Berita Kesehatan
Aren, Selain Jadi Gula Bisa Juga Sebagai Antivirus
Pohon Aren (Arenga pinnata Merr.) termasuk ke dalam anggota genus Arenga dan suku Arecaceae.
TRIBUNJATENG.COM - Pohon Aren (Arenga pinnata Merr.) termasuk ke dalam anggota genus Arenga dan suku Arecaceae.
Penyebutan ntuk Aren di setiap daerah dapat berbeda, misalnya di Lampung disebut Hanau, di Aceh disebut Bakjuk, di Madura disebut Are, di Nusa Tenggara disebut Jenaka, Pola, Moka, Bale, atau Bone, di Bali disebut Hano, dan di Maluku disebut Seko, Tuna, Nawa, atau Roni (Rindengan & Manaroinsong, 2009).
Bicara Aren pasti berkonotasi dengan gula Aren.
Memang karena pohon Aren menghasilkan nira yang kemudian dolah menjadi gula Aren yang terkenal itu.
Namun selain dimanfaatkan sebagai gula, Aren ternayat mempunyai banyak manfaat.
Manfaat
Hampir seluruh bagian dari tumbuhan aren dapat dimanfaatkan.
Air seduhan dari akar aren dapat digunakan sebagai obat anti gigitan serangga dan penyakit batu ginjal.
Bagian pucuk tumbuhan aren dapat diolah menjadi sayur.
Bagian nira yang didapat dari tandannya, ketika masih segar dapat dimanfaatkan menjadi obat sariawan, TBC, wasir, dan disentri (Lempang, 2012).
Ketika sudah terfermentasi atau sudah menjadi tuak, dapat dimanfaatkan menjadi obat perangsang haid dan obat melawan radang paru-paru.
Inti biji dari buah aren, yang biasa diolah menjadi kolang-kaling, memiliki serat yang baik untuk kesehatan, termasuk memperlancar BAB, mencegah kegemukan atau obesitas, dan penyakit kencing manis.
Olahan yang paling terkenal dari tumbuhan aren yaitu bagian niranya yang diolah menjadi gula aren, biasa digunakan sebagai campuran obat tradisional, yang bermanfaat untuk mengobati sakit perut dan demam (Lutony, 1993).
enyawa organik alkaloid dapat mengurangi rasa sakit, menjadi obat penenang, dan antimikroba. Saponin dalam nira aren dapat meredakan gejala batuk.
Antibakteri, antijamur, dan antivirus merupakan hasil kerja triterpenoid (Putri et al., 2021).
Morfologi
Tumbuhan aren, dihitung hingga tajuk daun yang menjulang di atas batangnya, dapat tumbuh hingga 20 m.
Batang pohon setinggi dadanya dapat berdiameter hingga 65 cm.
Permukaan daun ditutupi ijuk atau serabut hitam yang merupakan bagian dari pelepah daunnya.
Daunnya berbentuk seperti daun kelapa, termasuk jenis majemuk menyirip, dengan panjang tangkai daun hingga 1.5 m dan panjang daun keseluruhannya hingga 5 m.
Anak daun berbentuk pita (Soeseno, 1991). Bentuk tandan yang tumbuh di ruas-ruas batang merupakan pembungannya.
Tunas pembungaan dimulai dari puncak, kemudian tumbuh lagi di ruas bawahnya.
Ruas bagian atas diisi pembungaan betina, kemudian ruas bawahnya diisi pembungaan jantan, terus seperti itu secara bergantian.
Bunga jantan berwarna keunguan atau kecokelatan dengan bentuk bulat telur, daun bunganya memiliki tiga helai kelopak.
Bunga betina berwarna hijau dengan mahkota bunganya berbentuk segitiga beruas-ruas, bakal biji yang memiliki tiga sel, dan putik berjumlah tiga. Jadi, bunga jantan dan bunga betina dapat ditemukan pada satu tumbuhan aren yang sama tetapi pada ruas atau tandan yang berbeda.
Dengan dibantu oleh serangga, bunga jantan dan betina melakukan penyerbukan hingga terbentuk buah.
Buah aren termasuk buah buni, berbentuk lonjong, memiliki tiga biji, dan berwarna kuning jika sudah matang, Buah ini dapat ditemui menggelantung dengan panjang hingga 90 cm pada tandannya.
Kulit dari buah ini mengandung kristal oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal (Lempang, 2012).
Kandungan
Tumbuhan aren mengandung beberapa senyawa di bagian-bagian tumbuhannya.
Beberapa penelitian menyebutkan, tumbuhan jenis palma ini, memiliki kandungan senyawa antioksidan.
Senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan steroid terkandung dalam bagian akar aren. Buahnya berpotensi aktivitas antioksidan karena kandungan galaktomanannya.
Senyawa tanin, alkaloid, dan triterpenoid telah diteliti terdapat pada tepung yang berbahan dasar pelepah aren.
Secara keseluruhan jenis antioksidan yang dapat ditemukan di dalam tumbuhan aren, yakni flavonoid, tanin, alkaloid, galaktomanan, fenol, saponin, dan triterpenoid (Putri et al., 2021).
Ekologi
Tumbuhan aren dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 500 – 1.200 mdpl.
Dengan suhu rata-rata 25°C dan curah hujan rata-rata 1.200 mm/tahun, dapat menjadikan suatu lingkungan baik untuk ditumbuhi aren.
Tanah yang dapat meneruskan kelebihan air, seperti tanah gembur, tanah vulkanis, dan tanah berpasir di sekitar sungai juga merupakan tempat yang baik untuk ditumbuhi aren (Lempang, 2012).
Kandungan Kimia
Kandungan senyawa kimia yang dimiliki aren, paling banyak diteliti terkandung dalam bagian niranya.
Senyawa kimia yang dapat ditemui pada nira aren antara lain senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, saponin, dan triterpenoid. (Putri et al., 2021).
Sebaran
Tumbuhan aren secara alami tersebar di wilayah Asia Tropis, termasuk negara-negara kepulauan bagian tenggara, seperi Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Laos, dan Myanmar (Hadi, 1991).
Tumbuhan aren atau Arenga pinnata dapat ditemukan di seluruh cagar alam di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Pati Barat, yaitu Cagar Alam (CA) Keling I abc, CA Keling II/III, CA Kembang, dan CA Gunung Celering di Kabupaten Jepara.
Penulis
Budi Santoso
PEH Muda pada BKSDA Jateng
Kepala KPHK Pati Barat
(*)