Berita Semarang
LPQ Berperan Penting untuk Tanamkan Nasionalisme Sejak Dini
Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang bekerja sama dengan Badan Koordinasi Lembaga Pendidikan Quran (Badko LPQ) Kota Semarang menggelar pembinaa
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Gerakan radikalisme harus ditangkal masyarakat, terutama kalangan pemuda dan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
Karenanya, Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang bekerja sama dengan Badan Koordinasi Lembaga Pendidikan Quran (Badko LPQ) Kota Semarang menggelar pembinaan bagi asatidz (bentuk jamak ustaz) di Kantor Sekretariat Badko LPQ Gunungpati Semarang, Sabtu (16/10/2021).
Upaya itu dilakukan untuk menguatkan ideologi dan nasionalisme khususnya di lembaga pendidkan Alquran.
Dosen Fakultas Hukum Unwahas yang juga Ketua Badko LPQ Kota Semarang, Bahrul Fawaid mengatakan, keberadaan lembaga pendidikan Quran tidak lepas dari sinergitas baik itu, masyarakat sekitar, pemerintah, dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang.
Di Kota Semarang, ada sebanyak 1.219 LPQ.
"Peran penting lembaga dalam mendidik para santri sangat memberikan pengaruh besar di era teknologi yang sangat maju. Bukan hanya dalam pengetahuan tentang agama tapi juga harus diimbangi pengetahuan nasionalisme sejak dini," kata Bahrul, Minggu (17/10/2021).
Hal tersebut, kata dia, sesuai visi misi Badko Kota Semarang yaitu menyiapkan generasi Qurani yang kokoh berakidah, rajin dalam ibadah, berakhlaqul karimah, cinta tanah air dan NKRI.
Menurutnya, pembinaan terhadap asatidz penting dilakukan karena pada kasus beberapa tahun terkahir, banyak narasi yang dibangun untuk mempengaruhi pola pikir yang tidak toleran sesuai prinsip ahlussunah wal jamaah.
Hal itu, kata Bahrul, menyebabkan keresahan tersendiri bagi LPQ.
Padahal, perannya di tengah-tengah masyarakat heterogen dalam hal keagamaan dibutuhkan.
"Pendidikan anak merupakan sasaran strategis untuk apapun. Artinya, pendidikan anak menjadi landasan penting, penanaman nilai nasionalisme dan kebangsaan harus diterapkan sedini mungkin," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, pendidik atau tokoh yang memberi ilmu adalah teladan bagi peserta didik hingga kompetensi serta kapasitas dalam penanaman nasionalisme.
Acara yang berlangsung secara virtual selama 3 jam itu bertema internalisasi karakter ahlussunah wal jamaah dalam mewujudkan generasi Qurani yang kokoh dalam akidah, rajin dalam ibadah, berakhlakul karimah, dan cinta tanah air negara kesatuan Republik Indonesia.
Hal senada juga disampaikan dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, KH In’amuzzahidin.
Menurutnya, Kota semarang menjadi kota yang memiliki nilai toleran yang sangat tinggi.