Wawancara
Yahya Cholil Staquf, Kandidat Kuat Calon Ketum PBNU: Percayalah Saya Tak Mencalonkan Jadi Presiden
Katim Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengatakan tak berminat mencalonkan diri maju
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Katim Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengatakan tak berminat mencalonkan diri maju sebagai calon presiden RI pada perhelatan pemilu presiden 2024. Bahkan dia menegaskan tetap tak akan mau meski dicalonkan oleh sejumlah partai politik.
"Menurut saya ini mutlak, saya pribadi tidak akan mencalonkan diri (jadi presiden) atau bersedia dicalonkan juga, tidak mau maju," ujar Gus Yahya, sapaan akrabnya, ketika wawancara khusus dengan Wakil Direktur Pemberitaan Tribunnetwork Domu Ambarita, Sabtu (4/12).
Bukan tanpa sebab penolakan pria yang pernah menjabat Dewan Pertimbangan Presiden periode 2014-2019 itu. Dengan bercanda, Gus Yahya mengatakan dia sudah pernah menjadi presiden dan rasanya tidaklah enak.
Berikut petikan wawancara khusus Tribunnetwork dengan Gus Yahya :
Di era milenials anak muda yang sudah banyak di media sosial, mudah berkomunikasi. Apakah ormas seperti NU masih perlu?
Organisasi seperti Nahdlatul Ulama dan sebagainya, ini berfungsi dan menurut saya bertanggungjawab untuk menyediakan track perkembangan ini supaya antara masa lalu dan masa depan ini ada kesinambungan yang utuh.
Artinya ini bukan hanya soal bagaimana mengelola eksekusi kegiatan-kegiatan, tapi konten kegiatan itu sendiri.
Nah kalo sekarang dikatakan bahwa ada banyak media-media baru, ada media digital yang semakin mendominasi, itu adalah media, adalah teknik baru di dalam mengeksekusi kegiatan, tapi kontennya, kontennya ini yang tetapi dibutuhkan dari panduan atau katakanlah inspirasi paling tidak dari organisasi-organisasi masyarakat yang diluar ini yang mereka ini yang menyambungkan masyarakat kita ini dari masa lalu ke masa depan.
Walaupun NU bukan parpol, perkembangannya pemilu 99 waktu Pilpres lewat MPR. Gus Dur masih ketua PBNU saat itu, kemudian 2004 Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi capres bu Megawati. Lalu kemudian 2019 Rais Aam PBNU jadi cawapres. Artinya NU masih belum lepas dari urusan politik?
Itu dia ini karena konstruksi organisasi, itu bagiannya, harus kita akui kenyataannya memang secara mental sebagian besar aktivis NU masih punya orientasi ke sana (politik) walaupun dalam soal Gus Dur sebenarnya ini sangat unik situasinya.
Tapi kemudian dalam situasi normal ternyata masih juga ada orientasi ikut dalam berkompetisi dalam politik. Ini menurut saya perlu diadress dikelola lebih lanjut supaya ada transformasi yang terarah menuju kembalinya NU sebagai organisasi keagamaan dan organisasi sosial kemasyarakatan.
Maka sejak awal saya nyatakan bahwa saya sama sekali tidak mau menjadi calon presiden atau cawapres di 2024, dan saya tidak ingin ada capres cawapres dari PBNU nantinya. Itu bagian dari upaya ini supaya bertransformasi betul supaya warga NU siap mental dan harus ke situ lagi.
Andai nanti Gus Yahya terpilih, apakah masih akan tertarik di politik? 2024 adalah tahun politik, Pilpres, pileg, pilkada.
Menurut saya ini mutlak, saya pribadi tidak akan mencalonkan diri atau bersedia dicalonkan juga, tidak mau maju.
Kenapa? Kan enak?