Smart Women
Terpanggil Memberdayakan Masyarakat, Astaria Olah Eceng Gondok Jadi Beragam Kerajinan
Usaha yang dimulai Asteria itu kelak akan terwujud sentra kerajinan eceng gondok di Dusun Kesongo.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENGCOM, SEMARANG - Menjalankan bisnis berbasis UMKM sebenarnya bukanlah cita-cita Astaria Eka Santi (28).
Semenjak lulus kuliah strata dua (S2) dari Amity University India di tahun 2019 dirinya lebih banyak tertarik membangun usaha start up digital.
Hingga, kemudian setelah mengikuti berbagai kompetisi dalam perjalanannya justru beralih menekuni kerajinan berbahan eceng gondok dengan brand Bengok Craft.
Astaria mengatakan, secara personal dirinya tidak memiliki pengetahuan mendalam mengenai kerajinan atau kemampuan menganyam pun dengan latar belakang keluarganya.
Baca juga: Pemain Keroyok Wasit, Enam Tersangka, Dua Ditahan Polisi
Baca juga: Ayo Vaksin! Ada Hadiah Sepeda Motor dan Berbagai Barang Elektronik dari Pemkab Batang
Tetapi, ia merasa terpanggil untuk memberdayakan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya terutama mereka yang hidup dari menjual tanaman bernama ilmiah Eichhornia Crassipes tersebut.
“Kalau bicara perjalanan awal dulunya ya itu titik pijaknya. Saya melihat orang di daerah tempat tinggal suami saya di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang banyak warga disini bekerja sampingan menjadi petani atau buruh petik eceng gondok dan menjualnya dalam bentuk basah atau kering. Padahal, jika diolah menjadi barang kerajinan nilai rupiahnya bisa lebih tinggi,” ungkapnya
Ia menambahkan, selama ini tanaman eceng gondok dari kampungnya banyak dikirim ke pengrajin di Yogjakarta dan Pekalongan.
Sementara, petani hanya mendapat upah dari penjualan eceng gondok kering Rp 5 ribu per kilogramnya.
Sejak itu, dia bertekad membuat kerajinan dari tanaman eceng gondok dengan harapan kelak dapat meningkatkan taraf ekonomi warga setempat agar tidak hanya menjual eceng gondok basah maupun kering tetapi dalam bentuk barang jadi kerajinan.
Perempuan asal Kabupaten Semarang itu bercerita, untuk mendapatkan bahan baku sesuai kebutuhan pengrajin petani atau buruh petik eceng gondok musti mengambil ditengah rawa.
Sekali ambil kata dia, berkisar 40 kilogram sedang mereka baru bisa menjualnya menunggu dua minggu sampai kering per kilonya Rp 5 ribu.
Dari 40 kilogram itu lanjutnya, menyusut menjadi maksimal 6 kilogram apabila dikali lima ribu hanya Rp 30 ribu upahnya.
“Disitu saya berpikir ada peluang bisnis sekaligus pemberdayaan masyarakat untuk mengubah mereka sekadar petani atau buruh petik menjadi pengrajin atau produsen kerajinan.
Tentu, secara ekonomi hasilnya pasti lebih baik sehingga minimal bisa menambah pendapatan bulanan mereka dengan nilai rupiah lebih baik,” katanya
Pihaknya menyatakan, awal-awal membangun usaha Bengok Craft produk pertamanya berupa buku dengan sampul berbahan eceng gondok.
Untuk menarik minat warga sekitar supaya bersedia belajar membuat kerajinan serta berpikir memaksimalkan potensi alam sekitar danau Rawa Pening produk buatannya di pasarkan ke beberapa warung kopi di desanya.
Astaria mengaku, tujuan utama memasarkan barang dengan menyasar lingkungan sekitar tidak lain supaya masyarakat tergugah akan potensi ekonomi eceng gondak menjadi kerajinan.
Di mana, selama ini apabila dijual basah maupun kering hasilnya dengan risiko petani atau buruh petik tidak sebanding upah yang didapat belum lagi keselamatan jiwa turut dipertaruhkan.
“Karena apa, jika muatan perahu terlalu banyak tidak menutup kemungkinan perahu bisa terbalik. Selain muatan eceng gondok kembali tercecer, paling berbahaya kalau petani atau buruh tadi ikut terguling dan tertimpa muatan sebab hal itu pernah terjadi, meski orangnya masih selamat,” ujarnya
Melihat fenomena itu, harapannya dari usaha yang dimulainya itu kelak akan terwujud sentra kerajinan eceng gondok di Dusun Kesongo.
Terkait proses awal produksi lanjutnya, cara pembuatan kerajinan dipelajarinya melalui media sosial Youtube hingga kemudian benar-benar mampu memproduksi jumlah puluhan.
Baca juga: Sudah Lebih dari Seminggu Harga Cabai di Semarang Rp 80 Ribu per Kilogram
Baca juga: Nataru, Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap Tegaskan Produksi & Pasokan BBM Aman
Sampai sekarang, Bengok Craft telah memiliki lebih dari 90 produk kerajinan berbahan utama eceng gondok mulai buku, topi, sandal, box, keranjang, dan aneka souvenir lainnya.
Adapun pekerja dari semula dikerjakan sendiri, sejak 2019 berdiri sampai sekarang telah ada sekira 15 pengrajin untuk barang hasil produksi dijual mulai harga Rp 50 ribu sampai ratusan.
“Alhamdulillah kami selain aktif mengikuti pameran dan kompetisi sampai sekarang sudah bisa ekspore ke luar negeri. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspore Bengok Craft antara lain Singapura,
Dubai, Italia, Spanyol tahun depan kami mencoba masuk ke Jepang kemarin sudah minta dikirim sampel produk kami. Kemudian, dari omzet perbulan lima juta rupiah sekarang telah menyentuh angka ratusan,” paparnya (*)