Berita Pendidikan
Ciptakan Tas Sensor Jaga Jarak, SMP Karangturi Raih Medali Perak Kompetisi Internasional Penemu Muda
Dalam kompetisi ini, Clarissa dan Matthew mempresentasikan hasil penemuan mereka bernama Proximity Sensor Bag
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Guru pendamping riset, Ivan Setia Arianto menjelaskan, kompetisi internasional ini diikuti 23 negara dengan 250 tim peserta. SMP Karangturi mengikuti kategori bidang farmasi dan kesehatan.
"Kompetisi inovasi internasional ini terbuka untuk siswa sekolah di bawah 18 tahun. Pesertanya mulai dari siswa SD hingga SLTA. Mereka diadu dalam sebuah kompetisi menciptakan sebuah penemuan, inovasi, dan kreatifitas," kata Ivan.
Peserta diuji dalam hal orisinalitas atau kebaruan suatu ide, nilai inovasi dan kreativitas, kinerja dan kepraktisan produk, serta cara penyajian.
Kompetisi diadakan secara hybrid (offline dan online). Diawali pengiriman beberapa dokumen antara lain poster, paper, power point, dan video pembuatan hingga jadi. Setelah itu presentasi secara online dengan juri hingga diumumkan pemenangnya.
"Kendala kami saat harus melakukan bimbingan online karena pandemi, biasanya offline. Sehingga agak sedikit lama dalam pembuatannya. Tapi kami harus beberapa kali ke sekolah karena harus bertemu langsung dalam pembuatannya, tentunya dengan tetap menjaga protokol kesehatan," imbuhnya.
Ivan berharap alat hasil riset anak didiknya tersebut bisa diproduksi secara massal dan bermanfaat agar proses PTM bisa berjalan dengan aman.
Kepala SMP Karangturi, Samuel Yulianto Budiana memberikan apresiasi kepada tim riset yang membawa medali perak dari ajang diprakarsai oleh Indonesia Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA).
"Kami sangat bangga dan mengapresiasi apa yang dicapai tim riset. Sensor tas ini bisa digunakan untuk mendukung prokes yang digalakan pemerintah sampai hari ini," kata Samuel.
Untuk mendukung kemampuan riset peserta didik, pihaknya menerapkan strategi yang mengedepankan project based learning. Artinya, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikanya dalam pembelajaran.
"Pembelajaran yang dilaukan tidak konvensional. Banyak sekali project atau aplikasi baru yang diciptakan anak-anak. Hal yang sederhana, tidak selalu bombastis, bisa dijadikan riset. Dengan begitu, bisa memaknai arti pembelajaran sehingga terasah kemampuan riset mereka," imbuhnya. (mam)