Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Peternak Ayam Petelur Babak Belur, Harga Jagung Tak Kunjung Turun sedangkan Telur masih Murah

Sejumlah peternak ayam petelur di Jawa Tengah menjerit. Karena harga pakan ternak melejit sedangkan harga telur tak kunjung naik.

TRIBUN JATENG/RAKA F PUJANGGA
Ilustrasi Peternak telur ayam 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Sejumlah peternak ayam petelur di Jawa Tengah menjerit. Karena harga pakan ternak melejit sedangkan harga telur tak kunjung naik.

Di satu sisi petani jagung juga tak begitu untung karena harga jual jagung biasa-biasa saja sedangkan pupuk dan bibit jagung makin mahal. Petani pun tak untung.

Tribunjateng.com melakukan penelusuran sebab musabab terjadinya kondisi tersebut dan mengungkap fakta di lapangan. Menurut analisis Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, produksi jagung di Jateng tahun 2021 sangat mencukupi. Oktober ini setidaknya ada lahan jagung seluas 43 ribu hektar yang sedang panen.

Maka, apabila ada kenaikan harga di tingkat pedagang hingga peternak, itu bukan karena kelangkaan jagung. Melainkan ada permainan tengkulak yang sengaja mengatur harga pada pabrik pengolahan pakan ternak.

Kabid Tanaman Pangan Distanbun Jateng, Edi Darmanto, menjelaskan pihaknya tidak bisa mengatur para tengkulak yang sengaja mempermainkan harga. Sebab, peran mereka terhadap para petani cukup besar.

"Petani itu rata-rata tidak punya modal. Oleh tengkulak mereka ini dimodali pupuk, alat, dan sebagainya. Tapi ketika panen hanya boleh dijual kepada mereka. Padahal kalau ngatur harga seenaknya.

Menyesuaikan harga yang mampu dibeli oleh pabrik pengolahan pakan. Jadi saya rasa naiknya harga jagung bukan karena kelangkaan," terangnya.

Berdasarkan informasi yang dia dapatkan dari Dinas Peternakan, kebutuhan jagung untuk peternak di Jateng setiap bulan yakni 1,5 juta ton jagung. Maka pihaknya masih meyakini, dari hitungan kasarnya untuk mencukupi kebutuhan pakan pada tahun 2021 masih mencukupi.

"Walaupun dijual dengan harga antara Rp 4.500 hingga Rp 5.000 per kilogram sebenarnya petani sudah untung. Tapi sayangnya kami tidak bisa mengontrol distribusi jagung larinya kemana. Sebab tiap kabupaten/kota sudah punya 'bapak jagungnya' sendiri-sendiri," jelasnya.

Di sepanjang tahun 2021 pun tidak ada faktor cuaca yang menyebabkan petani jagung gagal panen maupun mundur. Hanya saja, pihaknya tetap meminta kepada setiap kecamatan untuk menyiapkan gudang.

Jika tiap kecamatan punya gudang maka Jateng tak akan kekurangan jagung. Bulan Desember hingga Mei saat musim penghujan petani tanam padi, sehingga produksi jagung berkurang. Maka saat panen jagung bisa disimpan di gudang. Kabupaten Grobogan masih sebagai penghasil jagung terbesar.

"Sragen juga banyak petani jagung. Alhamdulillah tahun ini kami tidak ada jagung impor yang masuk. Misal pun ada kekurangan, para pedagang atau peternak ambil jagung dari Jawa Timur. Begitu pun sebaliknya," terang Edi.

Babak belur

Kenaikan harga jagung membuat peternak ayam petelur babak belur. Para peternak mengaku kenaikan harga jagung membuatnya terus merugi, karena harga jual telur masih belum stabil. Biaya produksi di kisaran Rp 20 ribu. Sedangkan harga telur hanya Rp 16.000 perkilogram. Padahal harga telur acuan dalam Permendag No.07/2020 yakni Rp 19 ribu hingga Rp 21 ribu perkilogram.

Sebut saja Ani, pedagang jagung asal Karangawen, Kabupaten Demak. Dia mengatakan sudah satu pekan ini harga jagung melonjak. Semula Rp 5.000 per kilogram kini naik menjadi 5.300 per kilogram.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved