Berita Pendidikan
Perguruan Tinggi NU Strategis Merawat Moderasi Islam Aswaja
Dalam bingkai akademik, kajian tentang moderasi beragama tetap relevan sebagai tema yang aktual
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Oleh karena itu, ia mengajak para mahasiswa untuk mengembangkan nilai tawasuth Aswaja. Dalam bingkai akademik, kajian tentang moderasi beragama tetap relevan sebagai tema yang aktual.
Caranya, kontektualisasi ayat-ayat Quran dan Hadis nabi yang mengandung muatan tawasuth, tawazun, i'tidal, dan tasamuh dalam realitas kehidupan (living Quran dan living hadis).
Lalu, pengarusutamaan nilai kearifan lokal sebagai lessons learned dalam kehidupan, memperkaya literasi tentang kisah keharmonisan kehidupan antar-umat beragama yang pernah ada dalam sejarah umat Islam.
"Penting juga melakukan kajian tentang tema tertentu sebagai counter wacana. Contohnya, mengkritik pandangan sempit tentang makna jihad, membongkar pengalaman kegagalan ideologis kelompok Islamis di berbagai negara, membalas kritikan kelompok lain dengan argumentasi yang kuat merujuk pada pendapat ulama mereka sendir," tuturnya.
Prof Munip juga mengomentari terkait NU sebagai ormas terbesar di dunia selalu menjadi sasaran tempat kelompok lain dalam konteks perang wacana.
Kebanyakan akademisi NU juga lebih senang menjadi silent majority yang kurang menyuarakan gagasan intelektual mereka melalui media teknologi informasi.
Namun, saat ini sudah mulai bermunculan ulama dan akademisi NU yang berani tampil melalui media dan teknologi, sebut saja Gus Baha.
Sementara, guru besar Unwahas yang juga Direktur Program Pascasarjana Unwahas, Prof Mahmutarom mengungkapkan pada pendidikan karakter ada tiga pilar profetik atau kenabian yang bisa dilakukan para mahasiswa.
"Tiga pilar itu yakni transendensi atau iman, pilar humanisasi atau amar maruf yang terinternalisasi nilai dan karakter, dan pilar liberasi atau nahi munkar yang terinternalisasi nilai dan memiliki karakter," jelasnya.
Ia menuturkan pilar iman antara lain mengakui adanya kekuatan supranatural, mendekatkan diri dan ramah dengan lingkungan hidup.
Sedangkan dalam pilar humanisasi yang terinternalisasi nilai dan memiliki karakter misalnya sikap menjaga persaudaraan meski berbeda agama, status sosial, dan tradisi.
Kemudian pilar liberasi yang dimaksud di antaranya memihak kepentingan rakyat, menegakkan keadilan, dan memberantas kebodohan dan keterbelakangan sosial ekonomi.(mam)