Harga Ayam Potong di Slawi Tembus Rp 42 Ribu/kg

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI -- Menjelang momen Natal dan tahun baru (Nataru), harga sejumlah bahan pokok tercatat mulai mengalami kenaikan, termasuk ayam potong yang saat ini mencapai Rp 42 ribu/kg di Kabupaten Tegal.

Satu pedagang ayam potong di Pasar Trayeman, Slawi, Kabupaten Tegal, Susanti mengatakan, kenaikan harga sudah terjadi sejak November lalu, dan terus berlanjut hingga sekarang.

Padahal, menurut dia, sebelumnya harga ayam potong berada di kisaran Rp 35 ribu/kg, kemudian naik menjadi Rp 38 ribu/kg, sempat Rp 40 ribu/kg, dan saat ini Rp 42 ribu/kg.

"Memang biasa terjadi tiap tahunnya, bahkan kenaikan harga pernah sampai Rp 44 ribu/kg," kata Tini, sapaannya, kepada Tribun Jateng, Senin (20/12).

Meski demikian, Tini menuturkan, kenaikan harga tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan di lapak miliknya, karena sekarang ini sudah mulai banyak warga menggelar hajatan.

Bisa dibilang, penjualan saat ini malah sedang ramai, yakni hingga 60 ekor/hari, dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya dengan penjualan sekitar 30-40 ekor/hari.

"Meskipun sedang mengalami kenaikan harga, penjualan tidak berpengaruh, karena sudah ada pelanggan. Sementara untuk saat ini saya bisa menjual 50-60 ekor ayam/hari," paparnya.

Di Kota Semarang, harga ayam potong juga terpantau menanjak menjelang momen Nataru.

Sejumlah pedagang menyebut, kenaikan harga berada di kisaran Rp 3.000, sehingga mebuat harga ayam potong saat ini Rp 36 ribu/kg.

"(Kenaikan harga-red) sudah satu mingguan ini, sejak Selasa pekan lalu," kata Kamisah, pedagang ayam potong di Pasar Karangayu Semarang, Senin (20/12).

Sebelum mengalami kenaikan, menurut dia, harga ayam potong masih stabil pada harga Rp 32.000 hingga Rp 33.000 per kilogram.

Namun, harga tersebut terus melonjak hingga hari ini.

"Jelang natal ini nanjaknya langsung. Untuk ayam potong campur harganya Rp 36 ribu/kg, kalau dada saja Rp 38 ribu/kg, sedangkan untuk filet harganya Rp 50 ribu/kg," sebutnya.

Kamisah menyatakan, kenaikan harga ayam potong tersebut turut berdampak pada dagangannya. Terlebih di tengah pandemi covid-19, menurutnya, penjualannya menyusut tajam.

"Sing dodol sambat kabeh (yang jualan mengeluh semua-Red). Penjualan tidak seperti dulu. Dulu biasanya bisa 120-150 ekor/hari, sekarang 80 ekor saja sudah lumayan," tuturnya.