Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Banjir di Semarang

10 Hari Jalur Pantura Lumpuh, Pengusaha Truk Rugi Puluhan Juta Per Unit

Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DIY, menyoroti banjir di Kaligawe Semarang yang mencapai 90cm.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG/REZANDA AKBAR D.
ILUSTRASI - Truk terjebak banjir di Kaligawe Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Bambang Widjanarko Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DIY, menyoroti banjir di Kaligawe Semarang yang mencapai 90cm dan tak kunjung surut.

Dia menyebut banjir tahun ini sebagai yang paling parah dalam beberapa tahun terakhir.

Sudah sepuluh hari kawasan Jalur Pantura Semarang lumpuh, ribuan truk terpaksa berhenti beroperasi.

Baca juga: Berkat Instruksi Cepat Gubernur Ahmad Luthfi, Banjir di Semarang Surut 15 Cm Kurang dari Sehari

“Biasanya banjir dua sampai tiga hari sudah surut, tapi sekarang sudah sepuluh hari belum juga turun. Bahkan kami khawatir puncaknya terjadi akhir Januari atau awal Februari nanti,” ujarnya, Jumat (31/10/2025).

Bambang mengatakan, lamanya banjir membuat pengusaha truk merugi besar. 

Satu unit truk yang tak jalan sehari saja bisa kehilangan sekitar Rp1 juta. 

Jika banjir berlangsung sepuluh hari, kerugian per unit bisa mencapai Rp10 juta. Itu belum termasuk perbaikan mesin akibat terendam air.

“Untuk bersihkan kaki-kaki minimal Rp20 juta. Kalau mesinnya sampai rusak berat, bisa tembus Rp50 juta,” katanya.

Ia menjelaskan, kerugian tak hanya dialami pengusaha, tetapi juga para sopir yang pendapatannya bergantung pada ritase. 

Biasanya mereka bisa enam kali bolak-balik Jakarta–Surabaya, kini hanya tiga kali.

“Pendapatan mereka turun separuh, karena banyak truk parkir nunggu air surut,” ungkapnya.

Bambang menilai banjir di kawasan pesisir Semarang sudah jadi masalah klasik. 

Menurutnya salah satu penyebab banjir bertahan lama yakni, proses pengerjaan proyek tanggul laut raksasa atau Giant Seawall yang membendung air laut, namun juga menahan aliran air dari daratan.

“Harusnya ada pompa besar untuk menyalurkan air ke laut melewati tanggul itu. Tapi sampai sekarang belum ada langkah nyata, entah karena biaya atau teknis,” ujarnya.

Selain itu, kenaikan muka air laut dan penurunan tanah membuat kawasan industri di Terboyo dan Genuk makin rawan tergenang setiap tahun.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved