Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pendidikan

Ciptakan Tas Sensor Jaga Jarak, SMP Karangturi Raih Medali Perak Kompetisi Internasional Penemu Muda

Dalam kompetisi ini, Clarissa dan Matthew mempresentasikan hasil penemuan mereka bernama Proximity Sensor Bag

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
tim riset dari SMP Karangturi
Clarissa Sandria Jolie (tengah) dan Matthew Bennedict Darmono (kiri) dan guru pendamping menunjukan medali yang didapatkan pada kompetisi internasional 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Tim riset SMP Karangturi Semarang berhasil merebut medali perak pada ajang internasional penemu muda atau Indonesia Inventor Day (IID) 2021 di Bali pada akhir November 2021 kemarin.

Tim SMP Karangturi yang beranggotakan Clarissa Sandria Jolie dan Matthew Bennedict Darmono berhasil mengungguli ratusan tim peserta dari berbagai negara dan mendapatkan medali perak.

Dalam kompetisi ini, Clarissa dan Matthew mempresentasikan hasil penemuan mereka bernama Proximity Sensor Bag.

Produk penemuan mereka berbentuk tas atau waist bag yang disampirkan di satu bahu atau pinggang.

Tas bisa mendeteksi jarak pengguna dengan orang lain di sekitar yang aman untuk pencegahan penularan Covid-19.

"Proximity Sensor Bag atau tas sensor jarak ini bisa digunakan saat jalan-jalan atau berlibur. Misalnya sedang antre, kalau di depan ada orang kurang dari 1 meter, alat akan berbunyi. Tidak hanya dari depan, tapi jika ada orang di samping kanan, kiri, dan belakang otomatis alat berbunyi," kata Clarissa, Kamis (16/12/2021).

Tas dilengkapi 4 sensor jarak yang dapat mendeteksi jarak pengguna minimal 1 meter menggunakan persamaan bunyi pantul.

Buzzer akan berbunyi dan memperingatkan pengguna dari sisi mana yang jaraknya kurang dari 1 meter.

Karena berbentuk tas, alat ini bisa digunakan untuk semua usia dan jenis kelamin. Lalu, mudah diterapkan dan ringan dibawa kemana-mana untuk beraktivitas di dalam maupun luar ruangan.

Siswi kelas 8 ini sudah tertarik dengan dunia sains sejak lama.

Ia sering menonton program sains di televisi. Dari itu, ia mencoba membuat dan mengutak-atik benda untuk menciptakan hal yang baru.

Sementara, Matthew Bennedict Darmono menambahkan, penemuan tas sensor tersebut berawal saat dirinya berbincang-bincang dengan Clarissa lalu tercetus membuat produk riset yang menunjang kelancaran proses pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

"Lalu kami terpikirkan membuat ide tas ini yang juga bisa digunakan ke sekolah. Setelah itu, kami memuat dokumen-dokumen seperti poster, video, dan semacamnya lalu dikirimkan ke pihak penyelenggara," terang Matthew.

Kesulitan yang dialaminya karena pandemi, sehingga tidak memungkinkan bertemu dengan anggota tim dan guru pembimbing secara langsung dengan intensitas yang sering. Sehingga pembuatan dokumen untuk mendukung hasil riset mereka bisa selesai dengan waktu lama.

Matthew memiliki keminatan pada pelajaran yang menuntut logika, semisal matematika dan ilmu pengetahuan alam. Sehingga, mudah saja baginya untuk membuat riset yang menghasilkan satu produk.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved