Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Guru Berkarya

Mengoptimalkan Peran Guru dalam Gerakan Literasi Sekolah

Cara pandang lain yang juga terjadi adalah bahwa literasi hanya wilayah guru mata pelajaran bahasa.

Editor: abduh imanulhaq
IST
Triyanto SPd M.Pd, Guru SMPN 16 Surakarta 

Oleh: Triyanto SPd M.Pd, Guru SMPN 16 Surakarta

GERAKAN Literasi Sekolah (GLS) sebagai salah satu turunan dari Gerakan Litarasi Nasional (GLN) merupakan salah satu bentuk kesadaran pemerintah akan pentingnya membangun budaya literasi dalam dunia pendidikan. Tujuan umum GLS adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Implementasi GLS adalah berupa pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Pada praktiknya, GLS ini lebih akrab dengan tahap pembiasaan yang berupa pembiasaan membaca sebelum pembelajaran dimulai, adanya pojok baca di setiap kelas, dan pembiasaan kunjungan ke perpustakaan pada waktu tertentu.

Lantas apa yang terjadi setelah hampir enam tahun gerakan ini digalakkan? Alih-alih meningkat, perolehan nilai literasi Indonesia justru menurun. Data dari OECD menunjukkan skor literasi pada 2015 yang menyentuh angka 397, lalu menurun menjadi 371 pada 2018. Perolehan ini jauh di bawah rata-rata perolehan dunia sebesar 487 (Harsiati, 2019). Artinya, ada kecenderungan bahwa setelah GLS digalakkan yang tentu tidak menghabiskan sedikit biaya, justru menghasilkan kemunduran. Lalu adakah yang salah dari implementasi program di atas?

Menurut penulis ada dua masalah dalam implementasi GLS pada jenjang sekolah menengah. Masalah pertama adalah paradigma literasi. Gerakan literasi sering diterjemahkan sebagai gerakan membaca. Anggapan ini membawa dampak bahwa kemampuan membaca sudah tuntas pada jenjang SD. Literasi pun baru dipahami sebagai belajar membaca, belum pada tataran membaca untuk belajar.

Cara pandang lain yang juga terjadi adalah bahwa literasi hanya wilayah guru mata pelajaran bahasa. Guru nonbahasa seakan tidak ingin mengambil peran dalam kegiatn GLS. Memang benar literasi pasti berkaitan dengan kegiatan berbahasa. Siswa akan sulit memahami konsep-konsep matematika, fisika, kimia, dan sebagainya jika pemahaman bahasanya masih kacau. Namun, perlu diingat bahwa literasi merupakan aspek strategis dalam membentuk karakter budi pekerti seseorang. Literasi juga berperan dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca grafik, tabel, dan diagram. Guru IPS mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca denah dan peta dan guru IPA mengembangkan kemampuan membaca prosedur, dsb.

Masalah kedua adalah rendahnya kontribusi guru dalam kegiatan GLS. Inilah yang perlu dioptimalkan, terutama berkaitan dengan literasi digital. Banyak penelitian yang melaporkan bahwa peran guru sangat besar dalam pencapaian prestasi siswanya. Dalam GLS, guru seharusnya menjadi teladan literasi bagi siswa. Jika guru menginginkan siswanya membaca, keteladanan dalam hal membaca harus terus dieksplisitkan dan diaurakan. Dengan kata lain, guru perlu menunjukkan minat terhadap bacaan dan turut membaca bersama siswa. Guru perlu membaca beragam sumber bacaan agar dapat meningkatkan kompetensi diri dan kualitas pembelajaran.

Dalam hal menulis, guru bisa menulis sekaligus menerbitkan karya berupa kumpulan puisi atau kumpulan cerpen. Karya ini bisa karya pribadi atau karya bersama siswa.  Jika belum bisa dibukukan, karya bisa dipajang di majalah dinding atau majalah sekolah. Hal ini akan memotivasi siswa untuk ikut berkarya lewat tulisan.

Dua masalah yang disampaikan penulis di atas bermuara pada guru. Guru merupakan tokoh sentral dalam GLS. Oleh karena itu, semua guru harus menjadi pelopor dalam memaknai kembali dan memiliki cara pandang yang benar tentang GLS. Selanjutnya, guru dituntut menjadi motivator dan ikut aktif terlibat dalam pembudayakan kegiatan literasi di sekolah. Dengan pembudayaan literasi yang diprogramkan secara rutin dan berkesinambungan, sadar atau tidak, akan membentuk generasi berkarakter saintifik yang lambat laun membentuk bangsa Indonesia yang berorientasi saintifik. Semoga terwujud. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved