, namun pada intinya, semakin baik kualitas kampus, maka semakin baik pula akreditasinya," bebernya.

Kemudian, kedua yakni atur strategi agar kualitas kampus makin baik. Setelah mengetahui kriteria, maka kampus bisa mengidentifikasi apa keunggulan kampus, serta apa yang kurang sehingga harus ditingkatkan.

Fauzy menambahkan bahwa cara meningkatkannya pun tidak bisa seragam, karena tiap kampus punya kondisi dan konteks yang berbeda.

Seluruh informasi terkait akreditasi, juga bisa ditemukan masyarakat melalui Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI).

Misalnya Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), akreditasinya unggul, dosennya ada berapa, dan riwayat pendidikan serta jumlah publikasi para dosen.

Informasi ini bisa dimanfaatkan para calon mahasiswa untuk memilih kampus dan jurusan berkualitas terbaik sesuai dengan kemampuannya, sekaligus strategi bagi kampus untuk meningkatkan kualitasnya.

"Jadi setelah iqra (membaca), ya muhasabah (refleksi diri). Semua civitas kampus, tidak hanya dosen, harus benar-benar menyimak isi informasi akreditasi tersebut," katanya.

Ia menambahkan, segala hal yang lebih tahu tentang apa yang harus ditingkatkan dan bagaimana caranya, adalah perguruan tinggi masing-masing.

Selain itu, data di PDDIKTI perlu terus diisi dan dilengkapi, karena kalau kampus berkualitas tapi data kita tidak terlaporkan, penilai akreditasi dan masyarakat tidak ada yang tahu.

Strategi yang terakhir yakni kurangi urusan administrasi dan mulai perbanyak mengabdi ke masyarakat. Akreditasi memanglah seperti sebuah ujian bagi kampus.

Akan tetapi, yang dinilai dari akreditasi bukanlah kemampuan intelektual semata. Melainkan, bagaimana kualitas kampus tersebut dapat bermanfaat di tengah masyarakat.

"Artinya, kita juga menilai, bagaimana kontribusi kampus kepada masyarakat dalam tridarma perguruan tinggi. Jadi tidak hanya mempertimbangkan mahasiswa IPK nya berapa, tapi juga setelah lulus mereka bekerja dimana, bekerja jadi apa, dan bagaimana ide dan inovasi di kampus bisa berperan bagi masyarakat, itu semua dinilai," tuturnya.(mam)

Baca juga: 24 Anak Meninggal karena Penyakit Misterius di India

Baca juga: Uya Kuya dan Keluarga Kena Tipu Agen Travel hingga Luntang-lantung di Bandara Bali

Baca juga: Australia Tak Akan Buka Pintu Masuk Bagi Turis Asing hingga Tahun 2022 Mendatang

Baca juga: Pengantin Wanita Ini Pakai 60 Kg Kalung Emas, Jalan pun Susah yang Hadir Merasa Kasihan

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved