Berita Semarang
Musisi Jawa Tengah Naik Daun di Tengah Pandemi Covid-19, Hendra Kumbara Ciptakan 17 Lagu dan 1 Album
Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan para musisi lokal di Jawa Tengah untuk tetap berkarya. Hendra Kumbara buktikan ia tetap berkarya.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan para musisi lokal di Jawa Tengah untuk tetap berkarya.
Justru, musisi lokal dapat menunjukan kreativitas di bidang musik dengan memanfaatkan media sosial sebagai panggung hiburan di tengah pandemi ini.
Tak sedikit musisi di Jawa Tengah naik daun berkat kreativitasnya yang diunggah di media sosial.
Seorang musisi Jawa Tengah, Hendra Kumbara mengaku, jadwal manggung selama pandemi Covid-19 sangat berkurang.
Baca juga: Jonathan Cantillana Pastikan Bisa Perkuat PSIS Semarang saat Melawan Persikabo
Baca juga: Laga Wajib Menang Persik Kendal, Persibat Batang Imbangi 1-1 Babak Pertama
Baca juga: Telah Selesaikan Program Doktor di Undip, Wali Kota Semarang Hendi Akan Ikuti Wisuda Besok
Namun, selama pandemi justru dia memiliki banyak waktu longgar sehingga lebih fokus membuat karya.
Media sosial dan kanal-kanal online menjadi panggung baginya untuk menunjukan karyanya.
"Saya masih tetap berkarya, bikin lagu dan konten. Selain itu, ada event-event online beberapa kali. Pengaruh media sosial sangat besar bagi musisi lokal seperti saya," ungkap Hendra, Selasa (9/11/2021).
Diakuinya, awal pandemi Covid-19 membuat banyak orang pindah haluan nonton ke digital. Itu menjadi keuntungan tersendiri bagi para musisi lokal karena hasilnya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selama pandemi Covid-19, dia membeberkan telah menciptakan 17 lagu baru dan merilis album pertamanya. Kini, dia juga tengah menggarap album kedua.
Hendra mengaku, tidak ada kesulitan dalam proses produksi meski di tengah pandemi Covid-19. Produksi musik berjalan seperti biasa di dalam studio. Hal yang sedikit berbeda yakni produksi video klip karena tidak boleh menimbulkan kerumunan. Dia lebih memilih mengambil tema video yang simpel dan tidak melibatkan banyak orang.
"Dulu, ambil gambar di tempat bebas, melibatkan banyak orang. Pandemi ini, saya lebih banyak mengambil yang yang simpel, misal adegan di rumah, di jalan yang sepi," sebutnya.
Musisi lulusan Universitas Negeri Semarang itu juga sempat menciptakan lagu khusus untuk Kota Semarang berjudul Cara Baru. Lagu ini dirilis atas kerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang. Lagu tersebut menjadi soundtrack untuk lomba video di tingkat pusat mengenai tatanan normal baru.
"Lagunya tentang memasuki cara baru, pakai masker, cuci tangan, menerapkan prokes. Selain berkarya, melalui lagu ini bisa menjadi sarana edukasi bagi masyarakat," tambahnya.
Tak hanya menciptakan lagu untuk dirinya sendiri, dia juga mengajak teman-temannya berkarya. Bahkan, dia membuatkan lagu untuk rekannya. Dia mengaku senang melihat anak-anak muda semakin produktif berkarya di tengah pandemi Covid-19.
"Hampir setiap hari banyak musisi yang rilis lagu untuk memaksimalkan media sosial mereka. Saya justru senang melihat teman-teman semakin produktif dari pada statusnya sambat," ungkapnya.
Sementara itu, Kabid Kesenian Disbudpar Kota Semarang, Ade Bhakti Ariawan mengatakan, media sosial memang membuat musisi lokal terutama Kota Semarang lebih dikenal oleh masyarakat. Menurutnya, banyak kanal-kanal online yang bisa dimanfaatkan para musisi lokal untuk bisa bertahan di tengah pandemi.
Sebagai corong bagi para musisi lokal, Disbudpar Kota Semarang pun berupaya tetap memggeliatkan para musisi lokal di tengah pandemi. Pada 2020, pemkot mendapatkan dana hibah dari pusat untuk subsektor ekonomi kreatif, termasuk di dalamnya bidang musik. Disbudpar membuat album kompilasi yang berisi karya para musisi lokal Semarang. Pihaknya juga membuat profilings musisi lokal yang ditampilkan di youtube Disbudpar Kota Semarang. Itu menjadi katalog musisi Kota Semarang. Ada lebih dari 80 band atau musisi lokal yang sudah digandeng oleh Disbudpar.
Di tengah pandemi Covid-19, diakuinya, banyak sekali anak muda Semarang yang berkeativitas hingga karyanya terkenal berkat media sosial.
"Kemarin saya sempat kaget, ada anak SMA baru lulus, karyanya juga keren. Kita sebagai masyarakat awam mendengar karyanya samgat bagus, termyata dia anak Semarang. Kalau tidak pandemi mungkin tidak sempat terekspos," ujarnya.
Pada PPKM level 1 ini, Ade mengatakan, kegiatan musik di Semarang sudah mulai menggeliat. Beberapa kafe dan co working space sudah mulai menampilkan pertunjukan musik meski terbatas.
Ke depan, menurutnya, kegiatan musik masih berbentuk mix konsep antara offline dan online.
"Selama pemerintah belum menyatakan Covid-19 hilang, pembatasan masih ada. Saya lihat musisi Semarang fansbasenya tidak hanya lokal Semarangan saja, tapi sudah regional dan nasional, harapannya dengan konsep online dan offline bisa memberikan peluang bagi masyarakat untuk menyaksikan musisi idolanya baik secara langsung dengan batasan atau melalui kanal online," terangnya. (eyf)