Berita Semarang
Sosok Markus Tugiman, Atlet Juara PON yang Kini Jadi Pemulung
Para atlet yang dahulu berjasa menyabet medali dan nama harum Jateng, ternyata tak seindah nasibnya kini.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Para atlet yang dahulu berjasa menyabet medali dan nama harum Jateng, ternyata tak seindah nasibnya kini.
Bahkan tak sedikit yang tak percaya bahwa atlet ini dahulu pernah berjasa.
Sebagaimana dialami Markus Tugiman atlet sepeda asal Semarang yang terpaksa menjadi pemulung atau tukang rosok.
Siapa sangka, pada era 80-an Markus ternyata pernah merajai cabang olah raga balap sepeda.
Namun prestasinya terus menurun. Kusta yang dideritanya sejak 16 tahun lalu juga mulai melemahkannya.
Kondisi ini membuat Markus kini harus menghidupi keluarganya sebagai pemulung.
Pada masa jayanya, sederet prestasi gemilang pernah ia torehkan.
Antara lain medali emas pada PON Jateng pada 1983, hingga meraih medali perunggu pada kejuaraan balap sepeda internasional Tour de Jawa pada 1984.
Dari penampilannya yang lusuh, tak ada yang mengira jika Tugiman ini mantan atlet balap sepeda.
Bahkan, banyak orang menertawainya ketika warga Kampung Tanggung Rejo RT 1 RW 5, Tambakrejo, Semarang ini bercerita tentang keberhasilannya sebagai seorang atlet.
“Orang-orang gak percaya. Karena kenal saya sudah jadi tukang rosok begini,” katanya sebagaimana keterangan tertulis dari Laznas LMI.
Adapun kusta yang menggerogotinya, mulai terasa 1987. Akibat bergulat dengan tumpukan sampah dan botol plastik bekas.
Selain itu, ia juga sering tak ingat waktu ketika bekerja di tambak milik orang.
“Saya nggak tahu kalau saraf saya mati rasa dan gak kuat dengan aktivitas yang saya lakukan,” terangnya.
Kemudian tahun 1987, kusta menyerang dirinya. Selama lebih 6 tahun, Tugiman tak tahu penyakit apa yang dideritanya.
“Pas tahun 90-an itu saya dibantu Yayasan Ronggowarsito buat pengobatan,” ungkapnya.
Kini, pria paruh baya itu menghabiskan masa tuanya bersama istri, Ngatinah, dan ketiga anaknya.
Sederet piagam, medali, dan penghargaan yang pernah diraihnya beberapa ada yang raib. Tak selamat karena rumahnya diterjang banjir.
“Sekarang cuma 6 piagam ini saja yang selamat,” katanya sambil menunjukkan piagam.
Sebagai salah satu bentuk perhatian, ia mendapat bantuan pula dari Laznas LMI untuk meringankan beban keluarga Markus Sugiman.
“Alhamdulillah berkat kebaikan masyarakat Indonesia yang masih mau peduli bergotong royong membantu bapak Markus untuk memperbaiki keadaan ekonomi dirinya dan keluarga. Selasa, 12 Oktober 2021 telah dilakukan penyaluran tahan pertama untuk bapak Markus dan Kelurga,” ujar Cony Septea Ardy selaku kepala Kantor Perwakilan Laznas LMI Jawa Tengah & DIY, Rabu (13/10/2021).
Cony, saat ini mengajak masyarakat Indonesia untuk berbondong-bondong membantu Markus dan keluarganya.
“Untuk sobat zakat seluruh Indonesia yang ingin terut berpartisipasi dalam program kebaikan ini, kami masih membuka pintu selebar-lebarnya untuk berkolaborasi bersama membantu kebaikan." Pungkasnya.(*